Kurangi Emisi dengan 3 Langkah Dekarbonisasi Transportasi
Reporter
M. Faiz Zaki
Editor
Erwin Prima
Senin, 4 November 2024 12:57 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Institute for Essential Services Reform (IESR) mengungkapkan ada tiga strategi untuk mendorong upaya dekarbonisasi transportasi untuk mengurangi emisi. Analis Mobilitas Berkelanjutan IESR Rahmi Puspita Sari mengatakan penerapannya perlu keterlibatan masyarakat, serta kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
“Pemerintah juga perlu menyediakan infrastruktur yang mengintegrasikan masyarakat dan ruang publik, misalnya membangun desain ruang kota dengan konsep Transit Oriented Development atau TOD,” kata Rahmi dalam keterangan tertulisnya, Senin, 4 November 2024.
Dia mengatakan strategi tersebut adalah menghindari (avoid), beralih (shift), dan meningkatkan (improve). Singkatnya, menghindari berarti tidak melakukan perjalanan yang tidak perlu, beralih berarti menggunakan transportasi umum dari sebelumnya transportasi pribadi, dan meningkatkan bisa diartikan seperti menggunakan kendaraan seperti kendaraan listrik yang tidak memanfaatkan bahan bakar fosil.
“Setiap orang bisa berperan dalam mengurangi emisi dengan memilih strategi yang paling cocok dengan kondisi tempat tinggal dan aktivitasnya,” ucap Rahmi.
Sebagai praktik melihat penerapan solusi transportasi rendah emisi, IESR bekerja sama dengan Generasi Energi Bersih (GEN-B) Jakarta Selatan. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah EnergiXplor : Menjelajahi Potensi Dekarbonisasi Transportasi Jakarta.
Ketua GEN-B Jakarta Selatan, Gieska Aulia Permana, mengatakan masifnya pemakaian bahan bakar fosil adalah salah satu penyebab tingginya emisi di sektor transportasi. Berdasarkan kajian IESR dalam Indonesia Energy Transition Outlook (IETO) 2024, menemukan kendaraan penumpang mengeluarkan 73,1 persen dari total 150 juta ton setara karbon dioksida yang dikeluarkan dari sektor transportasi.
Konsumsi bahan bakar fosil dari tahun 2015 hingga 2020 cenderung naik mencapai 1,2 juta kiloliter per tahun. Penurunan hanya terjadi pada 2020 akibat pandemi Covid-19.
Menurut Gieska, penggunaan listrik sebagai salah satu upaya menurunkan emisi. “Namun penurunannya akan menjadi lebih signifikan jika sumber dayanya juga berasal dari energi terbarukan, seperti energi surya,” ucapnya.
Pilihan Editor: KLHK Dipecah, Ini Bocoran Struktur Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan