TEMPO Interaktif, Washington - Departemen Pertahanan Amerika Serikat mulai mewaspadai kekuatan internet Cina yang diduga mampu "mencuri" berbagai informasi penting yang disimpan pemerintah. "Ini terbukti salah satunya pada 8 April lalu, lalu lintas internet secara tidak disadari telah diambil alih pemerintah Cina," kata salah seorang penjabat Departemen Pertahanan, Kolonel Laut David Lapan, seperti dikutip Reuters, hari ini.
Dugaan itu, menurut Lapan, didasarkan pada Laporan Komisi Kajian Keamanan mengenai kondisi ekonomi antara Amerika Serikat dengan Cina, Rabu pekan lalu yang menyatakan perusahaan milik negara China Telecom mengiklankan sebuah rute jaringan internat yang sangat besar yang dikelola server Cina dan ternyata melewati jaringan batas negara. Lapan mengatakan belum mengetahui apakah perluasan jaringan internet milik negeri tirai bambu itu ada maksud yang buruk atau tidak karena belum ada bukti yang menunjukkan aktivitas tersebut telah mengganggu kegiatan internet di sejumlah negara.
Ekspansi jaringan internet Cina, menurut laporan Komisi, diperkirakan akan mengganggu lalu lintas internet untuk kegiatan kemiliteran, pemerintahan, termasuk situs kantor sekretaris pertahanan dan beberapa alamat situs komersial.
Adapun Kementerian Luar Negeri Cina, Jum'at lalu di Beijing menyatakan laporan komisi itu mencerminkan dampak distorsi Perang Dingin yang terjadi selama ini antar kedua negara. China Telecom juga telah membantah tuduhan pembajakan dan menjamin kegiatan servernya tidak akan mengganggu aktivitas internet di negara manapun.
Ahli masalah keamanan di dunia maya dari Conservative Heritage Foundation, Dean Cheng mengatakan dugaan pembajakan informasi dan pencurian enkripsi data melalui internet akan menjadi penghalang bagi Cina untuk memperluas kegiatan cybernya. "Dari sudut pandang Cina, ini menandakan konflik global sudah berlangsung di dunia maya," katanya.