Punahnya Sepupu Iblis Tasmania

Reporter

Editor

Jumat, 20 April 2012 05:31 WIB

Harimau Tasmania yang punah [LIVESCIENCE]

TEMPO.CO, Storrs-- Harimau Tasmania dinyatakan punah mendahului sepupunya, iblis Tasmania (Tasmanian devil). Para ilmuwan menyebut punahnya hewan berkantong asli Pulau Tasmania dan Australia itu bukan akibat aktivitas perburuan oleh manusia.

"Kami menemukan keragaman genetik thylacine jauh lebih rendah dibanding iblis Tasmania," kata peneliti Andrew Pask dari University of Connecticut, Amerika Serikat.

Harimau Tasmania (Thylacinus cynocephalus), atau thylacine, diburu sampai nyaris punah pada awal 1900-an. Individu terakhir mati di kebun binatang Tasmania pada 1936. Selama ini perburuan oleh manusia dituding sebagai penyebab utama kepunahan harimau Tasmania.

Bertubuh garis-garis seperti harimau, hewan ini memiliki tubuh seperti anjing berukuran sedang serta berkeliaran di daratan Australia dan pulau kecil di sebelah selatannya, Tasmania.

Penelitian terbaru merekam beberapa fragmen genetik harimau Tasmania dari 14 sampel, termasuk bulu, tulang, dan spesimen, yang diawetkan selama lebih dari 100 tahun. Para ilmuwan menemukan individu-individu harimau Tasmania memiliki materi genetik sangat mirip, yang mencapai angka 99,5 persen. Padahal dulunya materi genetik ini sangat beragam.

"Jika kita membandingkan bagian yang sama dari DNA, harimau Tasmania rata-rata hanya memiliki satu DNA berbeda antar-individu. Adapun anjing, misalnya, memiliki 5-6 perbedaan antar-individu," kata Brandon Menzies, rekan peneliti Pask dari University of Connecticut.

Menzies mengatakan variabilitas genetik pada dasarnya adalah perbedaan urutan gen di antara dua individu dalam satu spesies. Analisis genom menunjukkan harimau Tasmania memiliki variabilitas genetik terlalu sedikit untuk bertahan hidup.

Angka keragaman genetik yang makin kecil menjadi semacam mantra kepunahan bagi suatu spesies. Jika tidak memiliki kolam genetik yang lebih besar, spesies tersebut terancam tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan.

Rendahnya keragaman genetik suatu spesies dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Misalnya, spesies tersebut terdiri atas banyak populasi berukuran kecil yang hidupnya saling terisolasi. Dampaknya, jumlah anggota populasi menurun tajam akibat banyak terjadi kawin silang antar-saudara (inbreeding).

"Dalam kasus iblis Tasmania dan harimau Tasmania, rendahnya keragaman genetik mungkin berasal dari kelompok-kelompok kecil populasi yang tetap terisolasi dari populasi di daratan utama Australia," ujar Menzies.

Sepupu harimau Tasmania yang saat ini masih hidup, iblis Tasmania, juga nyaris punah karena kanker menular. Para ilmuwan mengatakan rendahnya keragaman genetik "si iblis" mempercepat penyebaran penyakit mematikan tersebut.

"Harimau Tasmania, kalaupun masih hidup sampai hari ini, juga akan sangat rentan terhadap penyakit," kata para ilmuwan dalam jurnal PLoS ONE.

Pask menyatakan penelitian mendalam tentang harimau Tasmania dapat membantu para ilmuwan menyelamatkan iblis Tasmania yang masih tersisa. "Dari sudut pandang konservasi, kita perlu mengetahui hal-hal tentang genom hewan," ujarnya. "Ada banyak hewan rapuh di Australia dan Tasmania."

LIVESCIENCE | MAHARDIKA SATRIA HADI

Berita terkait

Lumba-lumba Air Tawar Sangat Langka Mati di Tempat Baru di Sungai Amazon

30 Oktober 2023

Lumba-lumba Air Tawar Sangat Langka Mati di Tempat Baru di Sungai Amazon

Lumba-lumba air tawar yang sangat langka mati di tempat baru di sepanjang Sungai Amazon.

Baca Selengkapnya

Polisi Buru Komunitas Pecinta Satwa Dalam Kasus Penjualan Hewan Langka di Bekasi

28 Januari 2021

Polisi Buru Komunitas Pecinta Satwa Dalam Kasus Penjualan Hewan Langka di Bekasi

Tersangka kasus penjualan hewan langka YI mengaku mendapatkan orangutan dari temannya di komunitas pecinta satwa di media sosial.

Baca Selengkapnya

Hewan Langka: Mirip Ikan, Ular Laut Ini Bernapas dari Dahi

26 September 2019

Hewan Langka: Mirip Ikan, Ular Laut Ini Bernapas dari Dahi

Keberadaan binatang langka atau unik, Hydrophis cyanocinctus, ular laut yang bernapas dari dahinya bernama, dipublikasikan oleh The Conversation.

Baca Selengkapnya

Kebun Binatang Gembira Loka Terima Bulus Jumbo Langka

7 Februari 2019

Kebun Binatang Gembira Loka Terima Bulus Jumbo Langka

Seekor bulus sepanjang 1 meter dititipkan dan dirawat di Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Anjingnya Mati, Wanita Ini Gugat Dokter Hewan Rp 1,3 Miliar

19 September 2018

Anjingnya Mati, Wanita Ini Gugat Dokter Hewan Rp 1,3 Miliar

Seorang wanita, Nadhila Utama, mengajukan gugatan perdata Rp 1,3 miliar terhadap dokter hewan ke Pengadilan Tangerang karena anak anjingnya mati.

Baca Selengkapnya

Kisah Harimau Sumatera yang Mati Dibunuh Warga Mandailing Natal

6 Maret 2018

Kisah Harimau Sumatera yang Mati Dibunuh Warga Mandailing Natal

Harimau Sumatera yang mati ditombak warga di Mandailling Natal ternyata sudah tak utuh lagi. Beberapa bagian tubuh Harimau Sumatera itu hilang.

Baca Selengkapnya

Diburu di Tasikmalaya, Aktivis Bebaskan Kukang Jawa Hasil Rehab

28 Januari 2018

Diburu di Tasikmalaya, Aktivis Bebaskan Kukang Jawa Hasil Rehab

Pada peringatan Hari Primata Indonesia, IAR akan melepasliarkan 15 ekor kukang jawa di Gunung Sawal, pada Selasa 30 Januari 2018.

Baca Selengkapnya

Nelayan Temukan Lumba-lumba Langka Berkepala Dua

7 Juli 2017

Nelayan Temukan Lumba-lumba Langka Berkepala Dua

Sekelompok nelayan menemukan bayi porpoise (mamalia mirip lumba-lumba) berkepala dua.

Baca Selengkapnya

Bayi Lutung Perak Ini Bakal Jadi Pusat Perhatian Baru di Ragunan

26 Juni 2017

Bayi Lutung Perak Ini Bakal Jadi Pusat Perhatian Baru di Ragunan

Bayi lutung perak berusia 1 bulan ini masih disusui induknya dan bakal berubah warna dalam setahun.

Baca Selengkapnya

30 Kukang Hasil Sitaan Dibebaskan di Gunung Ciremai

11 Mei 2017

30 Kukang Hasil Sitaan Dibebaskan di Gunung Ciremai

Sebanyak 30 kukang hasil sitaan dari pedagang online akhirnya dikembalikan ke alam liar BBKSDA wilayah Jawa Barat di Taman Nasional Gunung Ciremai.

Baca Selengkapnya