TEMPO.CO, Jakarta - Pada awal 2018, Greenpeace menantang 16 industri terkemuka mengungkap pasokan pabrik dan sumber minyak sawit yang digunakan. Hal tersebut sebagai upaya mengurangi kerusakan hutan Indonesia.
Baca: Ajak Anak dan Cucu, Susi Pudjiastuti Kunjungi Kapal Greenpeace
Beberapa industri besar, seperti PZ Cussons, Johnson & Johnson, dan Kraft Heinz, menolak mengungkap dari mana minyak sawit mereka berasal. Lainnya, seperti Nestlé dan Unilever, telah membuat rantai pasokan minyak sawit yang lebih transparan.
"Berulang kali mereka berjanji menghentikan penggundulan hutan yang dialihfungsikan sebagai ladang kelapa sawit hingga tahun 2020. Namun ada bukti berkembang bahwa mereka akan gagal memenuhi janji tersebut," ujar Kepala Global Kampanye Hutan Indonesia di Greenpeace Asia Tenggara, Kiki Taufik, dalam keterangannya, Senin, 19 Maret 2018.
Data analisis Greenpeace menunjukkan bahwa Indonesia telah kehilangan 24 juta hektare hutan hujan antara tahun 1990 dan 2015. Dalam tiga tahun terakhir, hutan hujan seluas 146 ukuran lapangan sepak bola dihancurkan setiap jam.
Hal itu membuat spesies satwa di Indonesia terancam punah karena penghancuran habitat. Populasi orang utan Borneo telah menurun setengahnya sejak 1999, dengan jumlah 100 ribu ekor hilang dalam 16 tahun terakhir. Pada 2017, spesies baru orang utan di Sumatera ditemukan, tapi sudah terancam punah.
"Meskipun komitmen industri mereformasi praktik kotor, minyak sawit tetap menjadi komoditas berisiko tinggi," kata Kiki. "Mereka harus transparan dari mana minyak sawit berasal."
Menurut Kiki, Greenpeace ingin menunjukkan bagaimana sikap dari industri terkait, apakah akan terus menjadi sumber perusak hutan.
Penghancuran hutan dan lahan gambut di sektor perkebunan menciptakan kehancuran hutan, bahkan dilakukan dengan sengaja. Pada 2015, Indonesia mengalami kebakaran hutan dan menyebabkan kabut beracun di Asia Tenggara, yang mengakibatkan sekitar 100 ribu kematian dini.
Simak artikel menarik lainnya tentang Greenpeace hanya di kanal Tekno Tempo.co
GREENPEACE.ORG