Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ini Jawaban Ilmiah Kenapa Jari Berkerut Kalau di dalam Air

Reporter

Editor

Amri Mahbub

image-gnews
Ilustrasi jari tangan keriput saat basah. rjeem.com
Ilustrasi jari tangan keriput saat basah. rjeem.com
Iklan

TEMPO.CO, Newcastle - Apakah Anda pernah mengalami kulit jari berkerut atau tampak keriput setelah berenang? Sebagian besar orang pasti merasa aneh dan bertanya kenapa hal itu bisa terjadi.

Tom Smulders, seorang pakar evolusi biologi saraf dari Newcastle University di Inggris, mengatakan hal itu lumrah. Bahkan, menurut risetnya dalam jurnal Brain, Behavior, and Evolution, kulit berkerut memberikan pegangan yang lebih baik. Bentuk adaptasi fisiologis ini telah membantu nenek moyang manusia mencabut tanaman basah ketika mencari makanan.

Baca Juga:

"Kulit yang mengerut juga mencegah kaki terpeleset saat berjalan di lingkungan yang basah dan licin," ujar Smulders, seperti dilansir dari laman The Guardian.

Kerutan pada jari tangan dan kaki juga membantu manusia purba mengembangkan teknologi awal mereka, yaitu menggunakan alat dalam kondisi basah. "Misalnya memperbaiki senjata berburu saat hujan atau memancing dengan tombak," tutur Smulders.

Teori lama menyebutkan bahwa ujung jari tangan atau kaki akan menyerap air saat bersentuhan dengan zat cair itu dalam waktu cukup lama. Permukaan kulit lantas membengkak, mengeriput, dan membentuk lipatan-lipatan kecil. Namun penelitian Smulders menunjukkan hal itu tidak terjadi ketika saraf pada jari rusak.

Baca Juga:

Ali-alih membengkak, jari yang bersentuhan dengan air justru bakal berkerut karena pembuluh darah di dalamnya berkontraksi. Efek tersebut dikendalikan sistem saraf otonom, yang juga mengatur pernapasan dan detak jantung.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Smulders menyelidiki manfaat jari mengeriput setelah membaca makalah yang ditulis Mark Changizi, direktur ilmu kognitif manusia di Laboratorium 2AI di Idaho, Amerika Serikat. Riset ini juga menyebutkan bahwa kerutan pada jari mirip tapak ban mobil dan jaringan drainase di pegunungan.

"Jari mengeriput sama seperti cara kerja tapak ban mobil yang memberikan pegangan yang lebih baik," kata Smulders.

Temuan ini memicu munculnya pertanyaan tentang bagaimana dan dari mana manusia modern mewarisi kulit berkerut ini. Changizi mengatakan, semua primata memiliki jari yang bisa berkerut. "Manusia kemungkinan mewarisinya dari monyet dan kera," tutur sang peneliti.

Changizi telah melakukan serangkaian penelitian yang lebih sederhana di laboratorium di Idaho. Namun penelitiannya menghasilkan kesimpulan yang sama dengan pernyataan Smulders. "Tapak kaki dan tangan secara biologis beradaptasi seperti sepatu," ujarnya.

BRAIN, BEHAVIOR, AND EVOLUTION | THE GUARDIAN

Iklan


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada