TEMPO.CO, Singapura – Berawal dari kepedulian soal kesehatan gigi dan mulut di masyarakat Indonesia, Hamzah Assaduddin dan Ahmad Faris Adli Izzudin, menciptakan solusi berupa aplikasi Gigicare.
Aplikasi Gigicare ini berhasil memenangkan pendanaan di ajang Young Social Entrepreneurs 2017 yang diselenggarakan Singapore International Foundation baru-baru ini.
Baca: Aplikasi Taponesia Tawarkan Bisnis Peduli Lingkungan
Hamzah mengatakan Gigicare ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang ada di Indonesia. Gigicare menawarkan connecting services, yaitu layanan untuk menghubungkan pasien yang memiliki suatu permasalahan gigi dan mulut tertentu dengan dokter gigi koas yang sedang memiliki persyaratan stase terkait permasalahan gigi tersebut.
Hal ini dapat berdampak secara positif kepada kedua belah pihak, baik pasien yang membutuhkan perawatan terjangkau maupun koas gigi sebagai persyaratan untuk lulus.
Mereka kemudian mengikuti YSE 2017 sebagai sarana untuk mendapatkan pendanaan, mentorship maupun jaringan. “Kami memutuskan untuk mengikuti YSE ini karena memang kami melihat YSE ini sebagai suatu perlombaan yang unik, tidak hanya sekedar perlombaan kemudian berhenti setelah selesai,” kata Hamzah. “YSE dirancang untuk menstimulus para pesertanya untuk memulai ide proyeknya dengan metodologi yang tepat.”
Setelah memutuskan untuk memulai Gigicare, Hamzah dan Adli berbagi tugas berdasarkan kemampuan masing-masing. Hamzah sebagai lulusan manajemen dari University College London bertugas mengelola aspek-aspek pengembangan bisnis dan produk. Sedangkan Adli, dokter gigi koas dari Universitas Jember, mengelola aspek operasional dan hal-hal yang berhubungan dengan customer dan bidang kesehatan.
Hamzah dan Adli memulai Gigicare dengan melakukan layanan secara manual. Mereka mencoba berbagai cara untuk mengakuisisi pasien maupun dokter koas sebagai upaya untuk mencari solusi yang tepat untuk menanggulangi masalah yang ada.
“Ini merupakan proses kelanjutan dari validasi permasalahan, yaitu validasi solusi, bahwa metode ini dapat berhasil, sebelum kita investasi dalam pengembangan produk yang sesungguhnya,” kata Hamzah.
Sementara itu, Adli sebagai lulusan sarjana kedokteran gigi dan masih berstatus sebagai mahasiswa koas, menangani operasional yang berkaitan dokter koas dan pasien.
Dia mengajak relawan untuk melakukan screening pasien dalam arti mengetahui apa keluhan dan jenis penyakit gigi dan mulut yang dialami untuk dihubungkan ke koas gigi yang memiliki requirement stase sesuai keluhan dan jenis penyakit si pasien.
“Kami datang ke sekolah-sekolah dasar dan memeriksa satu per satu kesehatan gigi dan mulut siswa,” kata Adli.
Dalam proses selanjutnya di ajang YSE 2017, mereka berhasil meraih pendanaan dari Singapore International Foundation sebesar S$ 20 ribu atau Rp 200 juta. Mereka harus mengajukan rancangan anggaran biaya agar dana itu turun sesuai dengan kebutuhan operasional hingga mencapai tahap pendanaan yang selanjutnya.
Baca: Kunci Keberhasilan Aplikasi Ala Pengembang Fruit Ninja
Dengan pendanaan yang ada, aplikasi Gigicare akan melakukan open recruitment menambah kapasitas tim. Mereka mencari orang-orang yang memiliki visi yang sama, untuk meningkatkan taraf kesehatan gigi dan mulut di Indonesia sekaligus mengurangi angka masyarakat yang tidak mendapatkan perawatan. “Kami berharap menjadi perusahaan yang berdiri atas visi sosial dan berorientasi kepada masyarakat.”
NUR HARYANTO