TEMPO.CO, Bandung - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sedang menyiapkan pembangunan observatorium Kupang yang akan dibangun di Gunung Timau, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Observatorium yang ditargetkan rampung pada 2020 ini akan dibangun dengan menggandeng Institut Teknologi Bandung dan Universitas Cendana Kupang (Uncen).
Rencananya, observatorium ini akan menggunakan teropong 3,8 meter, terbesar di Asia Tenggara. Bagaimana kabarnya? Tempo sempat mewawancarai Direktur Observatorium Bosscha, Premana Wardayanti Premadi, selaku salah satu ilmuwan yang juga menyiapkan Observatorium kupang.
"Tak hanya bangunan fisik, dengan adanya observatorium itu wacana riset astronomi yang lebih maju juga akan dirumuskan," kata astrofisikawan ITB ini saat ditemui di kantornya di ITB, Bandung, Selasa, 20 Maret 2018. Berikut petikan wawancaranya:
Baca juga: Observatorium Bosscha Kini Buka Malam Hari
Ilustrasi peta observatorium antariksa Bosscha di Kupang. Dok. Tim ITB dari Dir.Obs Bosscha Mahasena Putra.
Sebetulnya di mana posisi observatorium Kupang nanti di antara observatorium lainnya di dunia?
Target kami adalah membuat observatorium yang skalanya tidak terlalu jauh dari yang sudah ada di dunia. Disesuaikan dengan sumber daya manusia dan lokasi kita di ekuator temasuk kondisi keuangan negara. Kita nggak bikin observatorium yang superbesar. Karena mahalnya minta ampun. Untuk teleskop 10 meter saja konsorsium beberapa negara.
Observatorium Kupang tidak konsorsium internasional? Asia Tenggara?
Tidak. Dananya masuk lewat Lapan. Ini proyek yang sangat besar sekali, belum pernah kita dapat dana sebesar itu. Belum pernah kita bekerjasama besar-besaran begitu dalam jangka panjang. Biasanya 'kan pengadaan hanya setahun. Belum lagi izin, perancangan detail.
Patokan instrumennya ke Observatorium dunia atau yang di Bosscha?
Dua-duanya. Kita pilih di mana kita tepat mengejar untuk unggul.
Dana totalnya sekarang berapa?
Anggarannya mencapai Rp 400 miliar. Kalau dapat dana segitu, harusnya jumlah publikasi ilmiah meningkat. Publikasi itu kan sesuatu yang baru. Standar alatnya ya internasional.
Kalau untuk rencana di Kupang, ukuran teleskopnya lebih besar dari yang di Thailand atau New Mexico. Itu pun mereka sudah sanggup menghasilkan data jutaan galaksi. Ukuran diameternya di Kupang 3,8 meter. Yang di Bosscha terbesar 60 sentimeter.
Baca juga: Observatorium Bosscha Lakukan Ini untuk Mengejar Bintang
Ilustrasi observatorium antariksa Bosscha di Kupang. Dok. Tim ITB dari Dir.Obs Bosscha Mahasena Putra.
Arah riset Observatorium Kupang akan ke mana?
Bisa ke peristiwa besar, seperti Supernova--ledakan bintang. Itu kan pengamatannya butuh waktu panjang sekali. Observatorium di Kupang bisa masuk ke situ, mengejar data yang belum terpenuhi. Penemuannya pasti berita besar. Nantinya, observatorium Kupang bisa melakukan riset follow up tentang temuan besar di luar negeri.
Artinya nanti astronomo dunia bakal antre untuk menggunakan observatorium Kupang?
Harapannya begitu. Syaratnya operasionalnya membuat orang nyaman.
Pakai alatnya nanti astronom harus bayar?
Ada beberapa skema, mulai dari grant orang mengajukan proposal. Ada juga yang bayar, sesuai aturan finansial pemilik teleskop. Untuk yang di Kupang nanti belum tahu sama sekali.
Baca juga: Wisata Lampung Berbenah, Ingin Teropong Bintang Melebihi Bosscha
Ilustrasi lokasi observatorium antariksa Bosscha di Kupang. Dok. Tim ITB dari Dir.Obs Bosscha Mahasena Putra.
Apa proyeksi riset yang diharapkan dari observatorium baru ini?
Kita harus advance, seperti eksoplanet (planet di luar tata surya). Keppler sudah menemukan banyak, tapi follow up-nya belum. Misalnya, mempelajari karakter bintang yang menjadi kepala rumah tangga sistem planet itu. Banyak sekali yang bisa digali.
Prioritas risetnya seperti apa?
Kita belum tahu. Nanti rencananya bulan November kita mau berembuk, ada seminar di antara astronom Indonesia. Perlu ada roadmap riset astronomi Indonesia mau dibawa ke arah mana.
Riset astronomi mutakhir Indonesia apa?
Ada di sini (Astronomi ITB) misalnya yang meneliti obyek apa yang memancarkan sinar X-Ray dengan sangat luar biasa intensitasnya. Apakah dari blackhole atau yang lain, sejauh ini masih diteliti.
Baca juga: Kendi Antariksa Jatuh Buktikan Bahwa Teori Bumi Datar Salah
Simak kabar terbaru dari Observatorium Kupang hanya di kanal Tekno Tempo.co.