Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hasil Riset: Kentut Sapi Salah Satu Penyebab Pemanasan Global

Reporter

Editor

Amri Mahbub

image-gnews
Sapi varietas Gatotkaca yang merupakan sapi Belgian Blue  pertama di Asia Tenggara yang berhasil diternakan dipamerkan di Jambore Peternakan Nasional 2017, Ahad, 24 September 2017. Sapi ini diperkirakan mampu mengungguli sapi jenis Limosin dalam kuantitas
Sapi varietas Gatotkaca yang merupakan sapi Belgian Blue pertama di Asia Tenggara yang berhasil diternakan dipamerkan di Jambore Peternakan Nasional 2017, Ahad, 24 September 2017. Sapi ini diperkirakan mampu mengungguli sapi jenis Limosin dalam kuantitas
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Hasil riset terbaru ini mungkin akan jadi bahan tertawaan: kentut sapi berperan besar dalam pemanasan global. Lucu? Kedengarannya memang begitu. Namun, nyatanya emisi metana yang disebabkan oleh gas buangan sapi menjadi penyumbang utama pemanasan bumi. Penelitian baru ini menunjukan bahwa perkiraan emisi metana dari peternakan mungkin telah turun sekitar 10 persen.

Sapi menghasilkan metana sebagai produk alami dari pencernaannya. Metana adalah bagian besar dari apa yang disebut "efek rumah kaca" yang menyebabkan atmosfer lebih banyak menyerap panas matahari daripada memantulkannya kembali ke angkasa. Imbasnya, bumi kita memanas seperti oven. Karbon dioksida (CO2) adalah penyebab utama efek rumah kaca, namun metana juga merupakan zat yang mengikat panas, bahkan lebih baik dari CO2.

Temuan ini dipublikasikan di jurnal Carbon Balance and Management edisi 29 September 2017. Dalam sebuah program yang disponsori oleh inisiatif penelitian Carbon Monitoring System Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), para peneliti dari Joint Global Change Research Institute (JGCRI) menemukan bahwa emisi metana (CH4) global pada 2011 adalah 11 persen lebih tinggi dari perkiraan berdasarkan pedoman yang diberikan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) pada 2006.

Baca: Hasil Riset: Mengapa Banyak Orang Dituding Ikut PKI Usai 1965

"Ini mencakup peningkatan 8,4 persen metana dari fermentasi enterik (pencernaan) pada sapi perah dan ternak lainnya. Juga, peningkatan pengelolaan pupuk metana sebesar 36,7 persen dibandingkan dengan perkiraan berbasis IPCC," tulis tim dalam artikel berjudul "Revised methane emissions factors and spatially distributed annual carbon fluxes for global livestock".

Ghassem Asrar, Direktur JGCRI, anggota studi mengatakan, di antara wilayah global, ada variabilitas yang menonjol dalam tren perkiraan emisi dalam beberapa dekade terakhir. "Kami menemukan bahwa total emisi metana ternak telah meningkat paling banyak di daerah berkembang pesat seperti Asia, Amerika Latin dan Afrika," kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Julie Wolf, peneliti dari US Department of Agriculture (USDA) yang anggota studi, menjelaskan, di beberapa wilayah, jumlah ternak selalu berubah-ubah dan berkembang biak lebih besar. Hewan dengan asupan makanan yang tinggi itu, dapat menyebabkan emisi metana jauh lebih tinggi. "Metana adalah moderator penting suhu atmosfer bumi," ujarnya.

Baca: Hasil Riset: Inilah Karyawan yang Kerap Berbohong

Simak artikel menarik lainnya tentang hasil riset terbaru dan pemanasan global hanya di kanal Tekno Tempo.co.

GEARSOFBIZ | MORNING TICKER | ZUL’AINI FI’ID N.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

13 jam lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

Dubai terdampak badai yang langka terjadi di wilayahnya pada Selasa lalu, 16 April 2024.


Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

5 hari lalu

Anomali suhu udara permukaan untuk Maret 2024. Copernicus Climate Change Service/ECMWF
Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.


Waspada Dampak Penguapan Air Selama Kemarau, Diperkirakan Berlangsung di Jakarta dan Banten pada Juni-Agustus 2024

22 hari lalu

Warga beraktivitas di pinggir Waduk Cacaban, Kedung Banteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Selasa, 11 September 2018. Akibat musim kemarau tahun ini, volume air di salah satu waduk penyuplai di wilayah Pantura itu menyusut hingga lebih dari puluhan meter sehingga mengancam kekeringan, terutama persawahan di sejumlah wilayah itu. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Waspada Dampak Penguapan Air Selama Kemarau, Diperkirakan Berlangsung di Jakarta dan Banten pada Juni-Agustus 2024

Fenomena penguapan air dari tanah akan menggerus sumber daya air di masyarakat. Rawan terjadi saat kemarau.


Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

29 hari lalu

Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengecek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, Senin (18/3/2024), yang direncanakan menjadi lokasi upacara HUT Ke-79 RI pada 17 Agustus 2024. ANTARA/HO-Biro Humas Setjen Kemhan RI.
Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.


13 Persen Resort Ski Dunia Diprediksi Gundul dari Salju Pada 2100

29 hari lalu

Australia dalam sepekan harus menyiapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona di resor ski. Foto: @thredboresort
13 Persen Resort Ski Dunia Diprediksi Gundul dari Salju Pada 2100

Studi hujan salju di masa depan mengungkap ladang ski dipaksa naik ke dataran lebih tinggi dan terpencil. Ekosistem pegunungan semakin terancam.


Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

30 hari lalu

Pekerja menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis 15 Februari 2024. Pembangunan PLTS tersebut untuk fase pertama sebesar 10 megawatt (MW) dari total kapasitas 50 MW yang akan menyuplai energi terbarukan untuk IKN dan akan beroperasi pada 29 Pebruari 2024. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

Kajian peneliti BRIN menunjukkan potensi kekeringan esktrem di IKN Nusantara dan wilayah lainnya di Kalimantan pada 2033-2050. Dipicu perubahan iklim.


Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

32 hari lalu

Ilustrasi kesepian. Shutterstock
Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.


Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

32 hari lalu

Peneliti dan Wakil Direktur Asia Maritime Transparency Initiative CSIS Harrison Prtat. Sumber: istimewa
Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.


Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

32 hari lalu

 acara press briefing bertajuk 'Deep Blue Scars Environmental Threats to the South China Sea' yang diselenggarakan oleh Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) pada Jumat 15 Maret 2024, di Jakarta. Sumber: dokumen IOJI
Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut


Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

38 hari lalu

Kebakaran hutan membakar area di Santa Juana, dekat Concepcion, Cile, 4 Februari 2023. REUTERS/Ailen Diaz
Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?