Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Wallacea Week 2017: Mencari Jejak Terbaru Alfred Russel Wallace

Reporter

Editor

Amri Mahbub

image-gnews
Alfred Russel Wallace. (wikipedia)
Alfred Russel Wallace. (wikipedia)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Alfred Russel Wallace, ilmuwan dari Inggris, memiliki arti penting untuk Indonesia. Dia paling dikenal karena pemahamannya akan teori evolusi melalui seleksi alam. Makalah yang berjudul "On the Tendency of Varieties to Depart Indefinitely From the Original Type" itu diterbitkan bersama-sama dengan beberapa tulisan Charles Darwin pada 1858.

Hal ini mendorong Darwin untuk mempublikasikan gagasannya sendiri dalam The Origin of Species (1859). Wallace banyak melakukan penelitian lapangan, pertama-tama di basin Sungai Amazon dan kemudian di Nusantara, di mana ia mengidentifikasi pembagian fauna yang sekarang dikenal dengan istilah Garis Wallace.

Garis tersebut membagi kepulauan Indonesia menjadi dua bagian yang berbeda. Bagian barat di mana sebagian besar faunanya berasal dari Asia dan bagian timur di mana faunanya mencerminkan Australasia. Dokumentasi Wallace tentang Nusantara terbit dalam buku The Malay Archipelago (1869). Wallace juga diketahui berjasa mencatatkan Ternate ke dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan hayati.

Banyak sekali kisah inspirasi dan kekaguman Wallace tentang kekayaan Indonesia yang tertuang dalam buku tersebut seperti persebaran biodiversitas yang unik karena dipengaruhi perubahan lempeng bumi di masa silam, serta berbagai penemuan khas dan unik dari fauna yang hidup di Indonesia.

Namun, kisahnya tidak berhenti sampai disitu. Masih banyak potensi ilmiah lainnya yang saat ini belum tergali, termasuk yang berada di Kawasan Wallacea, meliputi Sulawesi, Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

"Melalui bukti-bukti, peninggalan Wallace dapat dengan nyata teraba dan dengan mudah teridentifikasi bahwa dia adalah bagian dari sejarah bangsa Indonesia. Kita perlu mengingat kembali arti pentingnya untuk Indonesia serta mencari cara memanfaatkan potensi itu," ujar Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Sangkot Marzuki di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Senin, 16 Oktober 2017.

AIPI, British Council, British Embassy Jakarta dan juga Perpustakaan Nasional RI berusaha mengangkat kembali arti penting Wallace dan kawasan Wallacea bagi Indonesia melalui "Wallacea Week 2017". Kegiatan ini berisikan informasi dan pengetahuan terkait kisah Wallace yang ditujukan bagi para peneliti, akademisi, siswa-siswi serta publik lainnya yang dihadirkan melalui pameran, kuliah umum, diskusi, serta pemutaran film.

Rangkaian kegiatan Wallacea Week 2017 yang turut didukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Pariwisata ini diselenggarakan untuk mengawali kampanye tentang Wallace dan Wallacea hingga 2019. Dua tahun lagi menandai 150 tahun terbitnya buku The Malay Archipelago (1869).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kawasan Wallacea membuktikan bahwa Indonesia sangatlah kaya akan keunikan dan merupakan rumah bagi begitu banyak warisan budaya, keanekaragaman hayati dan geologis. Selaku tuan rumah sekaligus penjaga dari Kawasan Wallacea, Indonesia memiliki reputasi internasional tersendiri atas keanekaragaman, inklusi dan kemajemukan kehidupan di dalamnya.

"Teinspirasi oleh ilmuan Inggris yang hebat Alfred Russel Wallace serta juga sebagai bukti komitmen bersama Inggris dan Indonesia terhadap keberlanjutan keanekaragaman hayati, British Council sangat senang dan bangga menjadi salah satu mitra program Wallacea ini," kata Direktur British Council di Indonesia, Paul Smith OBE di Jakarta.

Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, juga menyatakan kebahagiaannya bisa menjadi salah satu tuan rumah dan penyelenggara Wallacea Week 2017. Alfred Russel Wallace, menurut dia, telah memberikan kontribusi besar terhadap ilmu pengetahuan.

"Acara Wallacea Week ini mengingatkan kita akan kekayaan aneka ragam hayati yang dimiliki bangsa Indonesia, dan sangat penting bagi bangsa ini untuk terus menggali, mengembangkan dan mengeksplorasi seperti yang telah dilakukan Wallace," kata Syarif Bando.

Wallacea Week 2017 akan membahas berbagai sisi tentang Wallace dan kawasan Wallacea, mulai dari sejarah penemuan ilmu pengetahuan yang dilakukan Wallace, berbagai penelitian dan pembangunan yang kini dilakukan di sana. Juga, langkah ke depan yang perlu dilakukan untuk mengeksplorasi laboratorium hidup tersebut.

Wallacea Week 2017 juga diharapkan dapat membangun kesadaran masyarakat tentang kekayaan hayati yang Indonesia miliki. Serta, mengawali berbagai kerjasama dalam pengembangan potensi kawasan Wallacea untuk kesejahteraan dan kedaulatan Indonesia, melalui berbagai kolaborasi ilmu pengetahuan dan pembangunan.

Simak artikel menarik lainnya tentang Wallace Week 2017 dan Alfred Russel Wallace hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


200 Tahun Alfred Russel Wallace: Kawasan Wallacea Sisakan Banyak Ilmu Pengetahuan

15 Agustus 2023

Wallacea Week 2017 digelar di Perpustakaan Nasional mulai Senin, 16 Oktober 2017. Kredit: Kistin Septiyani
200 Tahun Alfred Russel Wallace: Kawasan Wallacea Sisakan Banyak Ilmu Pengetahuan

Perayaan 200 tahun Alfred Russel Wallace: kawasan Wallacea meninggalkan legasi ilmu pengetahuan.


Bisa Cegah Anemia, Apa Saja Manfaat Gula Aren?

26 Oktober 2021

Jadi diantara gula pasir dan gula aren sebetulnya mana yang lebih sehat?
Bisa Cegah Anemia, Apa Saja Manfaat Gula Aren?

Gula aren yang disebut sebagai gula asli Indonesia ternyata memiliki banyak manfaat. Apa saja manfaatnya?


Pulau Ternate Hidupkan Wisata Jejak Naturalis Wallace

7 November 2019

Gunung Gamalama, Ternate, Maluku Utara. Tempo/Rully Kesuma
Pulau Ternate Hidupkan Wisata Jejak Naturalis Wallace

Pulau Ternate bukan hanya beraroma cengkeh dan rempah-rempah yang mengundang penjelajah Eropa. Ternate juga menyumbang pembentukan teori evolusi.


Bantimurung Bergabung dalam Taman Warisan ASEAN

29 Oktober 2019

Wisatawan lokal saat menaiki kanopi trail di Taman Kupu Kupu, Taman Nasional Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 17 Juli 2017. Alfred Russel Wallace (1857) menjuluki Bantimurung ini sebagai
Bantimurung Bergabung dalam Taman Warisan ASEAN

Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, telah resmi ditetapkan sebagai ASEAN Heritage Park.


Lebah Raksasa Wallace Ditemukan Lagi, Sempat Dikira Punah

24 Februari 2019

Perbandingan lebah madu biasa dengan lebah raksasa Wallace. (Dok. Clay Bolt | claybolt.com)
Lebah Raksasa Wallace Ditemukan Lagi, Sempat Dikira Punah

Lebah raksasa Wallace asal Maluku, yang dikabarkan sudah punah, berhasil ditemukan Clay Bolt.


Pelajaran untuk Jurnalis dan Travel Blogger dari Tokoh Wallace

17 Oktober 2018

Ilustrasi: TEMPO/Machfoed Gembong
Pelajaran untuk Jurnalis dan Travel Blogger dari Tokoh Wallace

Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil jurnalis dan travel blogger dari tokoh penjelajah Inggris, Alfred Russel Wallace.


Menggali Inspirasi di Wallacea Week 2017

18 Oktober 2017

Wallacea Week 2017 digelar di Perpustakaan Nasional mulai Senin, 16 Oktober 2017. Kredit: Kistin Septiyani
Menggali Inspirasi di Wallacea Week 2017

Foto-foto koleksi The Wallacea Fondation yang ditampilkan di Wallacea Week 2017 memperlihatkan ragam fauna di jalur Wallacea.