Studi Terbaru di Amerika: Nilai Manfaat Kesehatan dari Kendaraan Listrik Bisa Sampai Ribuan Triliun Rupiah

Sabtu, 19 Oktober 2024 09:16 WIB

Sebuah kendaraan listrik sedang mengisi daya di SPKLU Gambir, Jakarta, 19 Juli 2022. TEMPO/Wawan Priyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian menunjukkan bahwa jika kendaraan listrik (EV) mengambil alih jalan raya di Amerika Serikat, kualitas udara di negara itu akan meningkat secara dramatis, membawa manfaat kesehatan yang besar bagi penduduk. Masalahnya, selama ini, angka pasti manfaat tersebut sulit ditentukan.

Baru studi dari Departemen Teknik Sipil dan Mineral Universitas Toronto, Kanada, yang menyajikannya. Memanfaatkan kekuatan simulasi komputer, para penelitinya menunjukkan bahwa elektrifikasi armada kendaraan AS yang ambisius, dilengkapi dengan implementasi substansial pembangkitan listrik terbarukan, dapat menghasilkan manfaat kesehatan bernilai antara US$ 84-188 miliar (atau 1.300 sampai 2.900 triliun rupiah) pada 2050.

Bahkan dalam skenario dekarbonisasi yang kurang agresif, manfaat kesehatannya masih mencapai nilai puluhan miliar dolar. Profesor Marianne Hatzopoulou, penelitinya, menjelaskan asal angka-angka tersebut.

Menurutnya, penelitian dampak kendaraan listrik biasanya berfokus pada perubahan iklim dalam bentuk mitigasi emisi karbon dioksida. Tapi, Hatzopoulou menegaskan, CO2 bukan satu-satunya hal yang ke luar dari knalpot kendaraan bermesin pembakaran internal. "Kendaraan ini menghasilkan banyak polutan udara yang berdampak signifikan dan terukur pada kesehatan masyarakat," katanya dikutip dari Earth.com.

Profesor Hatzopoulou lebih lanjut mencatat bahwa dampak-dampak ini secara tidak proporsional ditanggung oleh populasi berpendapatan rendah, yang terpinggirkan karena ras tertentu, atau termarginalkan.

Advertising
Advertising

Dalam penelitian sebelumnya, Hatzopoulou menuturkan, dia dan timnya memanfaatkan keahlian mereka dalam penilaian siklus hidup untuk menyusun model komputer. Model tersebut digunakan untuk simulasi dampak adopsi kendaraan listrik secara luas di pasar AS.

Hasilnya terungkap bahwa meskipun adopsi EV berdampak positif terhadap perubahan iklim, hal itu saja tidak cukup untuk memenuhi target Perjanjian Paris yang tak ingin suhu di Bumi melonjak di atas 1,5 derajat Celsius di atas rata-rata suhu sebelum era revolusi industri.

Adaun penelitian terbaru ini bertujuan untuk memperhitungkan manfaat non-iklim dari adopsi kendaraan listrik. Tim mengadaptasi model mereka untuk mencakup produksi polutan udara umum dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti nitrogen oksida, sulfur oksida, dan partikel halus yang dikenal sebagai PM2.5.

“Membuat model polutan ini sangat berbeda dengan membuat model CO2 yang bertahan selama puluhan tahun,” kata Profesor Daniel Posen, rekan Profesor Hatzopoulou di Universitas Toronto. Ditambahkannya, polutan ini dan dampak kesehatan yang ditimbulkannya lebih terlokalisasi. "Oleh karena itu, penting untuk memperhitungkan tidak hanya volume emisi tetapi juga lokasinya," katanya lagi.

Dekarbonisasi Tenaga Listrik dan Transportasi

Studi ini juga mempertimbangkan berbagai skenario yang berlangsung hingga 2050. Satu skenario mengasumsikan tidak ada lagi produksi kendaraan listrik, sementara skenario kedua mengasumsikan elektrifikasi penuh kendaraan baru pada 2035.

Pada tiap skenario, para peneliti mengevaluasi berbagai tingkat transisi jaringan listrik ke sumber energi rendah emisi dan terbarukan, dengan mempertimbangkan apakah laju tersebut tetap konstan, melambat, atau bertambah cepat selama beberapa tahun ke depan.

Dari simulasi itulah didapati manfaat kesehatan masyarakat kumulatif dari adopsi kendaraan listrik skala besar antara sekarang dan 2050 yang dapat mencapai ratusan miliar dolar. "Namun hal lain adalah bahwa kita hanya memperoleh manfaat ini jika jaringan listrik terus menjadi lebih ramah lingkungan," kata Posen,

Kesimpulan ini, lanjut Hatzopoulou, menimbulkan pertanyaan penting: mana yang harus diprioritaskan, dekarbonisasi transportasi melalui adopsi kendaraan listrik atau dekarbonisasi pembangkit listrik. Hatzopoulou menambahkan catatan bahwa kendaraan yang dijual saat ini akan terus digunakan selama beberapa dekade.

“Jika kita membeli lebih banyak kendaraan bermesin pembakaran internal sekarang, betapapun efisiennya kendaraan tersebut, kita akan terus terjebak dalam emisi gas buang tersebut selama bertahun-tahun mendatang,” katanya.

Ia berpendapat bahwa meskipun dekarbonisasi pembangkit listrik memang penting, proses untuk menghadirkan lebih banyak kendaraan listrik di jalan raya tidak boleh ditunda hingga selesai. Hali ini, kata dia, menegaskan perlunya memulai perjalanan menuju masa depan yang lebih sehat mulai sekarang

Menurut dia, kendaraan listrik dan masa depan yang lebih sehat dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan kesehatan masyarakat, kendaraan listrik muncul sebagai solusi nyata. Dengan mengurangi polutan berbahaya dan beralih ke energi yang lebih bersih, Profesor Hatzopoulou menyebutkan manfaatnya jauh melampaui lingkungan. "Kesehatan dan kesejahteraan kita akan meningkat secara signifikan," ucapnya.

Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.

Pilihan Editor: BMKG Sebut Cuaca Panas Masih Sepekan ke Depan di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara

Berita terkait

Dana Padanan Kedaireka Dukung Inovasi Kendaraan Listrik

22 jam lalu

Dana Padanan Kedaireka Dukung Inovasi Kendaraan Listrik

Seiring dengan meningkatnya komitmen global terhadap pencapaian Net Zero Emission (NZE), Indonesia turut bergerak cepat dalam mengadopsi teknologi kendaraan listrik (electric vehicle/EV)

Baca Selengkapnya

Industri Baterai Indonesia dan CATL Bentuk Perusahaan Patungan Manufaktur Sel Baterai

1 hari lalu

Industri Baterai Indonesia dan CATL Bentuk Perusahaan Patungan Manufaktur Sel Baterai

PT Industri Baterai Indonesia atau Industry Battery Corporation (IBC) dan CBL International Development Pte Ltd. mendirikan perusahaan patungan.

Baca Selengkapnya

Citra Satelit NASA Tampilkan Fenomena Gurun Sahara Menjadi Hijau, Apa Penyebabnya?

2 hari lalu

Citra Satelit NASA Tampilkan Fenomena Gurun Sahara Menjadi Hijau, Apa Penyebabnya?

Menurut NASA Earth Observatory, kawasan Gurun Sahara di beberapa negara menunjukkan tanda-tanda tumbuhnya vegetasi hijau. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

BYD akan Investasi di RI Senilai Rp 11,7 Triliun, Bakal Hadirkan Banyak Kendaraan Listrik Plug-in Hybrid

2 hari lalu

BYD akan Investasi di RI Senilai Rp 11,7 Triliun, Bakal Hadirkan Banyak Kendaraan Listrik Plug-in Hybrid

Produsen kendaraan listrik asal Cina, Build Your Dream (BYD) Company Limited, berencana menanamkan ivestasi senilai Rp 11,7 triliun di Indonesia. Kapasitas produksi mencapai 150 ribu per tahun

Baca Selengkapnya

Studi: Eksploitasi dan Perubahan Iklim Tingkatkan Kadar Racun Logam di Laut

3 hari lalu

Studi: Eksploitasi dan Perubahan Iklim Tingkatkan Kadar Racun Logam di Laut

Perubahan iklim dan pencemaran lingkungan meningkatkan kadar racun pada logam di laut. Terdistribusi juga melalui sampah plastik.

Baca Selengkapnya

Hurikan Milton Terkuat Ketiga Sepanjang Sejarah Badai Atlantik, Tumbuh Tercepat Kedua

4 hari lalu

Hurikan Milton Terkuat Ketiga Sepanjang Sejarah Badai Atlantik, Tumbuh Tercepat Kedua

Badai yang mendapat kekuatan secepat Hurikan Milton berarti mempersempit waktu masyarakat untuk bersiap menyelamatkan diri.

Baca Selengkapnya

Pindad Bersiap Produksi Maung versi EV, Seberapa Hebat Kendaraan Ini?

9 hari lalu

Pindad Bersiap Produksi Maung versi EV, Seberapa Hebat Kendaraan Ini?

PT Pindad membuka peluang produksi Maung versi elektrik. Maung diandalkan sebagai angkutan multi fungsi yang handal di segala medan.

Baca Selengkapnya

Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Negara Asia Pasifik untuk Mitigasi Perubahan Iklim

9 hari lalu

Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Negara Asia Pasifik untuk Mitigasi Perubahan Iklim

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mewakili Indonesia dalam pertemuan dengan negara-negara Asia Pasifik mendiskusikan langkah-langkah kolaboratif di tingkat regional guna mempersiapkan tantangan perubahan iklim dengan menhadirkan solusi inovatif lewat pendekatan berbasis laut pada Regional Dialogue on Ocean-Based Climate Action atau OBCA, yang digelar di Bangkok, pada Kamis, 19 September 2024.

Baca Selengkapnya

BNPB Siapkan Aturan Penyaluran Pooling Fund Bencana

10 hari lalu

BNPB Siapkan Aturan Penyaluran Pooling Fund Bencana

BNPB menyiapkan aturan penyaluran dana bersama atau pooling fund bencana (PFB) yang bisa dipakai dalam antisipasi dan penanganan bencana.

Baca Selengkapnya

AS Rancang Dua Proyek Besar, Investasi Jumbo Perkuat Daur Ulang Baterai Kendaraan Listrik

10 hari lalu

AS Rancang Dua Proyek Besar, Investasi Jumbo Perkuat Daur Ulang Baterai Kendaraan Listrik

AS rancang proyek jumbo baterai yang sangat dibutuhkan kendaraan listrik dan menyimpan energi terbarukan mirip proyek tenaga surya dan angin.

Baca Selengkapnya