TEMPO.CO, Jakarta - Negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia, terindikasi akan sering mendapatkan serangan siber sepanjang 2018-2025. Pakar komunikasi media dan teknologi dari ATKearney, Germaine Hoe Yen Yi, menyebutkan beberapa alasannya.
"Tingkat pengawasan kebijakan yang rendah, kurangnya ahli yang terampil dalam bidang digital, kerentanan yang tinggi dan investasi yang rendah," kata Yen Yi saat menyampaikan materi darurat keamanan siber di Asia Tenggara di Jasmin Room, Ayana Mid Plaza Hotel, Selasa, 23 Januari 2018.
ATKearney adalah perusahaan konsultan manajemen global terkemuka dan berkantor di 40 negara. Perusahaan ini berdiri sejak 1926 dan sudah dipercaya sebagai penasehat organisasi-organisasi di dunia.
Baca: Kiat Meminimalisir Serangan Siber
Perlu Tingkatkan Investasi Keamanan
Dari 10 negara di ASEAN hanya Singapura dan Malaysia yang tergolong maju. Adapun Filipina serta Thailand sudah berkembang di bidang keamanan siber. Sementara Indonesia masih berada di tahap awal, termasuk dalam aturan, pengembangan strategi nasional, tata kelola, kerjasama internasional dan pembangunan. "Untuk mengantisipasi serangan siber, Malaysia saja butuh sekitar 4 ribu lebih ahli keamanan siber pada tahun 2020," ujar dia.
Di bidang investasi, kata Yen Yi, negara ASEAN hanya mengeluarkan dana yang sedikit untuk keamanan siber dengan rata-rata 0,07 persen dari Penghasilan Domestik Bruto (PDB). Angka ini, menurut dia, perlu ditingkatkan mencapai 0,35 dan 0,61 persen dari PDB sampai 2025.
Negara ASEAN membutuhkan gerakan cepat untuk kesiapan menghadapi serangan siber. Selain itu, aturan tentang kemanan siber harus segera diperbaharui dan membuat strategi keamanan siber, serta menjalin kerjasama internasional dalam hal pengembangan kapasitas.
Baca: Serangan Siber Tahun Depan Berpola Pemerasan
Pemangku Kepentingan Wajib Bersatu
Presiden Cisco ASEAN, Naveen Menon, mengatakan bahwa keberhasilan digitalisasi negara tergantung pada kemampuannya dalam memerangi ancaman siber. "Di Indonesia, kami telah melihat transformasi digital terjadi di beberapa sektor seperti layanan kesehatan, keuangan dan ritel. Sektor tersebut termasuk sektor yang beresiko terkena serangan siber," kata Menon.
Menurut Menon, sangat penting bagi para pemangku kepentingan agar bersatu dan membantu membangun kemampuan keamanan siber. Termasuk mengembangkan generasi baru terkait profesional keamanan siber.
Baca: Tips Menghindari Jadi Korban Serangan Siber
Simak artikel menarik lainnya tentang serangan siber hanya di kanal Tekno Tempo.co.