Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mencari Pongo tapanuliensis: Spesies Baru Orangutan yang Terancam

Reporter

Editor

Amri Mahbub

image-gnews
Seekor spesies orangutan, Pongo tapanuliensis bersama anaknya, di hutan Batang Toru, Sumatera Utara, 2 November 2017. Orangutan Tapanuli ini diduga sebagai keturunan langsung dari nenek moyang orangutan dari dataran Asia pada masa Pleistosen (zaman es). Jonas Landolt/Sumatran Orangutan Conservation Programme via AP
Seekor spesies orangutan, Pongo tapanuliensis bersama anaknya, di hutan Batang Toru, Sumatera Utara, 2 November 2017. Orangutan Tapanuli ini diduga sebagai keturunan langsung dari nenek moyang orangutan dari dataran Asia pada masa Pleistosen (zaman es). Jonas Landolt/Sumatran Orangutan Conservation Programme via AP
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pongo tapanuliensis, spesies orangutan Tapanuli yang baru terungkap, langsung masuk ke daftar terancam punah. Sebab, jumlahnya diperkirakan tidak lebih dari 1.000 individu.

"Selama ini habitatnya terisolir," tulis tim ilmuwan dalam jurnal Current Biology yang terbit secara daring, Kamis 2 November 2017. Edisi cetak akan terbit pada 20 Novembver 2017. Temuan itu diumumkan hari ini oleh tim peneliti gabungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Forum Orangutan Indonesia (FORINA), dan Yayasan Ekosistem Lestari-Program Konservasi Orangutan Sumatera (TEL-SOCP).

Menuru tim dalam artikel berjudul "Morphometric, Behavioral, and Genomic Evidence for a New Orangutan Species" ini, populasi orangutan Tapanuli terancam oleh perburuan dan proyek listrik tenaga air yang berpotensi mengurangi habitat mereka. Lantas bagaimana bisa sejumlah mamalia pemanjat pohon terbesar di dunia ini baru terdeteksi?

Primata satu ini terkenal sangat pemalu. Menemukan mereka secara liar, terutama di hutan lebat, sangat sulit. Penemuan ini bermula dari bukti tertulis tahun 1939, khususnya catatan-catatan kolonial yang menyebut populasi orangutan di daerah Tapanuli. Dari catatan itu tim yang dikomandoi Alexander Nater, antropolog dari University of Zurich, dan Erik Meijaard, antropolog dari Australian National University, lantas turun ke lapangan.

Seekor spesies orangutan, Pongo tapanuliensis, di hutan Batang Toru, Sumatera Utara, 2 November 2017. Spesies yang baru ditemukan itu dalam situasi hampir punah, kurang dari 800 makhluk berwarna kayu manis itu tersisa di alam bebas. Foto: Maxime Aliaga

Baca: Orangutan Ini Bebas, Setelah 24 Tahun Belajar

Sekadar informasi, Bukit Torang, Kabupaten Tapanuli Selatan, sangat jauh dari habitat asli orangutan Sumatera di Bukit Lawang, Kabupaten Langkat. Jaraknya sekitar 450 kilometer. Penduduk yang tinggal dengan Bukit Torang, menurut tim peneliti, membenarkan bahwa pernah ada populasi orangutan yang hidup di daerah tersebut. Terlebih, saat musim buah matang.

Dari sana proyek penelitian besar pun dibentuk. Proyek ini mengalami terobosan tragis pada November 2013, ketika satu orangutan jantan di hutan Tapanuli diserang dan dibunuh oleh warga kampung. Melihat ada kesempatan, para peneliti mengambil tengkoraknya dan membandingkan dengan 33 tengkorak orangutan Sumatera dan Kalimantan. Tengkorak orangutan yang baru terbunuh lebih kecil, wajahnya lebih rata dan taringnya lebih lebar daripada orangutan Sumatera dan Kalimantan.

Selain itu, tim juga menganalisis contoh darah dari dua orangutan lain yang lahir di Tapanuli. Dari hasil analisis DNA, spesies ini terpisah dari orangutan Sumatera (Pongo abelii) dan orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) sekitar 3,4 juta tahun lalu. Analisa genetika juga mampu menunjukkan bahwa telah terjadi antara orangutan Tapanuli dan Sumatera sekitar 10 ribu tahun lalu.

"Bukti-bukti tersebut cukup untuk menjadikan orangutan Tapanuli spesies baru," kata Puji Rianti, salah satu anggota peneliti dari IPB, di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat, Jumat , 3 November 2017.

Seekor spesies orangutan, Pongo tapanuliensis di hutan Batang Toru, Sumatera Utara, 2 November 2017. Jumlah individunya diperkirakan tidak lebih dari 800 ekor yang tersebar di tiga populasi terisolir di Batang Toru. Jonas Landolt/Sumatran Orangutan Conservation Programme via AP

Baca: Hutan Rehabilitasi Orangutan BOS Samboja Dirambah Penduduk

Peneliti dari Australia National University (ANU), Collin Groves, menjelaskan dua perbedaan morfologi yang ada di P. tapanuliensis. "Orangutan Tapanuli punya tengkorak dan rahang yang lebih kecil. Rambut di seluruh tubuh juga lebih keriting," kata Grove. "Kami terkejut sekaligus senang melihat karakteristiknya yang berbeda dengan orangutan lain."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Grove menjelaskan, orangutan Tapanuli jantan menyebarkan informasi dengan cara panggilan jarak jauh atau long call yang berbeda-beda. Jenis pakan spesies ini hanya buah-buahan yang bisa ditemukan di Batang Toru. Menurut Puji, hal tersebut menjadikan perlunya peninjauan ulang atas pengembangan daerah di wilayah Batang Toru agar ekosistem tetap terjaga demi keberangsungan hidup Orangutan Tapanuli.

Sayangnya, jumlah individu orangutan ini hanya sedikit. Diperkirakan hanya 800 ekor di tiga habitat terisolir di Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Sedikitnya populasi itu juga terancam minimnya habitat. Menurut tim dalam jurnal, P. tapanuliensis hanya berkeliaran di kawasan seluas 1.000 kilometer persegi.

Habitat itu terancam makin berkurang dengan program pembangunan pembangkit tenaga listrik yang diproyeksikan selesai pada 2022. Pembangunan tersebut bisa memotong koridor satwa untuk berpindah. Kalau itu terjadi, kemungkinan besar populasi spesies ini akan kian terisolasi dan mendorong perwakinan sedarah (inses).

Seekor spesies orangutan, Pongo tapanuliensis, di hutan Batang Toru, Sumatera Utara, 2 November 2017. aliveforfootball.com

Baca: Tujuh Orangutan Dilepasliarkan Ke Kehje Sewen

Selain pembangunan pembangkit listrik, perburuan dan reproduksi yang rendah juga menjadi masalah besar. Menurut tim, seekor orangutan betina biasanya melahirkan satu anak sekitar enam tahun sekali. "Jika sampai delapan dari 800 individu terbunuh setiap tahun, selain angka kematian normal, spesies ini akan hilang," tulis tim.

Menteri LHK, Siti Nurbaya mengatakan, akan bekerjasama dengan pemerintah provinsi, kabupaten, para peneliti, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), sivitas akademika, aktivis lingkungan, masyarakat dan pihak lainnya untuk menjaga ekosistem Batang Toru. "Kami sangat bertekad untuk menjaga keberlangsungan hidup spesies kera besar ini. Kami menyadari bahwa Indonesia semakin memainkan peranan kunci dalam konservasi kehidupan global seluruh kera besar di dunia," ujar Siti Nurbaya.

Seekor spesies orangutan, Pongo tapanuliensis di hutan Batang Toru, Sumatera Utara, 2 November 2017. Pongo tapanuliensis merupakan spesies orangutan yang baru ditemukan. Andrew Walmsley/Handout via REUTERS

Baca: Orangutan Terpandai di Dunia Meninggal

Simak artikel menarik lainnya tentang spesies orangutan baru Pongo tapanuliensis hanya di kanal Tekno Tempo.co.

RIANI SANUSI PUTRI | AMRI MAHBUB

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Nanda Jadi Kado Hari Orangutan Sedunia di Taman Safari Prigen

19 Agustus 2020

Bayi orangutan di Taman Safari Prigen Pasuruan Jawa Timur, Rabu 19 Agustus 2020. (Antara Jatim/Taman Safari Prigen/IS)
Nanda Jadi Kado Hari Orangutan Sedunia di Taman Safari Prigen

Orangutan dimanapun berada dicemaskan terdampak pandemi Covid-19 pada manusia.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Darth Vader Isopod dari Indonesia

14 Juli 2020

Staf dari National University Singapore (NUS) saat pertama kali menangkap Bathynomus raksasa saat ekspedisi (South Java Deep Sea) SJADES 2018 bersama Lembnaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kredit: SJADES 2018
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Darth Vader Isopod dari Indonesia

Darth Vader Isopod ini ditemukan dalam survei pengambilan sampel laut dalam Ekspedisi Biodiversitas Laut Dalam Selatan Jawa.


Bayi Dibuang Orangutan Diselamatkan Warga di Kotawaringin

14 Juli 2020

Misran, warga Desa Kandan Kecamatan Kota Besi, Kabupaten Kotawaringin Timur, menyerahkan bayi orangutan yang ditemukannya saat memancing di Sungai Mentayan kepada Komandan Jaga BKSDA Kalteng Pos Sampit, Muriansyah, Senin 13 Juli 2020. ANTARA/HO
Bayi Dibuang Orangutan Diselamatkan Warga di Kotawaringin

Bayi orangutan berjenis kelamin jantan, usianya diperkirakan sekitar dua bulan. Kondisinya sehat.


BBKSDA Melepasliarkan Orangutan ke Taman Nasional Gunung Leuser

7 Juli 2020

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara melepasliarkan orangutan Maria ke Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Langkat. Kredit: ANTARA/HO-BBKSDA Sumatera Utara
BBKSDA Melepasliarkan Orangutan ke Taman Nasional Gunung Leuser

Orangutan ini diselamatkan BBKSDA pada 18 Juni 2020 di Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.


Suaka Margasatwa Lamandau Sambut Bayi Orangutan Pertama di 2020

1 Juli 2020

Bayi orangutan Pancaran bersama induknya Pauline di kawasan Camp Pelepasliaran dan Pemantauan Gemini di Suaka Margasatwa Lamandau, Kalimantan Tengah. Kredit: ANTARA/HO-KLHK
Suaka Margasatwa Lamandau Sambut Bayi Orangutan Pertama di 2020

Pancaran merupakan bayi orangutan pertama yang lahir di Suaka Margasatwa Lamandau pada tahun 2020.


Tidur di Hutan, Makannya di Kebun, Orangutan Dibius Dievakuasi

30 Mei 2020

Orangutan saat menyantap buah-buahan usai dilepasliarkan oleh Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) di desa Sei Gohong di Palangka Raya, provinsi Kalimantan Tengah, 3 Oktober 2019. REUTERS/Willy Kurniawan
Tidur di Hutan, Makannya di Kebun, Orangutan Dibius Dievakuasi

Orangutan itu diadukan setelah memanfaatkan kebun sebagai lokasi mencari sumber makanan sehari-hari.


Anies Ajak Warga Wisata Virtual Bersama Orangutan di IG Ragunan

30 Mei 2020

Anies Baswedan mengajak warga menyaksikan orangutan Sumatera dalam wisata virtual Taman Margasatwa Ragunan. Instagram/@aniesbaswedan
Anies Ajak Warga Wisata Virtual Bersama Orangutan di IG Ragunan

Anies Baswedan mengajak warga tonton orangutan secara live di Instagram Ragunan


COVID-19, Orangutan Harus Social Distancing dari Manusia

11 April 2020

Orangutan Sumatra (Pongo abelii) menggenggam tangan petugas, sebelum ditranslokasi, di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Senin, 16 Desember 2019. Foto: Johannes P. Christo
COVID-19, Orangutan Harus Social Distancing dari Manusia

Darurat kesehatan global COVID-19 juga mengancam kehidupan kerabat terdekat manusia yaitu kera besar.


Antisipasi Corona, Pusat Rehabilitasi Orangutan BOSF Ditutup

17 Maret 2020

Seekor orangutan saat berada di sebuah pulau sebelum pelepasliaran orangutan oleh Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) di desa Sei Gohong di Palangka Raya, provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia, 3 Oktober 2019. REUTERS/Willy Kurniawan
Antisipasi Corona, Pusat Rehabilitasi Orangutan BOSF Ditutup

Hingga saat ini belum ada kasus penularan virus corona COVID-19 dari manusia ke kera.


Ulang Tahun Hope, Bayi Orang Utan di Kebun Binatang Gembira Loka

13 Maret 2020

Bayi orang utan Hope berada dalam gendongan induknya saat ulang tahun pertama di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta, Rabu 11 Maret 2020. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Ulang Tahun Hope, Bayi Orang Utan di Kebun Binatang Gembira Loka

Bayi orang utan Hope berulang tahun di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta pada Rabu, 11 Maret 2020.