Orang Miskin Lebih Gampang Stres, Kok Bisa?

Reporter

Rabu, 15 Juni 2016 07:00 WIB

TEMPO/Fahmi Ali

TEMPO.CO, London - Orang miskin yang stres lebih cepat meninggal ketimbang orang kaya yang stres. "Efek kemiskinan dan stres ibarat bom," kata Antonio Ivan Lazzarino, peneliti dari University College London, Inggris. Kesimpulan itu diambil dari hasil riset yang diterbitkan jurnal Archives of Internal Medicine.

Menurut Lazzarino, gabungan kemiskinan dan stres dapat meningkatkan peluang kematian seseorang. Dia tidak memerinci berapa lama umur seseorang yang kaya, tapi stres. Penelitian ini juga belum menjawab alasan orang kaya dapat menoleransi stres dengan lebih baik secara biologis. "Kami hanya menemukan hubungan antara kekayaan, stres, dan kematian. Tidak berarti (hal itu) membuktikan sebab-akibat," ujarnya.

Tim peneliti memeriksa lebih dari 66,5 ribu responden di Inggris yang berusia 35 tahun atau lebih pada 1994-2004. Semua responden dipastikan tidak mengidap penyakit kanker atau jantung selama 8 tahun penelitian tersebut dijalankan. Mereka ditanyai seputar pekerjaan, misalnya posisinya, gejala kecemasan, depresi, tidak percaya diri, dan disfungsi sosial.

Semua data kemudian diolah secara statistik. Faktor jenis kelamin dan usia sebagai pemicu kematian dikesampingkan. Berdasarkan analisis statistik, diketahui responden yang miskin dan tertekan akan meninggal lebih awal. Punya lebih banyak uang bisa mengurangi dampak buruk terhadap stres. Sedangkan pendapatan rendah, kata Lazzarino, akan menguatkan efek stres.

Profesor Glyn Lewis, pakar epidemiologi psikiatri di Universitas Bristol di Inggris, tidak terkejut dengan temuan tersebut. Ia mengatakan cara orang miskin memerangi stres lebih sedikit.

Lazzarino membenarkan argumen Lewis. Ia mengatakan orang kaya memiliki alternatif yang lebih baik dalam mengelola tekanan hidup. Selain itu, penelitian sebelumnya menunjukkan orang kaya memiliki sistem kardiovaskular yang lebih terjaga. Kondisi ini membuat orang kaya lebih cepat pulih dari dampak stres akut yang berpotensi merusak jantung.

Penelitian tersebut diakui masih perlu banyak perbaikan. Namun Lazzarino mengatakan temuan ini dapat membantu peneliti memperbaiki alat untuk mengukur stres.

ARCHIVES OF INTERNAL MEDICINE | AMRI MAHBUB


Berita terkait

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

1 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

6 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

46 hari lalu

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.

Baca Selengkapnya

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

46 hari lalu

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.

Baca Selengkapnya

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

47 hari lalu

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut

Baca Selengkapnya

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

31 Januari 2024

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

Stanford University, Amerika Serikat, merupakan salah satu universitas yang akan melakukan groundbreaking pusat ekosistem digital di IKN.

Baca Selengkapnya

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

29 Januari 2024

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi meninjau pabrik motherboard dan menegaskan perlunya riset terhubung dengan industri.

Baca Selengkapnya

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

22 Januari 2024

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

Riset Jatam menelusuri bisnis-bisnis di balik para pendukung kandidat yang berpotensi besar merusak lingkungan hidup.

Baca Selengkapnya

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

15 Januari 2024

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah era Jokowi mendorong laju konflik agraria.

Baca Selengkapnya

Menengok Silsilah Keluarga Kate Middleton

9 Januari 2024

Menengok Silsilah Keluarga Kate Middleton

Kate Middleton atau Catherine, Putri Wales lahir pada 9 Januari 1982 dan tepat hari ini usianya menginjak 42 tahun. Silsilahnya?

Baca Selengkapnya