TEMPO.CO, Jakarta - Namanya disebut-sebut di berbagai media sosial karena dituding telah berbohong, di antaranya soal jabatan dekan di kampus Amerika dan nominasi Nobel, Prof. Dr. Taruna Ikrar pun menjelaskan duduk persoalan beberapa tudingan yang mengarah pada dirinya tersebut kepada Tempo.
Baca: S. Chandrasekhar, Astrofisikawan Pertama Peraih Hadiah Nobel
Dalam surat yang ditulis Ferizal Ramli, Ketua Ikatan Ahli dan Sajana Indonesia-Jerman (IASI) 2014-2016 itu mempertanyakan keabsahan kampus tempat Taruna tersebut dan jabatan Taruna sebagai dekan, serta nominasi Nobel yang disandangnya.
“Pada web https://www.pacifichealthu.org/isb, klik our school, klik international school of biomedical sciences, ada profile Taruna Ikrar sebagai dekan. Namun apabila diklik pada bagian lain dari web, tidak ditemukan informasi apapun (tertulis: coming soon),” tulis Ferizal.
Kejanggalan lain soal alamat kampus. “Alamat School of Biomedical Sciences Pacific Health Sciences University juga merupakan mailbox, tidak ada alamat resmi. Pencarian foto fisik gedung melalui internet tidak ditemukan,” tambahnya.
Selain itu, Ferizal menyebutkan bahwa alamat National Health University, yang ada di laman Facebook Taruna, menggunakan .org dan bukan .edu sebagaimana alamat institusi pendidikan di Amerika.
“Keabsahan universitas di Amerika dapat dicek melalui data akreditasi universitas, dan validasi universitas dapat dicek melalui laman https://educationusa.state.gov. Setelah cek pada laman https://educationusa.state.gov tidak ditemukan Pacific Health Sciences University maupun National Health University California,” ujarnya.
Taruna mengakui bahwa kampus Pacific Health Science University, tempatnya menjadi dekan saat ini, adalah kampus baru. “Ini universitas baru, rancangannya mulai tahun 2016, keluar SK dari bagian pendidikan California baru Januari 2017,” ujarnya kepada Tempo.
Taruna pun menjamin bahwa kampus tersebut tidak fiktif. “Saya jamin, Anda bisa datang ke sini dan bisa lihat. Tentu jangan dipikirkan ini universitas besar, seperti Universitas California, tempat saya sebelumnya,” ujarnya.
Menurut Taruna, dirinya meninggalkan Universitas California di Irvine karena di universitas baru tersebut dia ditunjuk menjadi dekan dan mendapatkan mandat sebagai guru besar.
“Di AS, Universitas bersifat independen dan bisa mengangkat guru besar. SK cukup dari rektor atau presiden kampus, dan saya punya SK sebagai guru besar dan dekan, walaupun diakui ini universitas kecil,” ujarnya.
Soal nominasi Nobel, menurut Taruna, terjadi kesalahpahaman oleh media dalam menulis komentar dirinya terkait publikasi penelitian tentang otak di Nature. “Kalimat saya adalah saya berharap publikasi penelitian kami bisa menjadi Nobel, tapi akhirnya yang tersebar ke mana-mana sebagai nominasi, saya jujur sebagai ilmuwan berat,” ujar Taruna yang menjadi penulis utama tulisan tersebut.
Baca: Organisasi Anti Nuklir Raih Penghargaan Nobel Perdamaian
Taruna Ikrar mengatakan dirinya telah mengklarifikasi ke rektor dan dekan di Universitas California Irvine soal sebutan nominasi Nobel tersebut. “Mereka hanya tertawa,” ujar Taruna. Dia mengakui kesalahannya karena tidak mengklarifikasi soal ini sejak awal. “Waktu itu saya tidak tahu, dan sudah tersebar ke mana-mana,” ujarnya.
ERWIN ZACHRI | AMRI MAHBUB