TEMPO.Co, Bandung - Gempa tektonik bermagnitudo 6,4 muncul dari Laut Flores-Banda, Selasa, 24 Oktober 2017 pukul 17.47.46 WIB. Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) mencatat guncangan gempa itu terasa di Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur.
Baca: Ilmuwan Berhasil Temukan Mekanisme untuk Prediksi Gempa Bumi
Hasil analisis terbaru BMKG menunjukkan sumber gempa berada pada koordinat 7,28 LS dan 123,04 BT. "Atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 92 kilometer arah utara Kota Muleng, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur," kata Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono lewat keterangan tertulis, Selasa, 24 Oktober 2017.
Sumber gempa tergolong dalam, yaitu 557 kilometer. Dampak lindu berupa guncangan dirasakan di Waingapu dalam skala intensitas II versi BMKG (III-IV MMI), di Denpasar skala II versi BMKG (II-III MMI). Adapun di Kupang, Mataram, Ambon, Kairatu, Namlea berskala intensitaa I versi BMKG (I-II MMI). "Hasil pemodelan menunjukkan gempa ini tidak berpotensi tsunami," ujar Daryono.
Meskipun gempa ini termasuk klasifikasi kuat, kedalaman gempa yang jauh itu tidak berpotensi merusak maupun bahaya tsunami
Secara tektonik, kata Daryono, di bawah zona Laut Flores dan Banda sebelah barat, merupakan zona pertemuan lempeng yang memiliki keunikan tersendiri. "Karena di wilayah ini Lempeng Indo-Australia menyusup curam ke bawah Lempeng Eurasia hingga kedalaman lebih dari 600 kilometer," kata dia.
BMKG menilai gempa dalam semacam ini merupakan fenomena menarik, karena sangat jarang terjadi.
Baca: BMKG: Sesar Aktif Picu Gempa Bumi di Tuban
Mekanisme sumber gempa itu berupa oblique turun atau kombinasi sesar turun dan mendatar dengan dominasi pergerakan turun. Gempa itu juga mengabarkan proses subduksi atau penunjaman lempeng dalam di utara Nusa Tenggara Timur hingga kini masih berlangsung.
ANWAR SISWADI