Hujan, Petir, dan Angin Kencang Beberapa Hari Ini di Jabodetabek: Dampak dan Penyebabnya

Reporter

Ayu Cipta

Jumat, 27 September 2024 22:49 WIB

Banjir melanda Jalan Ciledug Raya, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu, 25 September 2024. ANTARA/HO-BPBD DKI

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pohon di Kota Tangerang bertumbangan akibat hujan yang disertai angin kencang pada Rabu dan Kamis, 25-26 September 2024. Pohon tumbang dicatat setidaknya di empat titik lokasi berbeda.

Pelaksana tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang Ubaidillah Ansar menyebut hujan intensitas ringan-sedang saja. "Tapi disertai angin kencang dengan durasi yang cukup kencang," katanya, Jumat 27 September 2024.

Selain menyebabkan pohon tumbang, cuaca yang sama juga menyebabkan atap roboh menimpa Sekretariat Balai Media Center di Jalan Raya Hasyim Ashari Cipondoh. Atap menimpa dua unit sepeda motor yang sedang terparkir.

Di Jakarta, sedikitnya empat rukun tetangga (RT) dan sejumlah ruas jalan di Jakarta Timur dan Selatan serta Barat banjir dengan ketinggian air 40 hingga 90 sentimeter pada Rabu malam. Selain sebab hujan intensitas tinggi, ada juga yang terendam setelah Kali Krukut meluap pasca hujan tersebut.

Hujan juga menyebabkan pohon tumbang di Jalan Cempaka Putih Tengah, Jakarta Pusat dan satu pohon lainnya di Jalan Margasatwa, Jakarta Selatan.

Dari Mana Datangnya Hujan Beberapa Hari Ini?

Advertising
Advertising

Peneliti klimatologi di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, menjelaskan bahwa cuaca hujan di Jabodetabek beberapa hari ini dialami juga di banyak wilayah di Jawa dan bagian lain di Indonesia. Penyebabnya, dia menyatakan, bukan musim hujan yang sudah tiba.

Musim hujan, terutama untuk Pulau Jawa, Erma menjelaskan, baru akan hadir November. Angin yang bertiup saat ini pun masih dominan monsun timur yang relatif kering.

Adapun cuaca hujan beberapa hari ini bisa terjadi disebabkan adanya konvergensi di atas Laut Jawa. Penyebabnya, pertemuan antara angin monsun timur dengan angin dari utara yang sedang tertahan di Laut Cina Selatan karena adanya pusat tekanan rendah di sana, dekat Borneo. Fenomena vorteks Borneo, begitu pemilik gelar profesor riset bidang klimatologi dan perubahan iklim ini menyebut sebab tertahannya massa udara dari utara tersebut.

"Jadi konveksi (pembentukan awan hujan) terbentuk di atas Laut Jawa yang mendapat penjalaran uap air dari Laut Cina Selatan," katanya pada Jumat, 27 September 2024. Erma menambahkan bahwa kondisi ini bakal bertahan sampai dasarian pertama Oktober. "Kondisinya basah seperti ini."

BMKG Minta Tetap Waspada Hujan Sepekan ke Depan

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG juga menyebut periode akhir September ini hingga Oktober mendatang masih masa peralihan dari musim kemarau ke hujan di banyak wilayah Indonesia. Dan, salah satu ciri musim transisi adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang.

Apabila kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat," bunyi peringatan dini yang disampaikan BMKG dalam prospek cuaca mingguan periode 27 September - 3 Oktober 2024. Ditambahkan, "Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es."

Menurut BMKG, dalam sepekan ke depan, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.

Pilihan Editor: Resmi Meluncur, Ponsel Flagship Xiaomi 14T dan 14T Pro Dijual Mulai 10 dan 14 Jutaan

Berita terkait

Badai Helene Menyapu Florida

7 jam lalu

Badai Helene Menyapu Florida

Otoritas memperingatkan badai Helene di Teluk Apalachee bisa melumat apapun dihadapannya karena ketinggian air bisa sampai 20 kaki di atas normal

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Perubahan Peran Kapal Pinisi Ancam Pelestarian Pengetahuan Lokal dan Budaya

8 jam lalu

Riset BRIN: Perubahan Peran Kapal Pinisi Ancam Pelestarian Pengetahuan Lokal dan Budaya

Kapal pinisi asli secara historis digunakan oleh masyarakat Bugis Makassar untuk perdagangan antarpulau dan telah mengalami transformasi.

Baca Selengkapnya

Peringati World Heart Day, Peneliti BRIN: Usia 19-64 Tahun Rentan Penyakit Kardiovaskular

13 jam lalu

Peringati World Heart Day, Peneliti BRIN: Usia 19-64 Tahun Rentan Penyakit Kardiovaskular

Peneliti Ahli Madya BRIN mengatakan, usia rentan terkena penyakit kardiovaskular adalah usia dewasa, yakni 19 hingga 64 tahun.

Baca Selengkapnya

BMKG Peringatkan Potensi Gelombang Tinggi hingga 2,5 Meter di Perairan Indonesia

15 jam lalu

BMKG Peringatkan Potensi Gelombang Tinggi hingga 2,5 Meter di Perairan Indonesia

TEMPO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berpotensi terjadi di beberapa wilayah perairan pada 27 - 28 September 2024.

Baca Selengkapnya

Hujan Lebat dan Angin Kencang Merusak Hampir 100 Bangunan di Magetan

16 jam lalu

Hujan Lebat dan Angin Kencang Merusak Hampir 100 Bangunan di Magetan

BNPB mengimbau masyarakat untuk selalu waspada terhadap cuaca ekstrem, terutama di musim peralihan dari kemarau dan hujan saat ini.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Sebaran Hujan di Jabodetabek Hari Ini? Simak Prediksi Cuaca BMKG

20 jam lalu

Bagaimana Sebaran Hujan di Jabodetabek Hari Ini? Simak Prediksi Cuaca BMKG

Seperti beberapa hari belakangan, hujan bakal turun lagi di Jabodetabek hari ini. Menurut BMKG, ada yang disertai petir, ada yang sampai tengah malam.

Baca Selengkapnya

Catatan BNPB Soal Hujan Plus Angin Kencang yang Rusak Rumah di Penajam Paser Utara

21 jam lalu

Catatan BNPB Soal Hujan Plus Angin Kencang yang Rusak Rumah di Penajam Paser Utara

BNPB menyatakan hujan angin yang rusak rumah di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, akibat perubahan cuaca yang ekstrem.

Baca Selengkapnya

BMKG: Indonesia Alami Fenomena Equinox Dua Kali Setahun, Suhunya Lebih Terik

1 hari lalu

BMKG: Indonesia Alami Fenomena Equinox Dua Kali Setahun, Suhunya Lebih Terik

BMKG menyatakan, Equinox hanya berlangsung dua kali dalam setahun yaitu 21 Maret dan 23 September.

Baca Selengkapnya

BRIN Usulkan Raja Ampat Sebagai Cagar Biosfer ke UNESCO

1 hari lalu

BRIN Usulkan Raja Ampat Sebagai Cagar Biosfer ke UNESCO

BRIN mengusulkan Raja Ampat sebagai Cagar Biosfer UNESCO. Prosesnya sudah dimulai sejak tahun lalu.

Baca Selengkapnya

BMKG Prakirakan Potensi Gelombang hingga 2,5 Meter di Beberapa Perairan Indonesia

1 hari lalu

BMKG Prakirakan Potensi Gelombang hingga 2,5 Meter di Beberapa Perairan Indonesia

BMKG mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berpotensi terjadi di beberapa wilayah perairan Indonesia pada 26 - 27 September 2024.

Baca Selengkapnya