TEMPO.CO, Jakarta - Heboh mabuk air rebusan pembalut wanita di Karawang membuat Yessi Permana, peneliti kimia Institut Teknologi Bandung (ITB), kaget. "Wah, apa itu? Saya baru dengar," kata dia kepada Tempo melalui pesan singkat, 22 Februari 2018.
Akhir pekan lalu, sejumlah media mengabarkan remaja di Kecamatan Lemahabang, Tempuran dan Telagasari kerap meminum air rebusan pembalut wanita. Alasannya, harga minuman keras yang semakin mahal. Alhasil, para remaja tanggung di tiga kecamatan itu berkreasi menciptakan racikan minuman, dengan komposisinya berupa air rebusan pembalut dicampur obat kuat dan obat batuk.
Namun, Yessi belum bisa berkomentar banyak soal hal tersebut. Menurut dia, untuk mengetahui kandungannya minuman tersebut perlu dilakukan telaah secara kimia tentang pembalut itu di laboratorium. "Saya khawatir keliru kalau hanya via ucapan tanpa penelitian, yang ada nanti menambah hoax," kata dia.
Yessi tidak mempunyai informasi banyak terkait hal itu. Namun, menurut dia, produk pembalut, popok dan penyerap keringat mengandung butiran polymer penyerap keringat atau biasa disebut dengan super adsorbent polymers (SAP) dan tiap perusahaan memakai bahan polymer yang berbeda.
Dia menjelaskan, salah satu jenis polymer yang sering dipakai untuk produk seperti itu adalah sodium polycrylate. "Sesuai dengan material safety data sheet (MSDS) kandungan tersebut bersifat iritan terhadap mata, karena memiliki sifat penyerap air, jadi jangan sampai masuk ke tubuh," kata Yessi.
Simak artikel menarik lainnya tentang mabuk air rebusan pembalut wanita hanya di kanal Tekno Tempo.co.