Astronom Internasional Kembangan Peta Alam Semesta Skala Besar

Reporter

Selasa, 30 Mei 2017 05:33 WIB

Pesawat luar angkasa milik NASA, Cassini, yang mengorbit di planet Saturnus. (nasa.gov)

TEMPO.CO, Los Angles - Berdasarkan sepenuhnya pada posisi quasar, kolaborasi astronom internasional dengan Sloan Digital Sky Survey (SDSS) membuat peta pertama alam semesta dengan skala besar.

"Untuk mengungkap misteri percepatan kosmik, para astronom berusaha memetakan Semesta dari sekarang sampai jauh ke masa lalu. Para astronom China, khususnya dari National Astronomical Observatories of Chinese Academy of Sciences (NAOC) yang bekerja dalam bidang kosmologi observasi dan teoritis, berperan penting dalam kolaborasi internasional survei galaksi eBOSS," kata Xue Suijian, profesor dan wakil direktur NAOC, yang berada di bawah Chinese Academy of Sciences kepada Xinhua, Minggu.

Quasar adalah titik cahaya sangat jauh dan terang yang mendapat energi dari lubang hitam supermasif. Ketika materi dan energi masuk ke quasar lubang hitam, mereka memanas sampai suhu luar biasa dan mulai bercahaya.

Baca: Peneliti Amati Perubahan Hujan di Mars yang Mirip di Bumi

Cahaya terang inilah yang dideteksi oleh teleskop 2,5 meter di Bumi. Teleskop observasi ini memberi para ilmuwan jarak quasar, yang mereka gunakan untuk membuat peta tiga dimensi tempat quasar berada.

"Quasar-quasar ini amat sangat jauh sehingga cahaya meninggalkan mereka ketika Semesta berusia antara tiga sampai tujuh miliar tahun, jauh sebelum Bumi ada," kata Gongbo Zhao dari NAOC, pemimpin studi yang lain.

Untuk membuat peta mereka, tim riset internasional menggunakan teleskop Sloan Foundation untuk mengamati jumlah quasar yang tidak diketahui sebelumnya.

Selama dua tahun pertama Extended Baryon Oscillation Spectroscopic Survey (eBOSS) SDSS, para astronom mengukur posisi tiga dimensi akurat dari 147.000 quasar lebih menurut SDSS.

Baca: Astronom ITB Jadi Nama Asteroid 12937 Premadi

Dan untuk menggunakan peta guna memahami perluasan Semesta, para astronom harus melangkah lebih jauh menggunakan pengukuran fenomena yang disebut Osilasi Akustik Baryon (Baryon Acoustic Oscillations/BAOs), yang merupakan jejak masa kini dari gelombang-gelombang suara yang menjelajahi awal Semesta, ketika Semesta masih lebih panas dan lebih padat dari yang kita lihat sekarang.

Namun ketika Semesta berusia 380.000 tahun kondisi tiba-tiba berubah dan gelombang-gelombang suara menjadi "beku" di tempat. Gelombang-gelombang beku ini meninggalkan jejak dalam stuktur tiga dimensi di Semesta yang kita lihat sekarang.

Hasil studi baru itu juga mengonfirmasi standar model kosmologi yang sudah dibangun para peneliti dalam dua dekade lebih.

Baca: Stephen Hawking Akan Terbang ke Luar Angkasa

Dalam model standar ini, Semesta mengikuti prediksi Teori Relativitas Umum Einstein--namun mencakup komponen-komponen yang efeknya bisa diukur, namun penyebabnya belum diketahui menurut hasil studi.

Pekerjaan belum usai, dan eksperimen eBOSS masih berlanjut menggunakan Teleskop Sloan di Apache Point Observatory di New Mexico, Amerika Serikat, untuk mengamati lebih banyak quasar dan menambah ukuran peta masa depan.

"Di sampung eBOSS, Dark Energy Spectroscopic Instrument (DESI), survei pemetaan galaksi Semesta yang lebih besar menggunakan objek-objek astronomi yang jauhnya sampai 10 miliar tahun cahaya dari kita, akan memulai observasi tahun 2018," kata Xue sebagaimana dikutip Xinhua.

ANTARA

Berita terkait

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

2 jam lalu

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

Profil kampus UCLA tempat bentrok demo mahasiswa pendukung alias Pro-Palestina dengan pendukung Israel

Baca Selengkapnya

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

7 jam lalu

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

Bendera Korea Selatan memuat arti tanah (latar putih), rakyat (lingkaran merah dan biru), dan pemerintah (empat rangkaian garis atau trigram hitam).

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

8 jam lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

10 jam lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

10 jam lalu

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

Hari ini, 2 Mei 2011, Osama bin Laden ditembak mati oleh pasukan Amerika. Berikut fakta-fakta Osama bin Laden.

Baca Selengkapnya

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

15 jam lalu

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

Seorang pastor di Amerika Serikat menghabiskan dana gereja karena kecanduan game online Candy Crush.

Baca Selengkapnya

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

16 jam lalu

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

Menlu AS Antony Blinken mengunjungi pintu masuk bantuan ke Gaza didampingi para pejabat Israel.

Baca Selengkapnya

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

17 jam lalu

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

Menikmati keindahan alam di Amerika Serikat dengan road trip merupakan pengalaman yang harus dicoba setidaknya sekali seumur hidup

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

19 jam lalu

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

Top 3 dunia, AstraZeneca, untuk pertama kalinya, mengakui dalam dokumen pengadilan bahwa vaksin Covid-19 buatannya dapat menyebabkan efek samping

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya