Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bermimpi Jadi Astronot? Simak Risikonya Ini

image-gnews
Astronot Mike Hopkins, Flight Engineer Ekspedisi 38, berpartisipasi dalam spacewalks kedua di stasiun luar angkasa internasional, 24 Desember 2013. Stasiun ini telah dihuni manusia selama 15 tahun.  REUTERS/NASA
Astronot Mike Hopkins, Flight Engineer Ekspedisi 38, berpartisipasi dalam spacewalks kedua di stasiun luar angkasa internasional, 24 Desember 2013. Stasiun ini telah dihuni manusia selama 15 tahun. REUTERS/NASA
Iklan

TEMPO.CO, South Carolina - Pernahkah Anda membayangkan bagaimana rasanya menjadi astronot? Kedengarannya memang keren menjelajahi antariksa dan mengamati fenomenanya. Tapi, saat berada di antariksa, ternyata ada "ancaman" yang mengintai tubuh astronot, yakni perubahan stuktur otak.

Tubuh manusia modern, sejak berevolusi lebih dari 300 ribu tahun lalu, sudah beradaptasi dengan lingkungan dan gravitasi di bumi. Kini, perkembangan teknologi memungkinkan manusia untuk menjelajah antariksa. Namun ekspedisi ke luar angkasa yang minim gravitasi itu membawa perubahan drastis pada otak manusia.

Tinggal terlalu lama di luar angkasa terbukti mengubah struktur otak para astronaut. Hasil studi yang dimuat dalam New England Journal of Medicine November lalu menunjukkan adanya perubahan signifikan pada jaringan otak para astronaut yang mengikuti misi berdurasi panjang.

Menurut Donna Roberts, ahli radiologi saraf dari Medical University of South Carolina, Amerika Serikat, perubahan akibat mikrogravitasi itu bersifat permanen. Para peneliti masih belum memahami apa efek dari perubahan serius itu. "Apa yang dialami para astronaut perlu dicermati untuk merancang perjalanan antariksa yang lebih aman," kata Roberts, yang memimpin studi itu seperti ditulis Live Science.

Baca: NASA Akan Mengubah DNA Astronot untuk Misi ke Mars

Dalam riset tersebut, para peneliti memindai otak 34 astronaut sebelum dan setelah mereka melakukan misi ke luar angkasa. Ada 18 astronaut yang menjalani misi panjang, berdurasi rata-rata enam bulan, di Stasiun Antariksa Internasional (ISS). Sisanya berpartisipasi dalam misi pendek yang berlangsung rata-rata dua pekan berupa penerbangan ulang-alik.

Hasil pemindaian menunjukkan otak para astronaut yang terlibat dalam misi panjang bergeser ke arah atas. Ruang-ruang cairan cerebrospinal (CSF) di sisi atas otak juga menyempit. CSF adalah cairan bening yang mengalir di antara otak dan melindungi jaringan lunak itu dari guncangan. Cairan ini juga mengalir di dalam jaringan saraf tulang belakang.

Pencitraan menunjukkan cairan CSF di bagian atas otak para astronaut lebih sedikit. Sebagian besar ditemukan di dalam rongga-rongga kecil otak alias ventrikel. Para peneliti menduga otak mendorong cairan itu menjauh dari bagian atas. Uniknya, tak satu pun para astronaut dalam misi jangka pendek mengalami perubahan itu.

Baca: Penganut Teori Bumi Datar Ini Jadi Bulan-Bulanan Astronot NASA

Sekitar 94 persen astronaut di misi jangka panjang juga mengalami penyempitan struktur otak di sisi sulkus sentral. Ini merupakan bagian kecil di puncak otak yang memisahkan lobus frontal dan parietal- dua dari empat lobus besar otak. Sementara itu, hanya 19 persen astronaut dalam misi jangka pendek yang mengalami perubahan serupa.

Menurut ahli saraf MUSC, Michael Antonucci, studi ini merupakan penilaian paling komprehensif mengenai efek perjalanan antariksa jangka panjang terhadap otak. "Perubahan itu mungkin bisa menjelaskan gejala-gejala aneh yang dialami para astronaut setelah kembali dari misinya," katanya seperti ditulis The Verge.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejumlah astronaut dalam misi berdurasi panjang di ISS juga dilaporkan mengalami gangguan penglihatan. Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyebutnya sebagai visual impairment intracranial pressure (VIIP) syndrome. Selain fungsi penglihatan yang menurun, cakram optik mata mereka membengkak dan ada peningkatan tekanan di dalam kepalanya.

Dari seluruh astronaut yang diteliti Roberts dan koleganya, tiga di antaranya mengalami gejala sindrom VIIP. Hasil pemindaian menunjukkan otak ketiganya juga mengalami pergeseran ke atas. Bagian sulkus sentral di otak mereka juga menyempit.

Sindrom VIIP diduga berhubungan dengan distribusi cairan tubuh ke kepala selama tubuh berada dalam kondisi dengan mikrogravitasi dalam jangka panjang. Namun penyebab pastinya hingga kini belum diketahui. "Hasil studi ini membantu mengidentifikasi isu penting dalam merancang eksplorasi antariksa jangka panjang, termasuk ke Mars," kata Antonucci.

Baca: Ada Astronot Tanpa Pakaian Antariksa, Misi Bulan Apollo 17 Palsu?

Hasil studi ini menjadi kunci penting, mengingat ilmuwan di NASA dan Badan Antariksa Eropa berencana mengirim manusia ke Mars pada 2033. Perjalanan menuju planet dengan gravitasi sepertiga bumi itu diprediksi berlangsung selama 3-6 bulan.

Dengan menghitung perjalanan pergi-pulang ke Mars dan durasi menetap, menurut Roberts, para kru bisa berada di lingkungan minim gravitasi setidaknya dalam tiga tahun. Namun belum diketahui apakah perubahan itu akan bertambah jika mereka tinggal dalam waktu lama.

"Ini teka-teki yang perlu dipecahkan, terutama apa dampaknya terhadap fungsi otak," katanya.

Baca: Begini Model Baru Baju Astronot dari Masa ke Masa

Simak artikel menarik lainnya tentang astronot hanya di kanal Tekno Tempo.co.

NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE | LIVE SCIENCE | THE VERGE | FUTURISM | NEW YORK POST

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


AS Mendarat Lagi di Bulan, Sempat Absen Lebih dari Lima Dekade

57 hari lalu

Pesawat ruang angkasa Odysseus milik Intuitive Machines melewati sisi dekat Bulan setelah masuk orbit bulan pada 21 Februari 2024, dalam gambar selebaran yang dirilis 22 Februari 2024. Intuitive Machines/Handout via REUTERS
AS Mendarat Lagi di Bulan, Sempat Absen Lebih dari Lima Dekade

Ini merupakan pendaratan pertama AS di permukaan bulan dalam lebih dari setengah abad dan yang pertama dicapai oleh sektor swasta.


Astronot Pertama Turki Terbang ke Luar Angkasa, Naik SpaceX Elon Musk

19 Januari 2024

Astronot Pertama Turki Terbang ke Luar Angkasa, Naik SpaceX Elon Musk

Awak astronot pertama dari Turki diluncurkan dalam penerbangan ke stasiun luar angkasa.


Mengapa NASA Tunda Pendaratan Astronot di Bulan hingga Tahun 2026?

10 Januari 2024

Sistem Peluncuran Luar Angkasa raksasa NASA Artemis 1 berada di landasan peluncuran 39B di Kennedy Space Center di Cape Canaveral, Florida, AS 17 Agustus 2022. Artemis I akan melihat loteng SLS kapsul Orion NASA ke luar angkasa dan mengelilingi Bulan dalam perjalanan yang akan memakan waktu antara 39 dan 42 hari, tergantung pada waktu peluncurannya. REUTERS/Joe Skipper
Mengapa NASA Tunda Pendaratan Astronot di Bulan hingga Tahun 2026?

NASA menunda pendaratan astronot di bulan hingga tahun 2026 di tengah 'tantangan' pesawat ruang angkasa.


5 Jenis Hewan yang Diterbangkan ke Luar Angkasa, dari Serangga hingga Mamalia

12 November 2023

Ilustrasi klub Playboy di luar angkasa. msn.com
5 Jenis Hewan yang Diterbangkan ke Luar Angkasa, dari Serangga hingga Mamalia

Dari anjing, monyet hingga lalat buah, sejumlah hewan ini dikirim ke luar angkasa untuk percobaan


Astronot Pertama Pimpin Pesawat Berawak ke Bulan Wafat di Usia 95 Tahun

10 November 2023

Astronot NASA Frank Borman dalam foto tak bertanggal. Borman menjabat sebagai komandan Apollo 8, misi pertama terbang keliling dunia. Atas perkenan NASA/Handout melalui REUTERS
Astronot Pertama Pimpin Pesawat Berawak ke Bulan Wafat di Usia 95 Tahun

Mantan astronot AS Frank Borman meninggal pada usia 95 tahun.


Astronot Muda China Meluncur ke Luar Angkasa, Usia 33 dan 35 Tahun

26 Oktober 2023

Astronot Cina Tang Hongbo, Tang Shengjie dan Jiang Xinlin menghadiri upacara perpisahan sebelum peluncuran roket pembawa Long March-2F, membawa pesawat ruang angkasa Shenzhou-17 untuk misi berawak ke stasiun luar angkasa Tiangong Tiongkok, di Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan dekat Jiuquan, provinsi Gansu, Tiongkok 26 Oktober 2023. China Daily melalui REUTERS
Astronot Muda China Meluncur ke Luar Angkasa, Usia 33 dan 35 Tahun

Awak astronot China atau Tiongkok termuda yang pernah ada, berangkat ke stasiun luar angkasa Tiongkok pada hari Kamis, 26 Oktober 2023.


India Luncurkan Uji Terbang untuk Misi Astronot Gaganyaan

23 Oktober 2023

India meluncurkan TV-D1, sebuah uji coba sistem pelarian darurat tanpa awak untuk kapsul astronot Gaganyaan, pada 21 Oktober 2023. (Kredit gambar: ISRO)
India Luncurkan Uji Terbang untuk Misi Astronot Gaganyaan

Uji coba tanpa awak terhadap sistem pelarian darurat pada kapsul awak baru India dilakukan pada Sabtu, 21 Oktober 2023.


India Targetkan Bangun Stasiun Luar Angkasa pada 2035

18 Oktober 2023

Perdana Menteri India Narendra Modi bersama masyarakat melaksanakan pemilu tahap ketiga, Selasa, 23 April 2019. Sumber: Deccan Herald
India Targetkan Bangun Stasiun Luar Angkasa pada 2035

India ingin membangun sebuah stasiun luar angkasa pada 2035 dan mengirimkan astronot warga negara India pertama ke bulan pada 2040.


Cina Akan Memperluas Stasiun Luar Angkasa

5 Oktober 2023

Roket Long March-5B Y2, membawa modul inti stasiun luar angkasa Cina Tianhe, lepas landas dari Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang di provinsi Hainan, China 29 April 2021. [China Daily via REUTERS]
Cina Akan Memperluas Stasiun Luar Angkasa

Cina akan memperluas ukuran stasiun luar angkasanya supaya bisa menawarkannya sebagai alternatif selain stasiun ISS milik NASA.


Cerita Astronot Amerika Terlama di Angkasa Luar, Turun di Kazakhstan Bilang 'Hati yang Baik'

28 September 2023

Pesawat ruang angkasa Soyuz MS-23 meluncur dari landasan peluncuran di Kosmodrom Baikonur, Kazakhstan 24 Februari 2023,. Roscosmos/Handout via REUTERS
Cerita Astronot Amerika Terlama di Angkasa Luar, Turun di Kazakhstan Bilang 'Hati yang Baik'

Astronot Amerika Serikat, Frank Rubio, memecahkan rekor penerbangan luar angkasa berkelanjutan terpanjang yang dilakukan oleh seorang Amerika.