Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Misteri Antariksa: Air di Bumi dan Bulan dari Satu Sumber?

Reporter

Editor

Amri Mahbub

image-gnews
Puncak gerhana bulan sebagian sekitar pukul 02:20 Wita yang terpantau dari Kota Gianyar, Bali, 8 Agustus 2017. Gerhana bulan yang berlangsung sekitar 1 jam 55 menit tersebut dapat dilihat dari seluruh kepulauan di Indonesia. ANTARA/Nyoman Budhiana
Puncak gerhana bulan sebagian sekitar pukul 02:20 Wita yang terpantau dari Kota Gianyar, Bali, 8 Agustus 2017. Gerhana bulan yang berlangsung sekitar 1 jam 55 menit tersebut dapat dilihat dari seluruh kepulauan di Indonesia. ANTARA/Nyoman Budhiana
Iklan

TEMPO.CO, Rhode Island - Misteri antariksa seakan tak ada habisnya, termasuk soal keberadaan air di bumi dan bulan. Pertanyaannya, dari mana sumber air planet biru dan satelit alaminya? Pertanyaan yang memusingkan, memang. Beruntungnya, tim ilmuwan dari Brown University sudah berhasil membongkar misteri tersebut. Dan ternyata, air di bumi dan bulan berasal dari sumber yang sama.

"Air yang datang ke bulan dan bumi berasal dari meteorit primitif yang sekarang terletak di bagian luar sabuk asteroid," kata Alberto Saal, ahli geokimia yang memimpin penelitian.

Temuan ini mengindikasikan air mungkin telah ada di bumi sebelum tumbukan raksasa menimpa planet ini dan menciptakan bulan. Tabrakan protoplanet raksasa seukuran Mars terhadap bumi ini terjadi sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu. Panas yang dihasilkan memanggang semua bahan air dari bulan. Banyak ahli menyebut permukaan planet ini kering kerontang.

Baca: Misteri Antariksa: Ada Planet Berair Kembaran Jupiter

Namun, delapan tahun lalu bukti pertama adanya hidrogen ditemukan dalam sampel bulan dari misi Apollo. Hidrogen adalah bahan utama air, bersama dengan oksigen. Untuk menemukan asal usul air ini para ilmuwan menganalisis kristal dan manik-manik kaca dari batu bulan yang dibawa Apollo 15 dan 17. Kristal dan manik-manik ini memiliki potongan-potongan kecil dari kaca yang berfungsi sebagai catatan sejarah geologi bulan.

Para peneliti berfokus pada isotop hidrogen yang ditemukan dalam magma lunar. Semua isotop unsur memiliki jumlah proton yang sama, tapi masing-masing memiliki jumlah neutron yang berbeda. Misalnya, hidrogen biasanya tidak memiliki neutron, sedangkan isotop hidrogen yang dikenal sebagai deuterium memiliki satu neutron.

Secara umum, benda yang terbentuk lebih dekat dengan matahari memiliki deuterium kurang dari bobotnya. Rasio deuterium hidrogen terlihat pada meteorit chondrite karbon yang mirip dan terlihat di dalam air di bumi. Ini menunjukkan bahwa 98 persen air bumi mungkin berasal dari bebatuan ruang angkasa bukan komet.

Baca: Misteri Antariksa: Benarkah Manusia Berasal dari Galaksi Lain?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sekarang, peneliti menemukan rasio deuterium untuk hidrogen dalam batuan bulan yang sama dengan yang terlihat di bumi juga. Secara keseluruhan temuan ini menunjukkan bahwa air di bulan dan bumi asal mulanya sama dalam chondrite karbon. Ini adalah meteorit yang ditemukan di sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter, yang dianggap salah satu obyek tertua di tata surya.

Menurut Saal, masih ada pertanyaan lanjutan. Jika air di bumi dan bulan memang ada sebelum tumbukan raksasa, mengapa panas yang diakibatkan tidak membuat semua air mengering. Salah satu kemungkinan adalah penguapan itu menjebak gas di dalamnya, seperti soda. Faktor ini, bersamaan dengan gravitasi bumi, mungkin telah membantu planet tetap kaya hidrogen dan air.

Masalahnya, bulan memiliki massa jauh lebih rendah, begitu juga gravitasinya. Ilmuwan lain berpendapat bahwa air bumi mungkin berasal dari komet. Di Institut Max Planck untuk Solar System Research, Paul Hartogh dan rekan-rekannya telah menemukan rasio deuterium hidrogen yang terlihat pada komet sangat cocok dengan yang ditemukan dalam air bumi. Jika komet membawa air ke bumi, mereka mungkin juga melakukannya di kemudian waktu.

Baca: Misteri Antariksa: Apa yang Terjadi Jika Bulan Terbuat Dari Emas?

Simak artikel menarik lainnya tentang misteri antariksa hanya di kanal Tekno Tempo.co.

SPACE.COM | BROWN UNIVERSITY

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

2 hari lalu

Ilustrasi Selamatkan Dunia dari Sampah Plastik. shutterstock.com
8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperingati Hari Bumi dengan aktivitas yang menghargai dan melindungi planet ini. Berikut di antaranya.


Siang Ini Amerika dan Kanada Alami Gerhana Matahari Total, Begini Tahapan Terjadinya

17 hari lalu

Penampakan Gerhana Matahari Total yang diamati dari Pantai Airleu, Com, Distrik Lautem, Timor Leste, Kamis 20 April 2023. FOTO : Observatorium Astronomi ITERA Lampung  atau OAIL
Siang Ini Amerika dan Kanada Alami Gerhana Matahari Total, Begini Tahapan Terjadinya

Walaupun Indonesia tidak alami gerhana matahari total yang terjadi hari ini, tetapi ini merupakan fenomena menarik di dunia.


Gerhana Matahari Total 8 April Akan Sebabkan Ledakan di Matahari, Ini Penjelasan BMKG

17 hari lalu

Penampakan gerhana bulan sebagian atau Parsial di langit Jakarta, Minggu, 29 Oktober 2023. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) peristiwa gerhana bulan parsial terjadi saat posisi Bulan, Matahari dan Bumi sejajar membuat sebagian piringan bulan masuk ke umbra (bayangan gelap) Bumi sehingga saat puncak gerhana terjadi Bulan akan terlihat gelap sedikit kemerahan di bagian yang terkena umbra Bumi. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S.
Gerhana Matahari Total 8 April Akan Sebabkan Ledakan di Matahari, Ini Penjelasan BMKG

Gerhana matahari total 8 April akan membuat ledakan-ledakan di matahari terlihat.


Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

20 hari lalu

Penampakan gerhana bulan sebagian atau Parsial di langit Jakarta, Minggu, 29 Oktober 2023. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) peristiwa gerhana bulan parsial terjadi saat posisi Bulan, Matahari dan Bumi sejajar membuat sebagian piringan bulan masuk ke umbra (bayangan gelap) Bumi sehingga saat puncak gerhana terjadi Bulan akan terlihat gelap sedikit kemerahan di bagian yang terkena umbra Bumi. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S.
Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

Sistem yang disebut dengan kode astronomi TYC 2505-672-1 memecahkan rekor alam semesta untuk gerhana matahari terlama.


Benarkah Bumi Akan Alami Kegelapan pada 8 April 2024?

27 hari lalu

Penampakan gerhana bulan sebagian atau Parsial di langit Jakarta, Minggu, 29 Oktober 2023. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) peristiwa gerhana bulan parsial terjadi saat posisi Bulan, Matahari dan Bumi sejajar membuat sebagian piringan bulan masuk ke umbra (bayangan gelap) Bumi sehingga saat puncak gerhana terjadi Bulan akan terlihat gelap sedikit kemerahan di bagian yang terkena umbra Bumi. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S.
Benarkah Bumi Akan Alami Kegelapan pada 8 April 2024?

Ahli Astronomi dan Astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin mengatakan informasi yang menybut Bumi akan mengalami kegelapan pada 8 April 2024 tidak benar.


Inilah Daftar Kota di Seluruh Dunia dengan Durasi Puasa Ramadan 2024 Terpanjang

34 hari lalu

Ilustrasi anak-anak menunggu berbuka puasa di Jakarta, Selasa 14 April 2020. TEMPO/Subekti.
Inilah Daftar Kota di Seluruh Dunia dengan Durasi Puasa Ramadan 2024 Terpanjang

Umat Islam yang tinggal di negara-negara belahan bumi bagian utara harus berpuasa relatif lebih lama daripada bumi bagian selatan.


Proses Warna Bulan Jadi Merah Saat Terjadi Gerhana, Berikut Penjelasannya

37 hari lalu

Fase awal gerhana bulan sebagian (U1) di Bekasi, Jawa Barat, Minggu, 29 Oktober 2023 dinihari. Fase U1 ini terjadi saat sebagian piringan bulan masuk ke umbra Bumi. ANTARA. FOTO/Paramayuda
Proses Warna Bulan Jadi Merah Saat Terjadi Gerhana, Berikut Penjelasannya

Bulan tampak berwarna merah selama Gerhana Bulan Total terjadi. Hal ini disebabkan karena proses yang disebut hamburan Rayleigh.


SpaceVIP Tawarkan Makan di Ruang Angkasa, Biayanya Rp7,7 Miliar per Orang

38 hari lalu

Pesawat ruang angkasa SpaceVIP yang akan membawa enam penumpang makan di atmosfer Bumi (Instagram/@restaurantalchemist)
SpaceVIP Tawarkan Makan di Ruang Angkasa, Biayanya Rp7,7 Miliar per Orang

Bukan hanya perjalanan ke ruang angkasa yang spesial, makanan yang disajikan pun istimewa hasil kolaborasi dengan chef restoran Bintang Michelin.


Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

39 hari lalu

Bangunan kubah ikonik di komplek Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 16 Januari 2023. Tempat peneropongan bintang Observatorium Bosscha telah genap berusia 100 tahun pada tahun 2023 ini. TEMPO/Prima Mulia
Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.


Penetapan 1 Ramadan, Pengamatan di 134 Titik Buktikan Posisi Bulan Masih Sangat Rendah

45 hari lalu

Ilustrasi Hilal. Robertus Pudyanto/Getty Images
Penetapan 1 Ramadan, Pengamatan di 134 Titik Buktikan Posisi Bulan Masih Sangat Rendah

Pemerintah telah menetapkan 1 Ramadan 1445 H jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024.