Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

TaLis, Solusi Listrik untuk Daerah Tertinggal, Ini Cara Kerjanya

Reporter

Editor

Amri Mahbub

image-gnews
Tabung listrik (Talis) karya peneliti teknik elektro Universitas Indonesia, Chairul Hudaya dan Iwa Garniwa. (Universitas Indonesia)
Tabung listrik (Talis) karya peneliti teknik elektro Universitas Indonesia, Chairul Hudaya dan Iwa Garniwa. (Universitas Indonesia)
Iklan

TEMPO.CO, Depok - TaLis alias tabung listrik hasil karya dua ilmuwan dari Universitas Indonesia. Kedua ialah Chairul Hudaya dan Iwa Garniwa dari Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik.

Chairul menjelaskan, TaLis adalah sebuah perangkat penyimpanan energi berbasis baterai lithium-ion tipe 18650 yang dirangkai dengan sebuah battery management system (BMS). TaLis dibuat memiliki kapasitas bervariasi, disesuaikan dengan kebutuhan beban.

Baca Juga:

"Jika dianalogikan, TaLis sama dengan sebuah power bank yang kapasitasnya cukup besar untuk menyuplai kebutuhan listrik rumah tangga maupun untuk alat-alat produksi," kata Chairul kepada Tempo, kemarin. Karena itu, dalam konsep TaLis, energi listrik bisa disimpan dalam sebuah media penyimpanan energi (baterai) untuk selanjutnya dipakai mengoperasikan peralatan elektronik.

"Dengan demikian, kebutuhan listrik tidak lagi bergantung pada sistem transmisi jarak jauh dari sumber pembangkit listrik raksasa," ujarnya.

Menurut Chairul, dengan bentuknya yang ringan dan portabel, TaLis dapat menyimpan 630 Wh energi listrik berbasis baterai lithium-ion serta mudah dipakai karena menggunakan sistem plug and play alias pasang dan pakai. Tidak hanya itu, Chairul melanjutkan, TaLis tidak memerlukan kWh meter dan jaringan distribusi listrik sehingga harganya murah.

Baca Juga:

"Semua ini merupakan keunggulan TaLis dalam menjadi sebuah media pengantar listrik di daerah-daerah yang terisolasi dan belum terdapat jaringan listrik," katanya.

Satu unit TaLis dapat menyuplai satu kebutuhan rumah di pedesaan. "Ini adalah sebuah bentuk inovasi bagi dunia listrik Indonesia yang masih sangat bergantung pada metode konvensional dalam melakukan distribusi listrik," kata dia.

Chairul menceritakan, awal mula dia membuat TaLis dilatarbelakangi oleh banyaknya rumah tangga dan desa yang belum mendapat aliran listrik di Indonesia. Hal ini terlihat dari rasio elektrifikasi yang rendah, seperti beberapa daerah di wilayah Maluku dan Papua.

Dari data Badan Pusat Statistik, ada lebih dari 2.500 desa tak berlistrik. Sedangkan, menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, tingkat rasio elektrifikasi pada 2014 ada di angka 84,35 persen, sementara pada 2015 ada di angka 88,30 persen.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada 2017, rasio elektrifikasi mencapai 92,75 persen. Meski begitu, masih banyak daerah di Indonesia yang rasio elektrifikasinya jauh di bawah rata-rata nasional.

Hal ini sangat nyata di daerah-daerah terpencil dan jauh dari pusat pembangunan, seperti di daerah pegunungan serta pulau di Maluku dan Papua. Sebagai contoh, rasio elektrifikasi di Maluku sebesar 59,17 persen. Sedangkan pada Juni 2017, Papua baru mencapai angka 48,74 persen.

Selama ini, guna memenuhi pasokan listrik di Indonesia, pemerintah biasanya menggunakan pembangkit listrik dalam skala besar untuk kemudian dipasok ke masyarakat menggunakan kabel. Pembangunan pembangkit listrik baru serta tata kelengkapan listrik lainnya tentu bukan persoalan mudah. Banyak yang harus diselesaikan terkait dengan perizinan, pembebasan lahan, tata ruang, dan pendanaan. Itu yang kemudian menyebabkan biaya penyediaan listrik di Indonesia menjadi sangat mahal.

Chairul berharap TaLis dapat menjadi solusi penyediaan listrik di daerah yang masih belum berlistrik. Prototipe TaLis sudah terpasang di Sekolah Master Indonesia, Depok, sejak November 2017 hingga saat ini.

TaLis pun dapat diisi ulang atau dicas dengan berbagai sumber energi, baik sumber pembangkit energi fosil (seperti genset) maupun energi terbarukan seperti tenaga surya. Pengisian ulang dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, yaitu empat jam.

Namun kelak pelanggan tidak perlu menunggu di stasiun pengisian energi listrik (SPEL). Seperti tabung gas, pelanggan cukup menukar dengan TaLis yang sudah terisi.

Simak kabar terbaru tentan TaLis hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Iklan


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada