TEMPO.CO, Washington - NASA memberikan laporan bahwa 2017 lalu adalah salah satu tahun terpanas sejak tahun 1880. Itu merupakan bukti bahwa pemanasan di bumi berjangka panjang dan terus berlanjut.
Baca: Mendekati Bumi, Asteroid Seukuran Paus Luput dari Pantauan NASA
Direktur Goddard Institute for Space Studies New York, Amerika Serikat, Gavin Schmidt mengatakan bahwa tren pemanasan global yang cepat telah kita lihat selama 40 tahun terakhir.
"Meskipun lebih dingin dari suhu rata-rata di salah satu bagian dunia, secara keseluruhan suhu di bumi menunjukkan pemanasan global terus berlanjut," ujar Schmidt dalam siaran persnya di laman NASA, Kamis, 18 Januari 2018.
Faktanya, 2017 merupakan yang terpanas kedua setelah suhu global di tahun 2016.
National Oceanic and Atmosphere Administration (NOAA) sebuah badan ilmiah di departemen perdagangan Amerika Serikat merilis sebuah analisis independen secara terpisah, di mana para ilmuwan menyimpulkan bahwa 2017 adalah tahun terpanas ketiga di catatan mereka.
Kedua analisis tersebut menunjukkan bahwa lima tahun terpanas yang tercatat terjadi sejak 2010. "Karena pemanasan global itu nyata, bahkan saat cuaca itu dingin," dalam rilis National Centers for Environmental Information NOAA yang dilansir pada 18 Januari 2018.
Berdasarkan laman Fast Company, 18 Januari 2018, Sebagian besar negara telah beraksi untuk mencoba menyelamatkan planet ini dengan membatasi polusi bahan bakar fosil guna memperlambat pemanasan global.
Namun, Presiden Amerika Serikat Donald Trump belum mengakui bahwa pemanasan global adalah sebuah ancaman dan masih mempertimbangkan untuk bergabung kembali dengan perjanjian perubahan iklim Paris 2015 yang menjadi sejarah.
Simak artikel menarik lainnya tentang
NASA hanya di kanal Tekno Tempo.co.
NASA | FAST COMPANY | NATIONAL CENTERS FOR ENVIRONMENTAL INFORMATION NOAA