Seorang anak bermain salju, dan membentuk sebuah gambar di atas permukaan salju di Snow Town Bangkok. Anak-anak ini menggunakan pakaian tebal, untuk menahan udara dingin di tempat bermain tersebut. Bangkok, Thailand, 28 Juli 2015. Taylor Weidman / Getty Images
TEMPO.CO, San Fransisco - Sejenis material supertipis baru sanggup menyejukkan bangunan tanpa memerlukan listrik. Para peneliti mengatakan material itu memancarkan panas kembali langsung ke luar angkasa.
Temuan material baru ini dapat menjadi solusi untuk menyejukkan area yang tidak mempunyai akses listrik. Material itu juga bisa membantu mengurangi kebutuhan listrik. Di Amerika Serikat, sekitar 15 persen listrik hanya digunakan untuk penyejuk udara.
Inti dari material penyejuk itu adalah bahan yang terdiri atas beberapa lapisan supertipis, hanya 1,8 mikron, atau lebih tipis daripada lembaran aluminum foil paling tipis. Sebagai perbandingan, sehelai rambut manusia memiliki ketebalan sekitar 100 mikron.
Material ini terbuat dari tujuh lembar silikon dioksida dan hafnium dioksida yang ditumpuk di atas sehelai perak tipis. Variasi ketebalan setiap lapisan membuat material itu dapat membengkokkan cahaya, baik yang terlihat maupun yang tak terlihat. Kemampuan itulah yang membuat material itu bersifat mendinginkan. Temuan itu dipublikasikan dalam jurnal Nature.
Cahaya tak terlihat dalam bentuk radiasi inframerah adalah kunci utama semua benda memancarkan panas. "Jika menggunakan kamera inframerah, Anda akan melihat bahwa kita semua bercahaya dalam cahaya inframerah," kata Shanhui Fan, perekayasa listrik di Stanford University di California, yang terlibat dalam penelitian.
Cara material ini membantu menjaga benda tetap sejuk adalah dengan membuatnya seperti cermin yang sangat efektif. Dengan memantulkan 97 persen cahaya matahari, material mirip cermin ini menjaga apa pun di bawahnya tidak terkena panas.
Keunggulan lain material ini adalah, ketika lapisan itu menyerap panas, komposisi dan strukturnya memastikan hanya radiasi inframerah dengan panjang gelombang sangat spesifik yang dipancarkannya, yaitu yang tidak diserap udara. Radiasi inframerah itu dibiarkan lepas ke atmosfer dan menuju antariksa.
"Dinginnya alam semesta adalah sumber daya alam tak terbatas yang bisa kita manfaatkan," kata Fan.
Para peneliti telah menguji purwarupa penyejuk itu di Stanford. Material tersebut terbukti sanggup menurunkan temperatur 5 derajat Celsius dibanding udara sekitarnya, bahkan pada siang hari. "Temuan itu benar-benar baru dan gagasan yang sebenarnya sangat sederhana," kata Eli Yablonovitch, pakar kristal fotonik di University of California, Berkeley, mengomentari temuan tersebut.