TEMPO.CO, San Francisco - Ilmuwan berupaya mengungkap misteri mengenai asal-usul Fast Radio Bursts (FRB) atau semburan radio cepat yang diperkirakan sinyal alien. Sulit menemukan dari mana asalnya FBR ini, karena sifatnya singkat hanya beberapa milidetik.
Baca: Ilmuwan Ini Berhasil Menangkap Pelangi: Simak Kisahnya
Awalnya FRB hanya ditemukan pada tahun 2007, sementara itu para ilmuwan telah mendeteksi 20 atau lebih FRB dalam dekade terakhir. Menurut mereka, kilasan semacam itu mungkin terjadi 10.000 kali sehari di seluruh langit.
Namun pada tahun 2016, seorang astrofisikawan dari Universitas Amsterdam, Belanda, Jason Hessels menemukan ledakan radio cepat yang dikenal sebagai FRB 121102 dapat melepaskan banyak semburan. "Ini adalah satu-satunya sumber ledakan radio yang terkenal dan bisa diulang," ujar dia seperti dilansir laman Space.com, 10 Januari 2018.
Para ilmuwan percaya bahwa temuan tersebut menunjukkan adanya penemuan lingkungan ekstrem yang merupakan wilayah antariksa paling termagnetisasi yang pernah diamati. Namun, mereka tidak mengesampingkan bahwa FRB adalah penjelasan mengenai sinyal yang berasal dari peradaban Alien.
FBR 121102 bisa meledak berulang kali yang menunjukkan bahwa hal itu tidak berasal dari kejadian sekali. "Pertanyaannya, apakah sumber semburan radio cepat dan berulang ini secara fundamental berbeda dibandingkan dengan semua sumber lain yang tampak tidak berulang?" kata Hessels saat meneliti.
Untuk mempelajari tentang FBR, para ilmuwan menggunakan observatorium Arecibo di Puerto Riko dan teleskop Green Bank di West Virginia, Amerika Serikat untuk menganalisis data pada 16 sumber semburan. FBR 121102 terletak di daerah pembentuk bintang galaksi kerdil dengan jarak sekitar 3 miliar tahun cahaya.
"Karena para astronom dapat melihatnya dari jarak yang sangat jauh, jumlah energi dalam satu milidetik setiap ledakan harus sekitar sebanyak yang dilepaskan sinar matahari sepanjang hari," ujar Hessels.
Dalam mempelajarinya, para peneliti memberikan perhatiannya pada fitur gelombang radio yang dikenal sebagai polarisasi. Hal ini terjadi karena semua gelombang cahaya termasuk gelombang radio naik turun, kiri dan kanan atau jika berada di setiap sudut.
Ketika gelombang radio melewati partikel awan yang bermuatan listrik, arah di mana saat terpolarisasi dapat memutar akan menimbulkan efek yang dikenal sebagai rotasi Faraday. Hessels dan rekannya mengaku melihat ledakan radio FRB 121102 lebih dari 500 kali, lebih banyak jika dibandingkan dengan FRB lainnya sampai saat ini.
"Saya tidak percaya mata saya saat pertama kali melihat data. Rotasi ekstrem Faraday itu sangat langka," kata dia.
Simak artikel lainnya tentang ilmuwan di tempo.co
MOH KHORY ALFARIZI