TEMPO.CO, Jakarta - Tidak adanya matahari, menurut para ilmuwan, akan menyebabkan kiamat yang datang perlahan. Tak pelak lagi kalau matahari dan air merupakan sumber utama kehidupan di bumi. Pusat Tata Surya ini memang penting untuk menopang energi di bumi. Matahari pulalah yang menyebabkan ada malam dan siang hari.
Seperti dilansir laman How Stuff Works, Jumat, 1 Maret 2018, ada banyak dampak jika bumi tak lagi disinari matahari. Yang jelas, tidak ada siklus siang dan malam.
Baca: Stephen Hawking Sebut Kiamat Terjadi Pada...
1. Suhu Turun, Tumbuhan Tidak Bisa Berfotosintesis
Ilustrasi dunia membeku. Foto: The Siberian Times
Bumi sedikit demi sedikit akan mendingin karena tidak mendapatkan sinar matahari. Ilmuwan memprediksi suhu bumi akan menurun mencapai minus 17,8 derajat Celsius. Meski begitu, manusia masih bisa bertahan.
Hingga pada akhirnya tumbuhan tidak bisa melakukan fotosintesis. Lambat laut tumbuhan akan mati. Imbasnya, tidak ada produksi oksigen. Dan ini sangat fatal bagi manusia. Selain itu, hewan herbivora yang tidak bisa beradaptasi lambat laut akan punah.
Baca: Teori Planet Nibiru Tabrak Bumi dan Kiamat: Ini Prediksi Ilmuwan
2. Bumi akan Bertabrakan
Ilustrasi kiamat. denzomag.com
Dalam setahun, suhu bumi akan turun hingga minus 73,3 derajat Celsius. Hampir semua di bumi akan membeku. Tak ada panas. Dalam fase ini manusia akan banyak yang mati.
Risiko terbesar ialah tidak ada gravitasi dari matahari. Tarikan dari mataharilah yang membuat bumi bisa berotasi. Kalau tidak ada gravitasi matahari, bumi bisa melayang tanpa arah dan berpotensi menabrak planet-planet lain atau objek antariksa lain, seperti asteroid raksasa atau komet.
Baca: Isaac Newton Memprediksi Kiamat pada 2060
Simak artikel menarik lainnya tentang kiamat menurut sains hanya di kanal Tekno Tempo.co.
HOWSTUFFWORKS.COM | LIVESCIENCE