TEMPO.CO, Jakarta - Budidaya padi dengan Metode Hazton berhasil meningkatkan hasil panen. Pada panen yang dilakukan di Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat lalu, para petani berhasil memanen 9,48 ton per hektare, atau meningkat dari sebelumnya hanya 5-6 ton per hektare.
Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola senang menyaksikan peningkatan tersebut. Ia pun menyampaikan apresiasi tinggi kepada Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah yang membina petani membudidayakan padi dengan metode itu.
"Sulteng merupakan wilayah penghasil beras. Apabila enam kabupaten lumbung beras memberikan hasil produksi yang cukup signifikan, maka Sulteng tidak perlu lagi mendatangkan beras dari luar untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, program rastra dan operasi pasar," kata gubernur.
Baca: Pakar Padi Hibrida India: Asia Tenggara Gagal Tiru Cina
Gubernur Longki ikut menyaksikan panen padi itu merupakan hasil budidaya Kelompok Tani Ojolali binaan Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah, Jumat. Para petani di sana menggunakan metode Hazton.
Apa sebenarnya Metode Hazton? Hazton adalah akronim dari Hazairin dan Anton Kamarudin yang jadi penemunya. Metode ini pada prinsipnya menggariskan agar bibit yang dipakai berasal dari bibit tua. Lalu, penanaman tak hanya dengan satu hingga tiga bibit per lubang tanam, tapi mencapai 20 hingga 30 bibit padi.
Gubernur Longki Djanggola berharap program BI Sulteng itu jangan hanya di tiga kabupaten yakni Banggai, Morowali, dan Tolitoli saja. Cara itu sesuai dengan program pemerintah daerah yang berusaha melipatgandakan semua produksi sektor pertanian dan perkebunan yang jadi sumber utama perekonomian.
Menurut gubernur, masyarakat di Sigi sebagian besar bergantung pada sektor pertanian, dimana wilayah itu juga dihadapkan dengan kondisi dengan sekitar 63 persen luas wilayah masuk dalam kawasan hutan. "Masyarakat sulit untuk berinteraksi, namun kami berupaya meminta ada perubahan tata ruang kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar status hutan di Sigi, bukan hanya status hutan produksi terbatas (HPT), namun diturunkan statusnya menjadi areal penggunaan lain (APL), agar para petani bisa mempergunakan kembali lahan-lahan pertanian dan perkebunannya," kata Gubernur.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulteng, Miyono, menyebutkan sejak diperkenalkannya metode ini pada bulan Juli 2017 lalu, panen pertama adalah 9 ton per hektare, dan panen kedua saat ini meningkat lagi sebesar 9,48 ton per hektare.
Miyono mengatakan pengembangan padi dengan metode Hazton, merupakan upaya untuk mendukung peningkatan pasokan dan pengendalian harga beras di Sulteng.
Metode ini telah dikembangkan di tiga kabupaten yaitu Sigi, Donggala dan Parigi Moutong seluas 20 hektare.
Program itu merupakan salah satu solusi dari alih fungsi lahan pertanian yang saat ini semakin meningkat, dalam bentuk intensifikasi lahan pertanian. Dengan lahan pertanian yang sempit, petani padi dapat diajarkan teknologi cocok tanam baik serta intervensi teknologi pertanian.
Bagi Miyono, program itu akan terus dilakukan hingga 4 tahun ke depan, yang bekerja sama dengan balai pengkajian teknologi pertanian (BPTP) Sulteng.