TEMPO.CO, San Francisco - Muntahan paus sperma atau ambergris mencuat setelah Sukadi, nelayan asal Bengkulu, menemukan 200 kilogram ambergris pada awal November lalu. Sukadi mengaku secara tidak sengaja melihat benda berwarna putih tersebut mengapung saat melaut di sekitar Pulau Enggano.
Baca: Ambergris Bukan Muntahan Paus, tapi...
Sukadi berniat menjual muntahan paus itu. "Rencananya dijual Rp 22 juta tiap kilogram," kata Sukadi saat dihubungi Tempo, Senin, 13 November 2017. Seberapa bernilai muntahan paus ini?
Situs stylecaster menulis, untuk waktu yang sangat lama, muntahan paus atau ambergris telah menjadi bahan utama di beberapa parfum premium terbaik. Parfum tertentu dari Chanel, Gucci dan Givenchy semuanya telah dikabarkan mengandung muntahan ini, yang lebih dikenal dengan ambergris.
Infografis: Ambergris, Muntahan Paus yang Bermanfaat dan Bernilai
Ambergris adalah zat mirip lilin yang terbentuk di perut paus sperma. Zat ini melindungi lapisan perut dari "makanan" tajam, seperti kulit kerang dan cumi-cumi besar, dan saat terjadi gangguan pencernaan, ikan paus memuntahkannya.
Meski baunya seperti kotoran, secara harfiah, saat disekresikan, ternyata zat ini menjadi batu yang berbau harum yang membasahi pantai, perlahan seiring berjalannya waktu. Berkat baunya yang baru dan seksi, ambergris berakhir menjadi wewangian.
Kabar baiknya: ambergris adalah barang mahal. Karena sangat jarang ditemukan, ambergris menjadi komoditas berharga (kira-kira sekitar US$ 20 atau Rp 270 ribu per gram). Akibat harga yang kelewat mahal itu, tidak semua merek mampu membeli barang mewah seperti itu, dan sekarang produk alami baru telah tersedia.
"Kami sekarang telah menemukan bahwa gen dari balsam cemara jauh lebih efisien dalam memproduksi senyawa alami semacam itu, yang dapat membuat produk bio ini lebih murah dan lebih berkelanjutan," ujar Joerg Bohlmann, seorang profesor di Universitas British Columbia dalam sebuah pernyataan.
"Dan mana yang sebaiknya Anda pilih?" Dr. Bohlmann bertanya kepada The New York Times. "Sesuatu dari perut paus sperma, atau ekstrak dari tanaman?"
Sekar Mira, peneliti paus di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, menegaskan jangan sampai ada perburuan terhadap paus sperma (Physeter macrocephalus), yang menghasilkan ambergris atau muntahan paus bernilai tinggi.
Baca: Ambergris, Muntahan Paus: Begini Cara Mengenalinya
Sekar mengkhawatirkan terjadi perburuan paus sperma untuk mengambil muntahan paus atau ambergris, padahal mamalia itu termasuk hewan yang dilindungi.
STYLECASTER | ERWIN Z