Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jangan Makan Plasenta, Ini Risikonya

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Pembuatan pil plasenta. AP
Pembuatan pil plasenta. AP
Iklan

TEMPO.CO, San Francisco - Mengkonsumsi plasenta setelah melahirkan telah menjadi semacam sebuah keisengan,  dengan pasangan selebriti Jason Biggs dan Jenny Mollen menjadi yang terakhir melakukannya setelah melahirkan. Kim Kardashian bahkan telah memposting foto di Twitter tentang plasenta yang dikeringkan dan dienkapsulasi.

Pendukung praktek ini, yang disebut placentophagy, mengklaim bahwa makan plasenta dapat membantu mengatasi depresi pascamelahirkan, memperbaiki laktasi dan meningkatkan energi.

Baca: Kim Kardashian Makan Plasenta, Ketahui Manfaatnya 

Namun, tinjauan baru terhadap berbagai penelitian menemukan bahwa sebenarnya tidak ada manfaat kesehatan untuk makan plasenta. Sebaliknya, tindakan itu membawa risiko bagi ibu dan bayinya yang menyusui, kata periset.

Kajian tersebut, yang dipublikasikan secara online pada bulan Agustus di American Journal of Obstetrics & Gynecology, meneliti penelitian yang ada mengenai placentophagy untuk menentukan apakah praktek tersebut pantas dilakukan. Tim menemukan bahwa beberapa uji klinis yang telah mempelajari placentophagy mendapati praktek tersebut tidak bermanfaat.

"Jangan makan plasenta bayi Anda," kata penulis studi senior Dr. Amos Grünebaum, seorang profesor kebidanan dan ginekologi klinis di Weill Cornell Medical College di New York City. "Tidak ada manfaatnya, dan ada potensi risiko."

Risiko ini meliputi infeksi virus dan bakteri baik untuk bayi menyusui maupun ibu, dan risiko menelan racun dan hormon yang terkumpul di plasenta selama kehamilan, menurut kajian tersebut. Risiko ini hadir bahkan ketika plasenta telah dibekukan-dikeringkan dan dienkapsulasi, atau dipanggang.

Tidak ada standar untuk pemrosesan plasenta untuk konsumsi manusia di AS, dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan untuk menghindari enkapsulasi plasenta karena tidak selalu menghilangkan patogen.

Sedangkan untuk memanggang plasenta, ia harus memenuhi persyaratan panas yang sama dari daging matang lainnya untuk menghilangkan infeksi, kata CDC. "Steak bisa dimasak mentah, sedang atau sudah matang," kata Grünebaum kepada Live Science. "Semakin mentah, semakin besar kemungkinan kontaminasi."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Laporan CDC dari bulan Juni menyoroti risiko tidak memanaskan plasenta ke suhu yang cukup tinggi untuk membunuh bakteri. Dalam laporan tersebut, pejabat CDC menggambarkan sebuah kasus di mana bayi mendapat infeksi dari bakteri yang hadir di kapsul plasenta ibunya.

Setelah menyelidiki kapsul itu, CDC menyebutkan bahwa ketika plasenta dienkapsulasi, tidak dipanaskan pada suhu yang cukup tinggi untuk cukup lama untuk membunuh bakteri. Untuk melakukannya, plasenta perlu dipanaskan sampai 130 derajat Fahrenheit selama lebih dari 2 jam, kata CDC.

Bahkan suhu yang lebih tinggi diperlukan untuk membunuh virus seperti HIV, Zika dan hepatitis, menurut kajian itu.

Tetapi penelitian telah menemukan bahwa bahkan ketika plasenta dimasak cukup lama untuk menghilangkan virus atau bakteri, logam berat dan hormon dapat terakumulasi di plasenta, dan panas tidak akan berpengaruh pada senyawa tersebut, kata kajian tersebut.

Baca: Andien Biarkan Tali Pusar dan Plasenta Bayinya Putus Sendiri

Tak satu pun dari studi ini menemukan kadar toksin atau hormon yang berbahaya di plasenta, namun wanita yang mengonsumsi plasenta sering melaporkan sakit kepala, yang dapat disebabkan oleh logam berat yang disebut kadmium yang terbentuk di plasenta mereka, kata para penulis.

LIVESCIENCE | ERWIN Z

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Terapi Kesehatan yang Sempat Viral dan Masih Populer

44 hari lalu

Ilustrasi terapi bekam. shutterstock.com
Terapi Kesehatan yang Sempat Viral dan Masih Populer

Berikut lima tren kesehatan yang sempat viral dan masih populer sampai sekarang. Ingat, tak semua baik dilakukan dan cocok untuk setiap orang.


Penularan Hepatitis B Mayoritas Ditularkan dari Ibu ke Anak, Cegah dengan Ini

18 Mei 2023

Ilustrasi hepatitis. Shutterstock
Penularan Hepatitis B Mayoritas Ditularkan dari Ibu ke Anak, Cegah dengan Ini

Penularan hepatitis B, C, dan D dari ibu ke anak umumnya secara langsung ketika hamil melalui plasenta yang akan dibawa hingga bayi lahir


Mandy Moore Minum Pil Plasenta setelah Melahirkan, Apa Manfaatnya?

27 Oktober 2022

Mandy Moore menunjukkan gaya rambut barunya yang dicat pirang. Instagram.com/@mandymoore
Mandy Moore Minum Pil Plasenta setelah Melahirkan, Apa Manfaatnya?

Mandy Moore mengemas plasentanya menjadi pil, ada klaim bahwa pil ini berkhasiat untuk ibu setelah melahirkan.


Risiko Kerusakan Plasenta dan Kekebalannya pada Wanita Hamil yang Mengalami Covid-19

18 Oktober 2022

Ilustrasi ibu hamil. (Unsplash/Suhyeon Choi)
Risiko Kerusakan Plasenta dan Kekebalannya pada Wanita Hamil yang Mengalami Covid-19

Ada sejumlah penelitian yang melihat efek Covid-19 pada wanita hamil


Kenali Penyebab Keguguran, Hati-hati Usia Kehamilan Sebelum 20 minggu

4 Juni 2022

Ilustrasi keguguran. Shutterstock
Kenali Penyebab Keguguran, Hati-hati Usia Kehamilan Sebelum 20 minggu

Keguguran adalah berhentinya kehamilan secara tidak terduga dan tiba-tiba. Apa saja penyebabnya? Mengapa terjadi di 3 bulan pertama kehamilan?


Risiko Kehamilan Pasca Operasi Caesar, Berbahaya Jika Lebih dari 3 Kali Caesar?

25 Februari 2022

Ilustrasi melahirkan. Shutterstock
Risiko Kehamilan Pasca Operasi Caesar, Berbahaya Jika Lebih dari 3 Kali Caesar?

Benarkah ibu hamil tidak disarankan melahirkan dengan operasi caesar lebih dari tiga kali? Jika benar apa efeknya?


Persalinan Harus dengan Operasi Caesar, Apa Sebabnya?

21 Agustus 2021

Ilustrasi perawatan ibu hamil. Shutterstock.com
Persalinan Harus dengan Operasi Caesar, Apa Sebabnya?

Persalinan dapat dilakukan dengan operasi caesar jika persalinan normal tidak dimungkinkan terjadi karena alasan medis. Apa saja sebabnya?


Rachel Maryam Pendarahan Saat Melahirkan, Kenali Penyebab dan Gejalanya

4 Oktober 2020

Artis Rachel Maryam berpose sebelum mengikuti pelantikan DPR  periode 2019-2024 di Ruang Rapat Paripurna, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 1 Oktober 2019. Rachel mengenakan kebaya modifikasi berwarna pink dengan paduan abu-abu. ANTARA/Galih Pradipta
Rachel Maryam Pendarahan Saat Melahirkan, Kenali Penyebab dan Gejalanya

Rachel Maryam dikabarkan mengalami pendarahan saat melahirkan anak keduanya


Cerita Alice Norin Melewati Persalinan dengan Placenta Previa Totalis Accreta

14 September 2020

Alice Norin. Instagram.com/@alicenorin
Cerita Alice Norin Melewati Persalinan dengan Placenta Previa Totalis Accreta

Nyaris diangkat rahim dan kehilangan darah hingga 3 liter, Alice Norin bersyukur bisa melahirkan dengan selamat.


Sebab Retensio Plasenta Komplikasi saat Melahirkan dan Risikonya

17 Juni 2020

Ilustrasi ibu melahirkan. shutterstock.com
Sebab Retensio Plasenta Komplikasi saat Melahirkan dan Risikonya

Ketika plasenta atau ari-ari tetap berada di dalam tubuh, wanita akan menunjukkan gejala sehari setelah melahirkan.