Pemerintah Ingin Kembangkan Bioetanol, Ini Risiko Pengadaan Bahan BBN Bagi Kelestarian Hutan

Senin, 15 Juli 2024 10:50 WIB

Foto kebun singkong di food estate Gunung Mas Kalteng, yang ditanami jagung di atas polybag. X.com@GreenpeaceID

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berencana melakukan pembatasan BBM bersubsidi termasuk bensin di masyarakat. Selain mengurangi beban anggaran subsidi, rencana itu diklaim bertujuan untuk mengurangi polusi. Sebagai gantinya, pemerintah sedang menyiapkan bahan bakar nabati yang diklaim lebih ramah lingkungan daripada bahan bakar minyak berbahan fosil. Bioetanol menjadi salah satu opsi yang disebut-sebut pemerintah.

Pemerintah akan mendorong penggunaan bioetanol sebagai pengganti bensin. Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, bioetanol bisa mengurangi polusi karena memiliki kandungan sulfur yang jauh lebih rendah dari BBM.

"Sulfur (pada bensin) ini sampai 500 ppm. Kita mau sulfur 50 ppm. Ini sedang diproses, dikerjakan Pertamina," ujar Luhut melalui unggahan di akun Instagram @luhut.pandjaitan, pada Selasa, 9 Juli 2024.

Bioetanol adalah jenis bahan bakar yang diperoleh melalui proses fermentasi biologis dari bahan organik, terutama tanaman yang kaya karbohidrat seperti jagung, tebu, sorgum, dan tanaman lainnya. Proses fermentasi ini mengubah gula dalam tanaman menjadi etanol, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam mesin kendaraan.

Bioetanol dikenal sebagai bahan kimia yang ramah lingkungan karena dibuat dari bahan-bahan alam, baik yang dapat dimakan (edible) maupun yang tidak dapat dimakan (non-edible). Pembakaran bioetanol menghasilkan CO2 yang dapat digunakan kembali oleh tanaman, sehingga bioetanol berpotensi menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Advertising
Advertising

Potensi Risiko Bioethanol

Meskipun begitu, dilansir dari Lets Talk Science, bioethanol dianggap netral karbon. Namun, proses produksinya tidak demikian. Bahan bakar fosil sering digunakan sepanjang proses produksi biofuel. Sebagai contoh, traktor para petani menggunakan bahan bakar diesel. Truk yang mengangkut bahan baku ke kilang biofuel juga menggunakan bahan bakar diesel. Kilang biofuel itu sendiri kadang-kadang menggunakan bahan bakar fosil untuk tenaga. Jika energi input untuk membuat bahan bakar lebih besar daripada energi output, maka bahan bakar tersebut memiliki neraca energi negatif. Itu tidak baik. Jika energi output lebih besar daripada energi input, bahan bakar tersebut memiliki neraca energi positif.

Penggunaan bahan bakar nabati seperti bioetanol juga menimbulkan pro kontra, bagi yang mendukung, aspek polusi udara dan sumber yang bisa diperbaharui menjadi pertimbangan, namun bagi yang kontra, lebih melihat isu perubahan lahan.

Seperti diketahui, dalam memproduksi banyak bahan bakar nabati, diperlukan lahan luas untuk menanam tanaman bahan bakunya. Misalnya sawit, jagung, singkong atau tebu. Jika dilakukan besar-besaran, apalagi melahap banyak hutan, berpotensi memicu konversi lahan hutan dan padang rumput menjadi perkebunan monokultur, yang berakibat pada hilangnya keanekaragaman hayati, degradasi tanah, dan emisi gas rumah kaca dari deforestasi.

Selain itu, biofuel datang dengan beberapa masalah ekonomi dan masalah etis. Secara khusus, apa yang terjadi jika orang menggunakan lahan pertanian untuk menumbuhkan biomassa bahan bakar alih-alih makanan? Ini berkaitan dengan ketahanan pangan. Kritikus biofuel generasi pertama berpendapat bahwa penggunaan tanaman pangan untuk produksi bahan bakar meningkatkan harga makanan. Hal ini membuat orang lebih sulit untuk mampu makan dengan sehat.

Bahan bioetanol dari jagung misalnya, jagung adalah bahan baku yang dapat diperbarui. Namun, beberapa panen lebih berhasil daripada yang lain. Itu berarti pasokannya bisa bervariasi. Ketika kondisi pertanian baik, mungkin ada banyak jagung. Mungkin cukup untuk makanan manusia, pakan ternak, dan produksi biofuel. Namun, terkadang gagal panen karena kondisi seperti kekeringan, banjir, dan periode dingin. Pada saat-saat ini, pasokan jagung bisa turun. Dan ketika pasokan suatu komoditas turun, harganya akan naik. Itu akan menjadi permasalahan baru.

ANANDA RIDHO SULISTYA | SHARISYA KUSUMA RAHMANDA | YOLANDA AGNE | RIRI RAHAYU | MYESHA FATINA RACHMAN

Pilihan Editor: Agar Kemenangan Besar Program Bioetanol Tercapai

Berita terkait

Perjanjian Uni Eropa-Indonesia Tak Kunjung Beres, Zulhas Sebut Nama Prabowo untuk Menekan?

9 jam lalu

Perjanjian Uni Eropa-Indonesia Tak Kunjung Beres, Zulhas Sebut Nama Prabowo untuk Menekan?

Perjanjian ekonomi Uni Eropa-Indonesia sudah 9 tahun tak kunjung rampung, salah satunya terganjal syarat deforestasi dalam ekspor produk sawit.

Baca Selengkapnya

Diserang Hama Tikus, Ratusan Hektare Sawah di Karawang Terancam Gagal Panen

9 jam lalu

Diserang Hama Tikus, Ratusan Hektare Sawah di Karawang Terancam Gagal Panen

Ratusan hektare areal sawah di wilayah utara Kabupaten Karawang, Jawa Barat, terancam gagal panen akibat serangan hama tikus.

Baca Selengkapnya

Anomali Bisnis Bioenergi, Forest Watch Sebut Hutan Ditebang untuk Pembuatan Biomassa Wood Pellet

11 jam lalu

Anomali Bisnis Bioenergi, Forest Watch Sebut Hutan Ditebang untuk Pembuatan Biomassa Wood Pellet

Pengerjaan proyek produksi wood pellet di Gorontalo ini dilakukan setelah keluarnya Izin Pemanfaatan Hutan Hak dari KLHK.

Baca Selengkapnya

Forest Watch: Hutan Gorontalo Terancam Deforestasi di Tengah Proyek Transisi Energi

1 hari lalu

Forest Watch: Hutan Gorontalo Terancam Deforestasi di Tengah Proyek Transisi Energi

Sebanyak 10 izin konsesi hutan dengan luas 282.100 hektare akan dipersiapkan untuk proyek bioenergi di Gorontalo.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Tenaga Honorer Pemda Titipan Tim Sukses Berakibat Anggaran Bengkak, Iuran BPJS Kesehatan Terbaru September

1 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Tenaga Honorer Pemda Titipan Tim Sukses Berakibat Anggaran Bengkak, Iuran BPJS Kesehatan Terbaru September

Tito Karnavian mengungkap masih banyaknya tenaga honorer di daerah yang merupakan titipan tim sukses salah satu pemimpin.

Baca Selengkapnya

Siapa Martias Fangiono, Raja Sawit yang Babat Hutan Papua untuk Proyek Tebu Jokowi

2 hari lalu

Siapa Martias Fangiono, Raja Sawit yang Babat Hutan Papua untuk Proyek Tebu Jokowi

Sosok Martias Fangiono diduga menjadi aktor dibalik proyek swasembada tebu Pemerintahan Jokowi yang babat hutan di Papua.

Baca Selengkapnya

Ada Sosok Raja Sawit di Balik Proyek Tebu Jokowi yang Babat Hamparan Hutan di Merauke

2 hari lalu

Ada Sosok Raja Sawit di Balik Proyek Tebu Jokowi yang Babat Hamparan Hutan di Merauke

Kehadiran sosok raja sawit Martias Fangiono dibalik proyek swasembada tebu Jokowi yang babat hamparan hutan di Merauke.

Baca Selengkapnya

Polemik Proyek Food Estate Merauke Prabowo dan Jokowi, Ekonom: Menyimpan Risiko Besar

3 hari lalu

Polemik Proyek Food Estate Merauke Prabowo dan Jokowi, Ekonom: Menyimpan Risiko Besar

Food estate Merauke telah menjadi proyek unggulan Prabowo sejak menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Bagaimana kelanjutan PSN ini?

Baca Selengkapnya

Setelah Jet Boeing, Helikopter Bell 407 Ikut Jajal Bioavtur SAF Buatan Pertamina

7 hari lalu

Setelah Jet Boeing, Helikopter Bell 407 Ikut Jajal Bioavtur SAF Buatan Pertamina

Helikopter Bell 407 menjadi armada baling-baling horizontal pertama di Indonesia yang menjajal SAF, avtur hijau yang dikembangkan Pertamina.

Baca Selengkapnya

Menkeu Pangkas Besaran Pungutan Ekspor Produk Sawit, Malaysia Ketar-ketir

7 hari lalu

Menkeu Pangkas Besaran Pungutan Ekspor Produk Sawit, Malaysia Ketar-ketir

Pemerintah Indonesia akan memangkas besaran pungutan ekspor produk sawit untuk meningkatkan daya saing di pasar internasional.

Baca Selengkapnya