Dana Energi Terbarukan Hanya ke Proyek Besar, CPI Sebut Panel Surya Komunitas Layak Dibiayai

Selasa, 5 November 2024 07:52 WIB

Dosen Politeknik Negeri Kupang, Daud Obed Bekak melakukan perawatan instalasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk mesin pompa air di persawahan Desa Pukdale, Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu 29 Juni 2024. Dua set PLTS yang masing-masing berdaya 1.200 watt peak (WP) tersebut merupakan hasil kerja sama Pertamina dengan Politeknik Negeri Kupang melalui program Desa Energi Berdikari Sobat Bumi dan saat ini menjadi sumber tenaga pompa kebutuhan air irigasi untuk delapan hektar sawah setempat. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Climate Policy Initiative (CPI), Tiza Mafira, memastikan proyek energi terbarukan berskala komunitas juga layak mendapatkan pendanaan seperti proyek berskala besar. Saat ini para investor cenderung berpikir proyek energi selalu berisiko tinggi. Prinsip investasi high risks high returns kemudian membuat proyek jumbo lebih dilirik daripada proyek bentukan masyarakat.

“Perlu ada diversifikasi agar proyek besar maupun proyek kecil mampu mengakses pendanaan,” katanya kepada Tempo, Senin, 4 November 2024.

Salah satu proyek potensial yang disinggung Tiza adalah panel surya alias solar PV. Teknologi energi matahari ini bisa dikembangkan dalam skala besar, namun masih cocok dimanfaatkan untuk kebutuhan energi skala komunitas. “Siapa saja bisa memilih untuk memasang satu atau seribu panel dengan teknologi yang sama,” katanya.

Studi CPI bejudul ‘Energi Terbarukan Berbasis Komunitas di Indonesia Timur’, ucap Tiza, menunjukkan keberhasilan tiga dari empat proyek energi terbarukan skala kecil. Proyek-proyek ini tersebar di Desa Muara Enggelam (Kalimantan Timur), Desa Mata Redi (Nusa Tenggara Timur), dan Desa Treweng (Alor, Nusa Tenggara Timur).

Dengan konsep community ownership, pembangkit surya ini dikelola dan dipakai langsung oleh masyarakat lokal. Melalui panel surya, Tiza meneruskan, masyarakat bukan hanya menjadi konsumen, melainkan juga produsen energi terbarukan.

Advertising
Advertising

“Kalau hanya proyek besar yang memperoleh pendanaan, terjadi ketimpangan akses memproduksi energi,” tuturnya.

Koalisi organisasi masyarakat sipil sebelumnya juga mengkritik lembaga pembiayaan yang pilih kasih terhadap proyek energi besar. Dalam kajian bertajuk "Banking on Renewables: Powering People, Protecting the Planet" yang dirilis pada Rabu, 16 Oktober 2024, mereka menemukan bahwa proyek hijau berskala komunitas lokal bisa terbengkalai karena pembiayaanya macet.

Saat ini permodalan condong mengalir ke proyek jumbo yang dikelola swasta, alih-alih oleh warga lokal. Padahal risiko lingkungan dan sosial dari megaproyek justru lebih tinggi. Masalah pendanaan yang berat sebelah ini bisa dibaca lebih lengkap dalam Laporan Premium Tempo; Mengapa Dana Energi Pilih Kasih

Juru Kampanye Energi Terbarukan Trend Asia Beyrra Triasdian mengatakan proyek energi terbarukan juga butuh dana awal yang besar tak ubahnya pembangkit konvensional. Proyek mini seperti pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH), menurut dia, juga berhak mendapatkan investasi asing, terutama yang mengalir dari bank pembangunan multilateral (MDB). Faktanya, pembangkit listrik yang dikelola masyarakat ini dipandang sebelah mata.

“Yang dilihat (perbankan) hanya keuntungan bisnis secara langsung, bukan ekonomi kolektif yang dibangun oleh masyarakat,” kata Beyrra kepada Tempo, Rabu, 30 Oktober 2024.

Dalam kajian Banking on Renewables, koalisi menganggap pembiayaan energi terbarukan harus jauh lebih merata bagi negara berpendapatan rendah dan menengah. Kajian itu juga menyimpulkan tiga prinsip yang harus ditegakkan, yaitu pendanaan hanya untuk energi yang 100 persen terbarukan tanpa jejak fosil, harus demokratis, serta memprioritaskan publik dan alam.

Yang terjadi, kata Beyrra, pemerintah dan perbankan justru terobsesi membiayai pembangkit skala besar yang sarat masalah. Misalnya, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede berkapasitas 110 megawatt di Sumedang, Jawa Barat, yang menenggelamkan lahan 30 desa seluas 4.896 hektare.

Pilihan Editor: Penasihat Khusus Presiden Prabowo, Bambang Brodjonegoro: Untuk Transisi Energi, Perlu Perubahan Pola PIkir Masyarakat

Berita terkait

Rosan Roeslani: Target Investasi 2025 Capai Rp 1.900 Triliun

2 hari lalu

Rosan Roeslani: Target Investasi 2025 Capai Rp 1.900 Triliun

Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengungkapkan target investasi Indonesia pada 2025.

Baca Selengkapnya

Analis CPI Beberkan Lima Tantangan Implementasi Energi Terbarukan di Indonesia

4 hari lalu

Analis CPI Beberkan Lima Tantangan Implementasi Energi Terbarukan di Indonesia

Analis CPI mencatat setidaknya ada lima temuan kunci yang perlu menjadi perhatian dalam implementasi efisiensi energi dan energi terbarukan.

Baca Selengkapnya

Dorong Transisi Energi, Uni Eropa Dukung Smart City di IKN

8 hari lalu

Dorong Transisi Energi, Uni Eropa Dukung Smart City di IKN

Uni Eropa mendukung Smart City di IKN.

Baca Selengkapnya

Pasang-Surut di Era Jokowi, Ini 9 Rekomendasi Kebijakan Transisi Energi untuk Presiden Prabowo

11 hari lalu

Pasang-Surut di Era Jokowi, Ini 9 Rekomendasi Kebijakan Transisi Energi untuk Presiden Prabowo

Sebanyak 9 rekomendasi kebijakan transisi energi untuk Presiden Prabowo dikelompokkan dalam empat klaster utama.

Baca Selengkapnya

Negara-negara ASEAN Perlu Mempercepat Peralihan ke Energi Terbarukan

13 hari lalu

Negara-negara ASEAN Perlu Mempercepat Peralihan ke Energi Terbarukan

Pertumbuhan listrik ASEAN yang mencapai 3,6 persen pada tahun lalu masih bergantung pada energi fosil. Perlu percepatan transisi energi terbarukan.

Baca Selengkapnya

Satya Bumi Pesimistis Soal Kelestarian Lingkungan Hidup dan Transisi Energi Terbarukan di Tangan Kabinet Merah Putih

14 hari lalu

Satya Bumi Pesimistis Soal Kelestarian Lingkungan Hidup dan Transisi Energi Terbarukan di Tangan Kabinet Merah Putih

Satya Bumi menilai penunjukan Hanif Faisol menimbulkan kekhawatiran bahwa masa depan kebijakan lingkungan hidup Indonesia akan berjalan di tempat.

Baca Selengkapnya

Beberapa Negara Eropa Siap Berinvestasi Energi Terbarukan di kalimantan Timur

19 hari lalu

Beberapa Negara Eropa Siap Berinvestasi Energi Terbarukan di kalimantan Timur

Sejumlah negara di Eropa telah menyatakan kesiapan untuk berinvestasi energi terbarukan yakni listrik tenaga surya di Kalimantan Timur

Baca Selengkapnya

Perusahaan AS Bangun Pabrik Panel Surya Rp 8 Triliun di Kawasan Industri Terpadu Batang

34 hari lalu

Perusahaan AS Bangun Pabrik Panel Surya Rp 8 Triliun di Kawasan Industri Terpadu Batang

Perusahaan Manufaktur panel surya asal Amerika Serikat meletakan batu pertama di Kawasan Industri Terpadu Batang.

Baca Selengkapnya

Koalisi Minta Presiden Jokowi Revisi Perpres Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan

34 hari lalu

Koalisi Minta Presiden Jokowi Revisi Perpres Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan

Perpres ini masih memberi ruang yang sangat lebar bagi swasta untuk membangun PLTU baru untuk kepentingan industri.

Baca Selengkapnya

Anomali Bisnis Bioenergi, Forest Watch Sebut Hutan Ditebang untuk Pembuatan Biomassa Wood Pellet

39 hari lalu

Anomali Bisnis Bioenergi, Forest Watch Sebut Hutan Ditebang untuk Pembuatan Biomassa Wood Pellet

Pengerjaan proyek produksi wood pellet di Gorontalo ini dilakukan setelah keluarnya Izin Pemanfaatan Hutan Hak dari KLHK.

Baca Selengkapnya