Kembang api dinyalakan tepat saat jam menunjukan pukul 00.00 pada Minggu (1/1), di pusat kota Bucharest, Romania. AP Photo/Vadim Ghirda
TEMPO.CO, Jakarta - Penyatuan tiga zona waktu di Indonesia tak bisa dilihat dengan kacamata bisnis saja. Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lembaga Penerbangan Antariksa (Lapan) Thomas Djamaluddin menuturkan satu zona waktu justru berpotensi inefisiensi jam kerja.
"Khususnya di wilayah barat Indonesia yang banyak penduduknya," ujar dia ketika dihubungi Tempo hari ini, Senin, 12 Maret 2012. Saat ini diketahui 40 persen total penduduk Indonesia mendiami kawasan Indonesia bagian barat. Sehingga jika waktu menjadi lebih cepat satu jam, maka akan mengganggu aktivitas utama.
Inefisiensi terutama untuk komunikasi dinas atau bisnis. Sebab, di Indonesia yang mayoritas muslim ada faktor salat lima waktu yang harus dipertimbangkan. Kalau kawasan barat mengikuti zona waktu Indonesia bagian tengah, otomatis pekerja di Indonesia bagian barat akan membutuhkan waktu lebih lama untuk istirahat dan ibadah.
Thomas mencontohkan, istirahat bagi pekerja di barat yang biasanya pukul 12.00-13.00 WIB akan menjadi 11.00-12.00 WIB atau 12.00-13.00 WITA. Adapun waktu salat Zuhur yang disatukan dengan istirahat tentu belum masuk. Karena istirahat berakhir pukul 12.00 WIB atau 13.00 WITA. "Maka pekerja tentu akan minta tambahan waktu untuk ibadah," ujar dia. Tambahan waktu tentunya bisa membuat komunikasi dinas dan bisnis tertunda.
Kalau alasannya seperti Singapura atau Malaysia, maka pada jam istirahat mereka (13.00-14.00) sudah masuk waktu Zuhur sehingga tidak ada masalah dengan istirahat dan ibadah. Mereka pun bekerja lebih siang dengan masuk pada pukul 09.00.
Dosen astronomi Institut Teknologi Bandung Moedji Raharto mengakui bahwa penyatuan zona waktu membuat kawasan barat jadi lebih terburu-buru. "Sementara yang di timur Indonesia justru jadi lebih santai," kata dia yang dihubungi terpisah.
Pemerintah berencana menyatukan zona waktu dari semula tiga menjadi satu. Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, penyatuan ini akan menghemat keuangan negara dan secara ekonomi mendatangkan keuntungan. "Ada penelitian yang menyatakan penyatuan zona waktu menjadikan pengaturan lebih mudah sehingga bisa memangkas biaya hingga triliunan rupiah," kata Hatta kemarin.