Ia bertubuh bongsor (dimensinya 156 x 156,6 x 80 milimeter) dengan tubuh berbobot 1.180 gram tanpa baterai. Pengisi ulang baterainya saja lebih besar ketimbang sebuah buku saku.
Tapi, bagi kaum profesional, soal ukuran ini tampaknya justru menjadi sebuah daya tarik tersendiri. Sejak diperkenalkan pada 2001, seri 1D adalah kamera DSLR yang banyak dipilih oleh para fotografer profesional, terutama yang berkecimpung di bidang jurnalistik, olahraga, dan alam liar.
Pasalnya, tak hanya bongsor dan berat, seri 1D juga terkenal lantaran kemampuan, daya tahan, dan kecepatannya. Kemampuan inilah yang diteruskan dan ditingkatkan pada 1D Mark IV. Di pasar, pesaing terdekat kamera ini hanyalah Nikon seri D3.
EOS 1D Mark IV berbadan magnesium yang dibalur warna hitam. Meski besar, kamera ini tahan banting dan konstruksinya sudah anti-air. Pegangannya, baik dalam posisi vertikal maupun horizontal terasa kukuh di tangan.
Canon meningkatkan layar LCD 3 inci dengan kemampuan menampilkan resolusi VGA 920 ribu dot dengan sudut pandang sampai 170 derajat. Untuk menghindari silau, Canon menyelipkan plastik transparan antara layar di bagian dalam dan kaca antigores di bagian dalam.
Tak hanya mencegah pantulan, plastik ini juga membuat gambar pada layar terlihat begitu dekat ke permukaan kaca. Hasilnya adalah gambar yang lebih terang, bersih, dan tajam pada segala kondisi pencahayaan.
Perbaikan paling signifikan adalah sensor CMOS 16,1 megapiksel. Berbeda dengan saudara tua dan bahkan Nikon D3, 1D Mark IV sudah memakai sensor ukuran APS-H yang menghasilkan ukuran 27,9 x 18,6 milimeter sehingga faktor untuk menyunting gambar bisa meningkat 1,3 kali. Bandingkan dengan kebanyakan DSLR yang memakai sensor APS-C, yang menghasilkan ukuran 22,2 x 14,8 milimeter saja.
Sensor CMOS ini dikombinasikan pula dengan teknologi dari prosesor DIGIC 4 ganda (dual), yang memberi tenaga lebih pada kamera ini.
Kemampuan pemotretan berkesinambungannya mencapai 10 frame per detik serta menghasilkan 28 berkas RAW atau 121 berkas JPEG dengan resolusi dan autofocus penuh pada kartu CF Ultra Direct Memory Access Mode 6.
Kombinasi sensor dan prosesor juga menghasilkan range ISO yang tinggi, dari 100 sampai 12.800, yang bisa ditingkatkan dari 50 sampai 102.400. Inilah kamera dengan tingkat sensitivitas terhadap cahaya yang tertinggi saat ini.
Dengan mode ISO 102.400, kondisi cahaya segelap apa pun takkan jadi soal bagi pemotretnya. Bak sebuah mata kucing. Kualitas hasil jepretannya memang takkan setajam dan setinggi range ISO yang kecil. Paling tidak, tak ada ruang gelap yang tak bisa ditembusnya dan noise-nya pun sedikit.
Sistem autofocus kamera ini sudah mencapai sistem 45 poin yang cepat melakukan tugasnya pada berbagai jenis lensa (ia kompatibel dengan 50 jenis lensa Canon EF). Angka ini memang masih di bawah sistem Multicam AF dari Nikon D3, yang mencapai 51 poin.
Tapi, untuk 1D Mark IV, 39 poin di antaranya cross-type yang paling sensitif dan akurat. Bandingkan dengan D3 yang hanya 15 poin.
Bagaimana dengan perekaman video? Kamera 1D Mark IV sudah mendukung perekaman video definisi penuh 1.080 p pada rate 24 frame per detik (fps), 25 fps, dan 30 fps. Untuk menyajikan efek gerak lambat (slow motion), yakni dengan rate frame 50 atau 60 fps, kamera ini mampu merekam dengan resolusi maksimal 720 p atau VGA (standar). Ia juga bisa merekam audio stereo dengan mikrofon dan memainkan video pada televisi definisi tinggi melalui port HDMI yang ada di tubuhnya.
Untuk semua kemampuan itu, memang ada harga yang harus dibayar. Kamera 1D Mark IV dibanderol sekitar US$ 5.000 untuk bodinya saja. Harga ini hampir setara dengan Nikon D3.
DEDDY SINAGA