Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Alasan Berhenti Merokok Tak Cukup dengan Pengobatan Medis

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Modal Awal Berhenti Merokok
Modal Awal Berhenti Merokok
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Universitas California, San Diego, menyebutkan obat antirokok tidak efektif mengusir keinginan untuk berhenti merokok.

Quitter Inc, sebuah cerita pendek rekaan Stephen King, berkisah tentang perusahaan yang membantu orang yang ingin berhenti merokok. Caranya unik, bukan dengan obat atau terapi, melainkan memenggal jari telunjuk mereka yang ingin berhenti merokok.

Baca: Merokok Sesekali Sama Buruknya Dengan Perokok Berat

Hasilnya efektif. Mereka yang kecanduan nikotin kesulitan memegang batang rokok dan perlahan terlepas dari kebiasaan buruk itu.

Cerita pendek itu sudah lawas, ditulis sekitar 40 tahun lalu. Namun King—penulis cerita horor terkemuka—sepertinya sudah tahu bahwa kebiasaan merokok teramat sulit dihentikan, kecuali dengan cara yang ekstrem. Tak ada cara yang cocok, ternyata. Termasuk menggunakan obat-obatan yang bisa membantu perokok melepaskan ketergantungan terhadap asap nikotin.

Peneliti jurusan medis dari Universitas California, San Diego, memperkuat kesimpulan itu. Menurut mereka, obat-obatan yang diresepkan secara rutin untuk membantu orang berhenti merokok ternyata tak menunjukkan hasil positif.

"Tiga puluh empat persen orang mencoba berhenti merokok menggunakan alat bantu farmasi. Namun kebanyakan dari mereka tidak berhasil," kata penulis studi senior John P. Pierce, PhD, profesor emeritus di Departemen Pengobatan Keluarga dan Kesehatan Masyarakat di UC San Diego.

Menurut dia, hasil uji coba secara acak terhadap obat-obatan pembantu itu disebutkan memiliki tingkat penghentian hingga dua kali lipat. “Namun hal tersebut tidak berhasil,” katanya.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of National Cancer Institute, pekan lalu, tersebut menilai bahwa tiga obat lini pertama yang direkomendasikan oleh pedoman praktik klinis tidak membuat perokok benar-benar berhenti merokok.

Selama ini, untuk berhenti merokok, para perokok menggunakan beberapa obat, di antaranya varenicline dan bupropion. Keduanya bekerja untuk menghambat keinginan perokok mengisap asap tembakau.

Varenicline, misalnya, bekerja di otak dengan cara menghambat efek menyenangkan dari rokok. Dengan begitu, keinginan untuk merokok menurun. Sedangkan bupropion biasa digunakan untuk membantu seseorang agar berhenti merokok dengan mengurangi keinginannya mengkonsumsi nikotin.

Dalam penelitian ini, para periset mengumpulkan data orang dewasa atau berusia 18 tahun ke atas untuk mendapat informasi tentang penggunaan produk tembakau di negara tersebut. Dengan mempelajari dua kohort—sebuah kelompok yang digunakan sebagai bagian dari studi penelitian—sebagai pembanding yang disurvei sekitar satu dekade terpisah, tim menggunakan metode yang dikenal sebagai “pencocokan”.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal itu bertujuan mengetahui bagaimana para perokok yang cenderung menggunakan bantuan penghentian malah sulit berhenti merokok. Salah satu faktor yang diteliti adalah jumlah rokok yang dikonsumsi seseorang secara teratur.

"Dalam analisis ini, pencocokan membantu mengurangi bias," kata penulis utama Eric Leas, PhD, peneliti yang merupakan mahasiswa pascasarjana di UC San Diego dan sekarang menjadi sarjana postdoctoral di Stanford University School of Medicine.

Leas melanjutkan, timnya tidak menemukan bukti bahwa obat pembantu penghentian merokok tersebut meningkatkan peluang untuk mereka berhenti merokok. "Hal ini mengejutkan. Padahal obat itu menjanjikan—seperti dalam uji coba secara acak—untuk membuat seseorang berhenti merokok. Selain obat-obatan itu, diperlukan hal lain untuk membantu perokok menghentikan kebiasaannya."

Dalam penelitian tersebut, para peneliti menemukan bukti bahwa obat saja tidak cukup. Mereka yang ingin berhenti merokok tetap membutuhkan konseling secara intensif. Usaha tersebut baru akan mendapat hasil yang baik jika dikombinasikan dengan obat-obatan sebagai faktor yang mungkin membuat orang berhenti merokok selama uji klinis.

Hasil ini ternyata tak berbeda dengan penelitian sebelumnya. Sebelumnya, mereka yang menjalani terapi obat-obatan yang diresepkan mendapat hasil yang baik jika disertai dengan konsultasi melalui telepon. Kombinasi tersebut menunjukkan kenaikan tingkat penghentian merokok saat dikombinasikan dengan obat-obatan.

"Perokok yang berkomitmen untuk berhenti merokok dan ingin menggunakan bantuan farmasi juga harus mendaftar dalam program yang dapat membantu mereka melihat kemajuan dan mendukung usaha mereka," kata Leas.

Banyak negara menawarkan konseling melalui telepon, termasuk di California. California Smokers Helpline, yang dioperasikan oleh UC San Diego Moores Cancer Center, menawarkan konselor yang fasih dalam enam bahasa yang paling banyak digunakan di California.

"Bukti menunjukkan peran penting konseling perilaku saat meresepkan obat-obatan pembantu," kata Pierce. "Jika produk itu disetujui dengan konseling, kita mungkin memiliki tingkat keberhasilan yang lebih baik."

Baca: 5A, Solusi Ampuh Berhenti Merokok

Sebab, menurut Pierce, kurang dari 2 persen perokok yang menggunakan bantuan farmasi disertai konseling perilaku apa pun punya keinginan untuk kembali merokok. "Ini adalah resep saat kambuh dan ingin kembali merokok," katanya. Cara ini tentu lebih baik ketimbang memilih cara ekstrem seperti dalam cerita Quitter Inc karya Stephen King itu.

SCIENCE DAILY | EUREKALERT

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

10 jam lalu

Ilustrasi wanita menyikat gigi. Foto: Unsplash.com/Diana Polekhina
Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

Pakar kesehatan menyebut delapan perilaku tak sehat paling umum yang mempercepat proses penuaan. Apa saja?


Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

5 hari lalu

ILustrasi larangan merokok. REUTERS/Eric Gaillard
Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.


Selama Libur Lebaran, Ratusan Wisatawan di Malioboro Ditegur Petugas Karena Merokok Sembarangan

7 hari lalu

Malioboro Yogyakarta menjadi satu area yang dilalui garis imajiner Sumbu Filosofis. (Dok. Pemkot Yogyakarta)
Selama Libur Lebaran, Ratusan Wisatawan di Malioboro Ditegur Petugas Karena Merokok Sembarangan

Wisatawan banyak yang belum mengetahui bahwa Malioboro termasuk kawasan tanpa rokok sejak 2018.


Apa Itu Penyakit Pneumotoraks yang Diderita Winter Aespa?

9 hari lalu

Winter Aespa. Instagram
Apa Itu Penyakit Pneumotoraks yang Diderita Winter Aespa?

SM Entertainment secara resmi mengkonfirmasi laporan bahwa Winter Aespa telah menjalani operasi untuk pneumotoraks. Penyakit apa itu?


Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

14 hari lalu

Ilustrasi Kanker paru-paru. Shutterstock
Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

Bukan hanya perokok, mereka yang tak pernah merokok sepanjang hidupnya pun bisa terkena kanker paru. Berikut sederet penyebabnya.


Gejala Kanker Paru pada Bukan Perokok

14 hari lalu

Ilustrasi kanker paru-paru. Shutterstock
Gejala Kanker Paru pada Bukan Perokok

Gejala kanker paru pada bukan perokok bisa berbeda dari yang merokok. Berikut beberapa gejala yang perlu diwaspadai.


Sederet Aktivitas Terlarang di Malioboro Saat Libur Lebaran, PKL Liar Sampai Merokok Sembarangan

23 hari lalu

Kawasan Titik Nol Kilometer, ujung Jalan Malioboro Yogyakarta tampak lengang saat pelaksanaan Pemilu pada Rabu siang, 14 Februari 2024. (Tempo/Pribadi Wicaksono)
Sederet Aktivitas Terlarang di Malioboro Saat Libur Lebaran, PKL Liar Sampai Merokok Sembarangan

Satpol PP Kota Yogyakarta mendirikan Posko Jogoboro untuk pengawasan aktivitas libur Lebaran khusus di kawasan Malioboro mulai 8 hingga 15 April 2024


Cara Jaga Kesehatan Paru-paru yang Dianjurkan Pulmonolog

25 hari lalu

Ilustrasi Kanker paru-paru. Wikipedia
Cara Jaga Kesehatan Paru-paru yang Dianjurkan Pulmonolog

Pulmonolog membagi tips untuk menjaga kesehatan paru-paru dan sistem pernapasan sepanjang hayat. Berikut di antaranya.


Pemudik Musiman Lebaran Harap Perhatikan, Nekat Merokok di Dalam Kereta Api Bakal Diturunkan Paksa

27 hari lalu

Kepadatan penumpang di Stasiun Tugu Yogyakarta pada H+1 lebaran atau Selasa, 3 Mei 2022. Dok. PT KAI Daop 6 Yogyakarta
Pemudik Musiman Lebaran Harap Perhatikan, Nekat Merokok di Dalam Kereta Api Bakal Diturunkan Paksa

Sejak Januari hingga Maret 2024 setidaknya sudah ada 11 penumpang Kereta Api yang diturunkan paksa karena kedapatan merokok di dalam kereta.


Buka Puasa dengan Merokok Bisa Akibatkan Kelelahan, Mual Hingga Penurunan Fungsi jantung

31 hari lalu

ILustrasi larangan merokok. REUTERS/Eric Gaillard
Buka Puasa dengan Merokok Bisa Akibatkan Kelelahan, Mual Hingga Penurunan Fungsi jantung

Pakar kesehatan mengingatkan masyarakat untuk tak buka puasa dengan merokok. Apa saja efek buruknya?