TEMPO.CO, Jakarta - Luas tumpahan minyak di Balikpapan, Kalimantan Timur, sudah mencapai 12.987,2 hektare. Data itu terungkap dari satelit Sentinel 1A milik Badan Antariksa Eropa (ESA).
"Area yang terdampak tumpahan minyak mentah itu pun saat ini semakin meluas," kata Kepala Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Dedi Iriawan saat dihubungi, Senin, 9 April 2018, sembari menjelaskan data satelit yang keluar pada 2 April itu.
Berdasarkan informasi, tiga hari setelah data itu keluar, luasnya bertambah menjadi 200 kilometer atau 20 ribu hektare. Menurut Dedi, LAPAN masih melakukan akuisisi data melalui satelit lain untuk menghimpun data yang lebih lengkap.
Baca juga: Dampak Ekologis Tumpahan Minyak Pertamina di Teluk Balikpapan
Menurut Dedi, yang dilakukan LAPAN saat ini baru sampai luasan. Sebab, Sentinel 1A memakai sensor Synthetic Aperture Radar (SAR) yang hanya bisa melihat luas wilayah terdampak secara cepat. "Dari data tersebut, terlihat luasan daerah terdampak. Terlihat dari kekasaran permukaan, riak di permukaan terdampak minyak akan terlihat lebih halus dibandingkan dengan yang tidak terdampak," ujarnya.
Tumpahan minyak di perairan Teluk Balikpapan sudah mencapai tahap kritis. Genangan minyak juga menyebabkan kebakaran yang menewaskan lima orang.
Selain itu, terjadi kerusakan ekosistem. Sekitar 34 hektare tanaman mangrove terkena dampak dan 2.000 bibit mangrove milik warga Kampung Atas Air Margasari serta biota laut jenis kepiting mati di Pantai Banua Patra. Masyarakat di area permukiman yang masih terpapar tumpahan mengeluhkan bau minyak yang menyengat.
Baca juga: Tumpahan Minyak di Balikpapan Dikhawatirkan Menyebar
Simak kabar terbaru tentang tumpahan minyak di Balikpapan hanya di kanal Tekno Tempo.co.