TEMPO.CO, Roma - Seorang astronom berhasil menangkap stasiun luar angkasa Cina, Tiangong-1, yang tidak terkendali saat meluncur mendekati permukaan bumi, sebagaimana dilaporkan Daily Mail, 12 Maret 2018.
Gambar yang menakjubkan itu menunjukkan stasiun Tiangong-1 di depan beberapa rasi bintang paling terkenal awal bulan ini.
Baca: Tiangong-1 Berpotensi Jatuh di Indonesia, LAPAN Lakukan Pantauan
Astronom Gianluca Masi, yang merupakan bagian dari Virtual Telescope Project, mengambil foto stasiun antariksa itu di Roma pada tanggal 9 Maret.
Tiangong-1 dapat dilihat sebagai garis terang putih yang panjang di sisi kanan foto. Ia melintas di depan latar belakang bintang-bintang yang berkilau dan rasi bintang Orion, Auriga dan Taurus, menurut Masi.
“Stasiun luar angkasa itu sekitar 74 derajat di atas cakrawala, aman dari pencemaran polusi yang sangat besar, dan menempatkan pesawat ruang angkasa itu di tempat yang sangat menarik di langit,” katanya.
"Pada suatu titik, seperti yang diperkirakan, Tiangong-1 menghilang, melompat ke dalam bayang-bayang bumi," Masi menjelaskan. Masi mengatakan stasiun tersebut akan terlihat kembali di daerah-daerah tertentu pada tanggal 18, 19 dan 20 Maret.
Tiangong 1. Kredit: Independent
Ia akan tampak paling terang untuk sesaat pada tanggal 18 Maret pukul 19.29 (EST) (19 Maret pukul 07.29 WIB), sebelum menghilang tepat setelah pukul 19.30 (EST) (19 Maret pukul 07.30 WIB).
Para ahli dari European Space Agency (ESA), yang berbasis di Paris, termasuk di antara mereka yang melacak Tiangong-1, yang berarti 'tempat surgawi'. “Tiangong-1 dipercaya akan kembali ke planet ini sekitar 3 April,” menurut para ahli.
Rentang waktu reentry yang tepat diperkirakan antara 17 Maret dan 21 April, sedangkan sebelumnya diperkirakan antara 24 Maret dan 19 April.
Lokasi persis tempat jatuh Tiangong-1 lebih sulit untuk diprediksi, meskipun para ahli setuju bahwa lokasi itu akan berada di antara garis lintang dari 43 ° utara dan 43 ° selatan.
Organisasi riset AS, Aerospace Corporation, mengungkapkan bahwa bagian selatan Lower Michigan termasuk di antara wilayah yang memiliki probabilitas tertinggi terkena reruntuhan.
Cina Utara, Italia tengah, utara Spanyol, Timur Tengah, Selandia Baru, Tasmania, Amerika Selatan, Afrika bagian selatan, dan negara bagian utara di AS telah diidentifikasi sebagai daerah dengan peluang lebih tinggi.
Namun, badan itu hanya akan mengetahui pasti tanggal dan lokasi di mana puing-puing Tiangong-1 akan berdampak pada bumi saat minggu-minggu terakhir menjelang jatuh ke Bumi.
Masi mengatakan dia berharap pesawat luar angkasa Tiangong-1 akan hancur total sebelum memasuki kembali atmosfer bumi.
Sampai saat itu, dia mencatat bahwa kita hanya akan memiliki beberapa kesempatan lagi untuk melihat stasiun tersebut sebelum bertabrakan dengan bumi. "Stasiun luar angkasa Tiangong-1 bergerak sepanjang orbit yang membusuk," Masi menjelaskan.
"Ia harus masuk kembali ke atmosfer kita dalam beberapa minggu ke depan, jadi kita hanya memiliki beberapa kesempatan lagi untuk mengamatinya. Beberapa puing-puing sisa bisa jatuh ke permukaan bumi, dengan ketidakpastian yang besar mengenai lokasi yang tepat,” tambahnya.
Stasiun berukuran 8,5 ton itu telah menuju ke bumi sejak hilang kendali pada 2016. Satelit itu diyakini mengandung bahan bakar roket yang disebut hidrazin dan cukup padat, menurut Verge.
"Ada banyak alat berat, jadi tidak seperti panggung roket yang merupakan tangki kosong besar," kata Jonathan McDowell, astrofisikawan Harvard dan ahli antariksa, kepada Verge. "Orang-orang khawatir jika itu sampai ke tanah," tambahnya.
McDowell juga menunjukkan bahwa tidak jarang puing-puing luar angkasa menghantam bumi, seperti bagian dari roket berukuran serupa yang mendarat di Peru pada bulan Januari.
Simak artikel lainnya tentang Tiangong-1 di tempo.co.
DAILY MAIL | THE VERGE