TEMPO.CO, Bandung - Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan, pihaknya akan mengawasi pergerakan satelit Cina, Tiangong-1. Satelit milik Cina itu diperkirakan jatuh ke bumi tanpa terkendali antara Maret-April 2018. Lokasi jatuhnya belum bisa diduga.
"Saat ini belum bisa diperkirakan titik jatuhnya, tetapi Indonesia harus waspada karena semua sampah antariksa pasti melewati ekuator," kata Thomas, saat dihubungi, Kamis, 8 Maret 2018.
Menurut dia, ada potensi satelit itu jatuh di wilayah Indonesia. Namun kemungkinannya jatuh di pemukiman sangat kecil. Sambil memantau sampah-sampah antariksa yang jatuh di layar monitor, LAPAN (Lembaga Penerbanga dan Antariksa) masih menunggu perkembangan.
Baca: Cina Ternyata Pernah Kirim 2 Anjing ke Luar Angkasa, Ini Kisahnya
Karena data soal satelit itu belum lengkap dan akurat, Lapan kini belum berkoordinasi dengan pihak terkait seperti kepolisian dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana. "Lapan menjaga agar tidak menimbulkan keresahan, sebelum ada data yang akurat," katanya.
Sebelumnya diberitakan The Guardian, Badan Antariksa Eropa (ESA) memperkirakan sampah antariksa seberat 8,5 ton itu akan jatuh antara 24 Maret-19 April 2018. Wahana yang diluncurkan September 2011 itu pun disinyalir membawa bahan yang sangat beracun.
Para ahli menaksir satelit akan jatuh di beberapa wilayah Eropa, Amerika, Australia dan Selandia Baru. Adapun kemungkinannya jatuh menimpa pemukiman berkisar satu banding satu juta. Besarnya ukuran satelit membuat pengawasan di bumi harus lekat. Cina pada 2016 mengaku telah kehilangan kendali atas Tiangong-1 dan tidak dapat melakukan pengendalian masuk kembali ke Bumi.
Baca: Cina Berhasil Kirim Enskripsi Kuantum dari Satelit ke Bumi
Simak artikel menarik lainnya tentang satelit Cina, Tiangong-1, hanya di kanal Tekno Tempo.co.