Pesawat luar angkasa milik NASA, Cassini, yang mengorbit di planet Saturnus. (nasa.gov)
TEMPO.CO, Washington DC - Akhir dari misi penyidik NASA untuk Saturnus, Cassini, semakin dekat, saat pesawat antariksa veteran itu memasuki bulan terakhir di orbit. Penyidik ini akan terbakar seperti meteor buatan dalam atmosfer Saturnus pada 15 September, yang mengakhiri pengembaraan 13 tahun di planet bercincin itu.
Sebagai tahap penutup, pesawat antariksa itu telah memulai serangkaian langkah berani melewati planet itu untuk mengakhiri misinya. Orbit Cassini saat ini membawa pesawat itu di atas kutub planet dan melalui gap antara cincin terdalam planet dan atmosfer teratas - yang berakhir dengan Cassini meluncur jauh ke dalam atmosfer atas Saturnus.
"Ini sangat pahit," kata Jo Pitesky, teknisi sistem sains Cassini di Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA di Pasadena, California. "Tapi [Cassini] melakukan apa yang diinginkan untuknya. Dia melakukan eksplorasi dan membuat misi memperoleh ilmu besar. Ini sangat memuaskan."
Pada hari Senin (14 Agustus), Cassini melakukan pelintasan terdekat dengan Saturnus, menukik hanya 1.000 mil (1.600 kilometer) di atas puncak awan planet itu. Pada jarak ini, kamera pesawat antariksa ini dapat melihat fitur atmosfer sepanjang 16 mil (25 km), 100 kali lebih kecil dari yang dapat dilihatnya sebelum fase akhir ini.
Tapi saat Cassini semakin dekat, maka dia akan dapat melakukan pengukuran langsung atmosfer, sehingga menjadi penyelidik atmosfer itu sendiri.
"Cassini akan menjadi penyelidik atmosfer Saturnus yang pertama," ujar Linda Spilker, ilmuwan proyek Cassini di JPL, dalam pernyataan yang sama. "Telah lama menjadi tujuan dalam eksplorasi planet untuk mengirim penyidik khusus ke atmosfer Saturnus, dan kami meletakkan dasar untuk eksplorasi di masa depan dengan langkah pertama ini," tambah Spilker.