Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hasil Riset: Kelelawar Bawa 60 Virus Penyakit

Reporter

Editor

Amri Mahbub

image-gnews
Virus penyebab leukimia ditemukan pada DNA kelelawar purba. telegraph.co.uk
Virus penyebab leukimia ditemukan pada DNA kelelawar purba. telegraph.co.uk
Iklan

TEMPO.CO, Colorado - Hasil riset mengungkap kelelawar menduduki peringkat teratas sebagai hewan yang paling rawan menyebarkan virus zoonosis, kelompok virus yang menginfeksi manusia. Kelelawar merupakan rumah bagi lebih dari 60 virus penginfeksi manusia.

Penelitian menunjukkan, jumlah virus pada tubuh kelelawar jauh melebihi yang ada pada tikus, mamalia pengerat yang dikenal sebagai sumber penyakit. "Ada sesuatu yang berbeda pada kelelawar sehingga lebih banyak digemari virus zoonosis," kata David Hayman, ahli epidemiologi satwa liar dari Colorado State University di Amerika Serikat, seperti dilansir dari laman Live Science.

Baca: Ganja Bikin IQ Remaja Jongkok? Simak Hasil Riset Ini

Kelelawar telah menjadi pusat perhatian selama beberapa tahun terakhir lantaran kemampuannya menjadi inang bagi banyak virus. Mamalia terbang ini telah terbukti membawa sejumlah virus berbahaya, antara lain rabies dan virus yang berhubungan dengan SARS (sindrom pernafasan akut).

Penelitian juga menunjukkan bahwa kelelawar merupakan inang asli bagi virus mengerikan, seperti ebola dan nipah, yang menyebabkan demam otak mematikan pada orang yang terinfeksi. Namun, yang menakjubkan, kelelawar tidak pernah terinfeksi oleh virus-virus yang ada dalam tubuhnya. Kelelawar hanya menyebarkan virus dari satu tempat ke tempat lain, sehingga hewan lain dan manusia terserang penyakit.

Temuan mengesankan yang dilakukan Hayman dan timnya meninggalkan sebuah pertanyaan: apakah kelelawar memang memiliki kemampuan khusus untuk menjadi inang virus-virus zoonosis?

Baca: Kecoak Doyan Mandi Kucing, Tak Percaya? Simak Hasil Riset Ini

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk menjawab pertanyaan itu, peneliti membandingkan kemampuan kelelawar dengan tikus sebagai inang virus. Mereka menemukan bahwa tikus merupakan inang bagi 179 virus (68 di antaranya zoonosis).

Sedangkan kekelawar merupakan inang bagi 137 virus (61 jenis bersifat zoonosis). Kendati tikus membawa virus zoonosis lebih banyak, jumlah virus pada kelelawar lebih banyak jika dihitung per spesies. Setiap spesies kelelawar menjadi inang bagi 1,79 virus zoonosis, sedangkan tikus hanya 1,48 virus per spesies.

Baca: Hasil Riset Ini Ungkap Misteri Kekuatan Sutra Laba-laba

Simak hasil riset menarik lainnya hanya di kanal Tekno Tempo.co.

LIVE SCIENCE | SCIENCE

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

33 hari lalu

Ilustrasi kesepian. Shutterstock
Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.


Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

33 hari lalu

Peneliti dan Wakil Direktur Asia Maritime Transparency Initiative CSIS Harrison Prtat. Sumber: istimewa
Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.


Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

33 hari lalu

 acara press briefing bertajuk 'Deep Blue Scars Environmental Threats to the South China Sea' yang diselenggarakan oleh Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) pada Jumat 15 Maret 2024, di Jakarta. Sumber: dokumen IOJI
Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut


Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

31 Januari 2024

Model skala Kawasan Inti Pemerintahan Pusat Ibu Kota Nusantara atau IKN. ANTARA/Aji Cakti
Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

Stanford University, Amerika Serikat, merupakan salah satu universitas yang akan melakukan groundbreaking pusat ekosistem digital di IKN.


Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

29 Januari 2024

Proses quality control PCBA motherboard Laptop Merah Putih di PT. XACTI Raya Jakarta-Bogor No.KM.35, Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Tapos, Depok, Senin, 29 Januari 2024. TEMPO/Ricky Juliansyah
Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi meninjau pabrik motherboard dan menegaskan perlunya riset terhubung dengan industri.


Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

22 Januari 2024

Capres nomor urut 1 Anies Baswedan, Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto saat mengikuti debat ketiga Calon Presiden 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu, 7 January 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

Riset Jatam menelusuri bisnis-bisnis di balik para pendukung kandidat yang berpotensi besar merusak lingkungan hidup.


Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

15 Januari 2024

Masyarakat Melayu Pulau Rempang berkumpul di Lapangan Sepakbola Dataran Muhammad Musa, Kampung Sembulang, Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang pada Rabu (11/10/2023). FOTO: YLBHI
Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah era Jokowi mendorong laju konflik agraria.


BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

28 Desember 2023

Kepala BRIN Laksono Tri Handoko berbicara soal prioritas riset di lembaganya sepanjang tahun 2023, salah satunya bidang pangan dengan total 218 judul riset. (Tempo/Annisa Febiola)
BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

Dominasi riset bidang pangan sejalan dengan prioritas yang diminta oleh Presiden Joko Widodo.


Ratih Kumala Ceritakan Proses Kreatif Penulisan Gadis Kretek

18 Desember 2023

Penulis buku Gadis Kretek, Ratih Kumala memegang buku saat hadir dalam diskusi  Biennale Jatim di Rumah Budaya, Sidoarjo, pada Sabtu 16 Desember 2023. TEMPO/ Yolanda Agne
Ratih Kumala Ceritakan Proses Kreatif Penulisan Gadis Kretek

Penulis novel Gadis Kretek Ratih Kumala menceritakan proses kreatif. Mengapa ia akhirnya menjadi seorang kolektor bungkus kretek.


BRIN Akan Tetapkan Regulasi Penggunaan AI di Industri Riset

11 Desember 2023

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko saat menyampaikan kata sambutan di kegiatan Kick Off Peran Valuator Kekayaan Intelektual dalam Pemanfaatan Hasil Riset dan Inovasi di Jakarta, Senin, 11 Desember 2023. (Tempo/Alif Ilham Fajriadi)
BRIN Akan Tetapkan Regulasi Penggunaan AI di Industri Riset

Hingga kini belum ada regulasi yang jelas mengatur terkait penggunaan AI tersebut.