TEMPO.CO, Jakarta - Ilmuwan dari University of Wisconsin-Milwaukee (UWM) di AS, menemukan fragmen fosil pohon berusia 260 juta tahun di Antartika, yang menunjukkan bahwa tundra beku di Antartika merupakan hutan yang berkembang jauh sebelum kemunculan dinosaurus.
Baca: Supervolcano Diduga Berada di Bawah Lapisan Es Antartika
Selama musim panas Antartika, dari akhir November sampai Januari, ahli geologi UW-Milwaukee, Erik Gulbranson dan John Isbell mendaki lereng beku McIntyre Promontory di Pegunungan Transantarctic.
"Orang-orang telah mengetahui tentang fosil di Antartika sejak ekspedisi Robert Falcon Scott tahun 1910-1912," ujar Erik Gulbranson asisten profesor di UWM, sebagaimana dikutip situs Immortal, Minggu 12 November 2017.
Menurut Gulbranson, sebagian besar Antartika masih belum dijelajahi, sehingga jika ada yang pernah mendaki gunung tersebut, mungkin adalah orang pertama.
Sebelumnya, profesor di UWM John Isabell juga telah mempelajari deposit glasial pada preode Permian di benua es itu untuk mengetahui bagaimana iklim saat itu berubah.
Selain itu, untuk mengetahui fosil sesuai dengan sejarah geologi Antartika, Isabell menggunakan batu yang ditemukan di sekitar fosil pohon.
Sekitar 251 juta tahun lalu, lebih dari 90 persen kehidupan di bumi lenyap, termasuk hutan Antartika yang kokoh. Hal itulah yang menyebabkan Perode Permian berakhir.
“Hutan ini adalah sekilas gambaran kehidupan sebelum kepunahan itu terjadi. Gambaran hutan bisa membantu kita memahami apa yang menyebabkan lenyapnya kehidupan di bumi,” kata Gulbranson.
Kini, banyak ilmuwan mempercayai penyebab kepunahan periode Permian-Triassic adalah adanya peningkatan gas rumah kaca di atmosfir. Kemungkinan, peningkatan gas rumah kaca superti karbondioksida (CO2) dan metana (CH4), disebabkan oleh letusan gunung berapi di Siberia, Rusia selama 200.000 tahun.
Pada akhir Periode Premin, kondisi Antartika lebih hangat dan lembab dari sekarang. Kemungkinan hutan ini membentang di seluruh benua raksasa di belahan bumi selatan yang merupakan daratan luas yang terbentuk dari massa daratan benua Antartika, Afrika, Amerika Selatan, Australia, pulau Irian, Selandia Baru, Kaledonia Baru, India, Balkan, dan Madagaskar pada masa kini (Gondawana).
Baca: Misteri Lubang Raksasa di Antartika
Gulbranson akan kembali ke Antartika pada akhir bulan ini dan bertahan sampai Januari 2018. Dia berharap bisa mempelajari lebih banyak tentang kejadian kepunahan tersebut. Sebelumnya ia tak dapat mempelajari masa kepunahan karena terkendala cuaca.
IMMORTAL | PHYS | HARMANI