Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Apa Jadinya Kalau Virtual Reality dan Jurnalistik Kawin?

Reporter

Editor

Amri Mahbub

image-gnews
Seorang wanita mencoba Virtual Reality (VR) saat menghadiri kompetisi Festival Film Venice yang ke-74 di Venice, Italia, 29 Agustus 2017. REUTERS
Seorang wanita mencoba Virtual Reality (VR) saat menghadiri kompetisi Festival Film Venice yang ke-74 di Venice, Italia, 29 Agustus 2017. REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Pennsylvania - Para jurnalis dan pengusaha media tampaknya harus memikirkan untuk membuat konten yang bisa dinikmati dalam bentuk virtual reality (realitas maya). Selain bisa membantu menarik para pemirsa lantaran isi yang sangat interaktif, menurut studi yang terbit dalam jurnal Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking edisi November 2017, teknologi ini bisa mendekatkan emosi pembaca terhadap cerita yang ada.

"Konten VR seakan membawa Anda hadir ke tempat kejadian perkara ketimbang gambar dan video 360 derajat yang ditampilkan di layar komputer," demikian penjelasan tim peneliti dari Pennsylvania State University dalam jurnal.

Tim membuat konten VR dari dua cerita di majalah The New York Times. Pertama berjudul "The Displaced", bercerita tentang kehidupan tiga pengungsi yang sangat emosional. Cerita kedua, yang dinilai kurang emosional, berjudul "The Click Effect". Cerita ini mengisahkan upaya riset para penelitian ahli biologi laut dalam membongkar sistem komunikasi lumba-lumba.

Baca: Samsung Dominasi Pasar Virtual Reality Dunia

Sebanyak 129 responden diminta untuk menikmati konten yang telah dibuat dalam video tersebut dalam dua bentuk, yakni video 360 derajat yang diputar di komputer dan di alat VR. Secara umum, para pembaca merasakan pengalaman yang mendalam (immersive), meski ceritanya kurang emosional.

Virtual reality atau realitas maya adalah teknologi yang membuat pengguna dapat berinteraksi dengan suatu lingkungan yang disimulasikan oleh komputer (computer-simulated environment). Lingkungan ini sebetulnya tiruan atau benar-benar tempat yang hanya ada dalam imajinasi. Beberapa produk juga menampilkan informasi indra pendengaran melalui headphone untuk meningkatkan realitas imajiner dalam game dan hiburan. Beberapa produk teknologi VR yang belakangan ini terkenal adalah Oculus Rift, Microsoft Hololens, dan Google Glass.

Teknologi ini berbeda dengan augmented reality atau realitas tertambah yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi.

Realitas tertambah kerap dikembangkan menjadi aplikasi dan digunakan pada perangkat pintar. Pokemon Go adalah bentuk populer dari AR. Banyak perusahaan teknologi menggunakan teknologi ini untuk melakukan hal-hal menakjubkan, seperti memunculkan karakter hologram yang menyatu dengan dunia nyata.

Baca: Virtual Reality dan Augmented Reality Kian Ngetren, Apa Bedanya?

Basis kerja realitas maya, seperti dikutip dari laman augment.com, adalah bahasa pengkodean yang dikenal sebagai VRML (virtual reality modeling language). Bahasa ini dapat membuat serangkaian gambar dan menentukan jenis interaksi apa yang ingin ditampilkan.

"VR membuat cerita lebih nyata, lebih realis, dan menciptakan kepercayaan," kata S. Shyam Sundar, pakar komunikasi dari Media Effect Research Laboratory di Pennsylvania State University yang juga pemimpin studi, seperti dikutip dari laman Science Daily, Senin, 11 Desember 2017.

Selain itu, tim menemukan para peserta lebih berempati terhadap karakter cerita di konten VR ketimbang bentuk teks. Saat ditanya apakah para peserta ingin membagikan cerita tersebut kepada orang lain, mereka kompak menjawab, "Tidak diragukan lagi." Mungkin, menurut Sundar, hal itulah yang membuat teknologi realitas maya kerap disebut sebagai mesin empati.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jin Kang, anggota studi, mengatakan konten VR lebih banyak menarik perhatian. "Konten terpatri kuat dalam ingatan pembaca," kata dia, seperti dilansir laman Eureka Alert. "Ini merupakan bukti bahwa jurnalisme immersive meninggalkan bekas. Tapi, tentunya, butuh penelitian lebih dalam untuk memahami efeknya lebih luas."

Baca: Membaca Masa Depan Virtual Reality dan Augmented Reality

Meski konten jurnalistik dalam bentuk virtual reality lebih disukai, Sundar dan tim mengingatkan jangan terlena untuk membuat karya yang bisa mempengaruhi kredibilitas media. "Membuat karakter seperti fantasi, misalnya. Orang akan sangsi dengan apa yang mereka lihat dan rasakan," kata Sundar. "Ini akan mengurangi kredibilitas karya jurnalistik itu sendiri."

Bagaimana dengan video 360 derajat? Sundar mengatakan media dengan anggaran yang cukup besar tentunya bisa mempertimbangkan untuk membuat konten video seperti itu. Video bentuk ini memungkinkan pengguna memutar pandangan mereka ke segala arah. Hal ini tentunya memiliki sensasi tersendiri ketimbang teks maupun infografis interaktif biasa. Namun video 360 derajat belum bisa "menghasilkan" emosi dan empati seperti virtual reality.

Memang, konten VR agak sedikit merepotkan dan memakan biaya. Kalau tidak punya gawai kacamata virtual reality, Anda harus membuatnya dari kardus dan beberapa lensa cembung yang mudah didapat. Langkah cepat justru sudah dilakukan para penyedia tontonan cabul. BaDoink, misalnya, penyedia layanan pornografi berbasis VR ini memberikan ribuan pasang Google Cardboard untuk mempromosikan peluncuran situs mereka yang mulai beroperasi sejak 2015.

Layanan tontonan cabul memang lebih dulu muncul. BaDoinkVR setidaknya kini telah memiliki empat pesaing, yaitu VirtualRealPorn, Naughty America, Czech VR, dan KinkVR. Mereka mengenakan biaya bulanan untuk pelanggannya. Persaingan mereka pun keras. PornHub baru saja meluncurkan video VR mereka dan memberikan sekitar 30 video secara cuma-cuma untuk dinikmati.

Jurnalisme VR memang ketinggalan. Namun optimisme tetap ada. "Tapi semua kerepotan itu dan mahalnya gadget VR akan terbayar dengan rasa penasaran dari para pembaca," ujar Sundar. Nah, semuanya bergantung pada konten yang akan ditampilkan. Bagaimana dengan media-media di Indonesia, siapkah memulainya?

Baca: Virtual Reality, Pengunjung pun Tergoda Meraba-raba Manekin

Simak artikel menarik lainnya tentang virtual reality hanya di kanal Tekno Tempo.co.

CYBERPSYCHOLOGY, BEHAVIOR, AND SOCIAL NETWORKING | SCIENCE DAILY | EUREKA ALERT | AUGMENT.COM

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Vision SE, Versi KW Apple Vision Pro yang Harganya Cuma Setara Android

1 hari lalu

Vision SE, Versi KW Apple Vision Pro yang Harganya Cuma Setara Android

Produsen teknologi dari Cina, EmdoorVR, meluncurkan Vision SE yang disebut-sebut meniru Apple Vision Pro. Harganya jauh lebih miring.


Ini Ongkos Produksi Apple Vision Pro yang Harga Jualnya Hampir Rp 55 Juta

24 hari lalu

Apple Vision Pro Caviar Edition (GSM Arena)
Ini Ongkos Produksi Apple Vision Pro yang Harga Jualnya Hampir Rp 55 Juta

Pembeli yang merasa tidak cocok boleh mengembalikan Apple Vision Pro dan mendapat refund menurut kesepakatan yang berlaku.


Oppo Luncurkan Kacamata Pintar Air Glass 3 XR, Ini Spesifikasinya

26 hari lalu

Oppo air glass 2. Foto : Oppo
Oppo Luncurkan Kacamata Pintar Air Glass 3 XR, Ini Spesifikasinya

Oppo luncurkan Air Glass 3 XR dilengkapi dengan gelombang resin yang dikembangkan dengan indeks bias 1,70.


Alasan Netflix Belum Memakai Apple Vision Pro untuk Tontonan Streaming

58 hari lalu

Logo Netflix. Sumber: Reuters UK
Alasan Netflix Belum Memakai Apple Vision Pro untuk Tontonan Streaming

Netflix belum melihat peluang keuntungan dari perangkat Apple Vision Pro. Netflix dan Apple masih membahas celah kerjasama untuk layanan lainnya.


Profil Kai EXO yang Bakal Gelar Konser Virtual Reality Saat Wamil

15 Januari 2024

Kai EXO menggelar fan meeting secara offline dan online sebelum menjalani wajib militer, Selasa, 9 Mei 2023. Foto: Twitter
Profil Kai EXO yang Bakal Gelar Konser Virtual Reality Saat Wamil

Memperingati ulang tahunnya, Kai EXO yang sedang melakukan wajib militer (wamil) akan menggelar konser virtual reality (VR). Ini profilnya.


Virtual Reality (VR) pada Pendidikan Militer

8 Desember 2023

Virtual Reality (VR) pada Pendidikan Militer

Perkembangan dunia militer saat ini mau tidak mau harus adaptif dan melakukan kolaborasi dengan kemajuan teknologi.


Peringati Hari Pahlawan, Siswa SMP di Sidoarjo Pelajari Perang 10 November Lewat Teknologi VR

10 November 2023

Siswa Spemduta Sidoarjo, Jawa Timur menggunakan teknologi virtual reality untuk melihat secara nyata perjuangan pada pahlawan, Kamis (9/11/2023). ANTARA/HO-Humas Spemduta
Peringati Hari Pahlawan, Siswa SMP di Sidoarjo Pelajari Perang 10 November Lewat Teknologi VR

Melalui jelajah virtual, siswa dapat mempelajari sejarah Hari Pahlawan dengan lebih bersemangat.


Mengapa Duduk Terbalik di Kereta Bikin Pusing?

4 September 2023

Interior gerbong tua CR:72-1 yang dibuat sejak 1991 masih terlihat baik. Atap gerbong terbuat dari kayu bercat putih, dengan kursi dari kayu bercat cokelat saling berhadapan. TEMPO/Fitria Rahmawati.
Mengapa Duduk Terbalik di Kereta Bikin Pusing?

Perubahan cepat saat duduk terbailk di kereta dapat mempengaruhi keseimbangan dan memicu pusing.


Apple Memamerkan Kacamata AR VR, Apa Teknologi yang Ditawarkan?

7 Juni 2023

Apple Vision Pro dipajang saat diperkenalkan dalam acara Worldwide Developers Conference tahunan Apple di kantor pusat di Cupertino, California, 5 Juni 2023.  Vision Pro dalah kacamata AR pertama Apple yang menghadirkan augmented reality dengan memadukan dunia nyata dengan dunia digital. REUTERS/Loren Elliott
Apple Memamerkan Kacamata AR VR, Apa Teknologi yang Ditawarkan?

Apple Vision Pro diperkenalkan dalam acara Worldwide Developers Conference tahunan Apple di kantor pusat di Cupertino, California, pada 5 Juni 2023


Review Game PS VR2 Horizon Call of The Mountain: Mendaki Gunung Melewati Lembah dalam 3D

19 Maret 2023

Tangkapan layar game PS VR2 'Horizon Call of The Mountain' ketika sedang dimainkan, Jumat, 17 Maret 2023. (sumber: istimewa)
Review Game PS VR2 Horizon Call of The Mountain: Mendaki Gunung Melewati Lembah dalam 3D

Pada game ini, busur dan panah masih jadi senjata utama. Namun mekanismenya lebih disederhanakan dan disesuaikan dengan PS VR2.