TEMPO.CO, Nusa Dua - Pernah mendengar kata biji partikel? bentuknya tabung kecil seukuran anak kuku (0,3 milimeter). Oleh Modern Cancer Hospital Guangzhou, benda mungil ini dijadikan alat terapi kanker dengan mengambil prinsip kemoterapi dan radioterapi.
"Kami menggunakan Iodine 125 yang dimasukkan dalam biji partikel," kata Profesor Peng Xiaochi dari Modern Cancer Hospital Guanzhou dalam acara Forum Akademi Tumor Minimal Invasif ASEAN Pertama di Nusa Dua, Bali, Sabtu, 11 April 2015.
Iodine 125 merupakan zat radioaktif yang memiliki waktu paruh 60 hari. Fungsinya, kata Peng, akan menyerang sel kanker serupa dengan prinsip radioterapi yaitu menyinari.
Secara bersamaan, dalam biji partikel tersebut, dimasukkan juga obat-obatan kemoterapi. Pancaran radiasi sepanjang 1,8 sentimeter. Sehingga, menurut Peng, keuntungannya tidak akan menyerang sel-sel yang sehat di sekitar sel radikal kanker.
Prinsip kerjanya, Peng menguraikan, pasien akan ditembakkan biji-biji partikel ke sel kanker. Jumlahnya tergantung keparahan sakitnya. Antara lima hingga dua ratus biji, sekali tindakan.
Komposisinya terdiri dari kombinasi biji partikel untuk kemoterapi dan radioterapi. "Kalau sekalian ditanamkan bisa menaikkan kemampuan membunuh sel," katanya.
Cukup tiga puluh menit saja, pasien disuntikkan biji-biji ini. "Rampung prosedur, bisa langsung pulang." Ia mengklaim dengan terapi ini, hampir 90 persen pasien tidak usah kembali lagi. Soalnya, sel kanker mereka sudah mengecil atau hilang. Sisanya memang perlu penanaman lagi.
Total perlu dua bulan, biji-biji ini harus bertahan di tubuh pasien. Kurun tersebut sesuai masa paruh Iodin 125 yang selama 60 hari. Selama periode tersebut, menurut Peng, bahan partikel yang berasal dari campuran polimer alami dan polimer sintetis dijamin aman dalam tubuh.
Waktu masa paruh sudah habis dan radioaktif tidak bereaksi lagi, selongsong biji tetap tertinggal di dalam tubuh. Wadah biji ini, menurut Peng, ada yang harus membawanya seumur hidup. Ada pula yang bisa keluar lewat batuk untuk kanker paru dan lewat feses untuk pasien kanker usus.
Terapi biji ini, kata dia, bisa dipakai untuk hampir semua jenis kanker. Cuman para dokter di Modern Hosptal belum mencobanya untuk kanker otak. Untuk menjalani terapi ini dibutuhkan sekitar Rp 1 juta dengan biaya tindakan sekitar Rp 6 juta.
DIANING SARI
Berita terkait
Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas
8 jam lalu
Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.
Baca SelengkapnyaImigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun
2 hari lalu
Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker
Baca SelengkapnyaCara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter
3 hari lalu
Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.
Baca SelengkapnyaRaja Charles III Siap Kembali Bertugas
5 hari lalu
Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.
Baca SelengkapnyaGaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat
9 hari lalu
Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.
Baca SelengkapnyaMemahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca
10 hari lalu
Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.
Baca SelengkapnyaHindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah
10 hari lalu
Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?
Baca SelengkapnyaHati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat
13 hari lalu
Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.
Baca SelengkapnyaSering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker
15 hari lalu
Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.
Baca SelengkapnyaAngka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut
16 hari lalu
Kanker mulut merupakan salah satu kasus keganasan dengan angka kematian yang tinggi sehingga deteksi dini adalah kunci keberhasilan mengatasinya.
Baca Selengkapnya