Fitur Facebook Messenger Ini Belum Pernah Dipublikasikan

Reporter

Editor

Erwin prima

Jumat, 16 September 2016 07:06 WIB

Ceo Facebook Mark Zuckerberg , berbicara mengenai Messenger app dalam acara Facebook F8 Developer Conference di in San Francisco, 25 Maret 2015. Aplikasi Messenger Platform bisa menampilkan pilihan memasang aplikasi lain di dalam Messenger. AP/Eric Risberg

TEMPO.CO, San Francisco - Aplikasi percakapan online Facebook Messenger ternyata mempunyai satu fitur percakapan publik yang belum pernah dirilis. Fitur percakapan ini memungkinkan sebuah chatting diikuti oleh banyak orang dalam sebuah grup.

Fitur bernama Room ini memungkinkan seorang pengguna Facebook Messenger membuat percakapan grup yang terdiri dari beragam orang. Room bisa diisi oleh siapapun yang memiliki aplikasi Facebook Messenger.

Peserta percakapan grup bahkan tidak harus saling berteman di media sosial Facebook, seperti dilansir melalui techcrunch.com, Kamis 15 September 2016.

Para pengguna bisa menentukan topik tertentu untuk sebuah jendela percakapan. Pengguna bahkan bisa membuka ruang percakapan baru dengan topik lainnya.

Facebook juga menyediakan sebuah link di setiap jendela percakapan agar setiap pengguna bisa membagikan link tersebut kepada orang lain. Link ini berfungsi sebagai cara untuk mengundang atau mengajak seorang pengguna Facebook Messenger bergabung dalam percakapan.

Fitur ini membuat para pengguna bisa terhubung dan membuat percakapan berdasarkan minat dan hobi mereka. Fitur Room juga menyediakan pilihan moderasi untuk menyetujui anggota percakapan baru masuk dalam jendela percakapan.

Room dapat ditemukan pada aplikasi Facebook Messenger untuk perangkat bersistem operasi iOS. Fitur ini terkubur di antara source code dalam aplikasi, dengan beberapa penjelasan mengenai cara kerjanya. Room ditemukan oleh salah seorang pengembang aplikasi bernama Chris Messina.

Saat TechCrunch mencoba mengkonfirmasi Facebook, perusahaan milik Mark Zuckerberg ini, enggan memberi komentar apapun dan menganggap informasi tersebut hanyalah spekulasi media.

Namun setelah diperlihatkan potongan gambar yang dimiliki TechCrunch tentang fitur ini, Facebook akhirnya mau memberikan tanggapan. “Kami seringkali melakukan tes kecil, tapi tak ada keterangan lain mengenai fitur tersebut.”

Berdasarkan informasi yang ada, Facebook memang pernah memiliki sebuah aplikasi terpisah dengan nama Room. Aplikasi ini serupa dengan fitur yang tersedia didalam kode Facebook Messenger.

Pengguna bisa membuat percakapan berdasarkan topik yang mereka tentukan. Pengguna juga bisa saling berbagi foto, video dan notes dalam layanan ini. Bahkan untuk mengundang seseoran bergabung, pengguna bisa mengundang secara online ataupun offline.

Salah satu kelebihan lainnya aplikasi bernama Room adalah pengguna bisa menggunakan nama samaran dan atau mengganti nama panggilan di setiap jendela percakapan, sehingga identitas pengguna tidak harus dibuka.

Sayangnya aplikasi bernama Room ini hanya bertahan selama satu tahun. Setelah diluncurkan tahun 2014, Facebook memutuskan untuk menghapus Room dari App Store pada tahun 2015.


TECHCRUNCH | MAYA NAWANGWULAN

Berita terkait

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

6 jam lalu

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

Profil kampus UCLA tempat bentrok demo mahasiswa pendukung alias Pro-Palestina dengan pendukung Israel

Baca Selengkapnya

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

11 jam lalu

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

Bendera Korea Selatan memuat arti tanah (latar putih), rakyat (lingkaran merah dan biru), dan pemerintah (empat rangkaian garis atau trigram hitam).

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

12 jam lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

14 jam lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

14 jam lalu

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

Hari ini, 2 Mei 2011, Osama bin Laden ditembak mati oleh pasukan Amerika. Berikut fakta-fakta Osama bin Laden.

Baca Selengkapnya

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

19 jam lalu

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

Seorang pastor di Amerika Serikat menghabiskan dana gereja karena kecanduan game online Candy Crush.

Baca Selengkapnya

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

20 jam lalu

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

Menlu AS Antony Blinken mengunjungi pintu masuk bantuan ke Gaza didampingi para pejabat Israel.

Baca Selengkapnya

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

21 jam lalu

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

Menikmati keindahan alam di Amerika Serikat dengan road trip merupakan pengalaman yang harus dicoba setidaknya sekali seumur hidup

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

23 jam lalu

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

Top 3 dunia, AstraZeneca, untuk pertama kalinya, mengakui dalam dokumen pengadilan bahwa vaksin Covid-19 buatannya dapat menyebabkan efek samping

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya