Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Riset: Tulang Manusia Modern Kian Rapuh

Reporter

Editor

Amri Mahbub

image-gnews
Tulang Manusia Modern Lebih Ringan
Tulang Manusia Modern Lebih Ringan
Iklan

TEMPO.CO, New York - Riset mengungkap tulang manusia modern tidak sekuat milik para leluhur. Tulang manusia modern tidak sepadat milik nenek moyang kita 1.000 tahun silam atau lebih, terutama pada sendi di seluruh kerangka. Perubahan pola hidup dari pemburu-pengumpul ke bertani diyakini menyebabkan tulang manusia menjadi lebih rapuh.

"Sejak menetap dan bertani, manusia telah meninggalkan kebiasaan hidup berpindah-pindah. Kondisi ini membuat tulang mereka melemah," kata pemimpin penelitian, Habiba Chirchir, seperti dikutip United Press International.

Chirchir dan tim peneliti di Museum Sejarah Alam Smithsonian pertama kali memperhatikan perbedaan struktur tulang ini saat menganalisis tulang primata dan manusia. Mereka melihat bahwa ujung tulang manusia-bagian dekat sendi yang terbuat dari tulang trabecular-kurang padat dan hampir seperti busa. Hal ini berbeda jika dibanding tulang primata.

Dalam percobaan lanjutan, tim peneliti menganalisis kepadatan tulang manusia dari masa ke masa. Tulang-tulang itu dirontgen dengan sinar-X dan dipindai menggunakan magnetic resonance imaging (MRI). Mereka berfokus pada struktur internal tulang, seperti tulang trabecular atau spons tulang, bagian yang memberi kekuatan tambahan pada tulang.

Baca juga: Riset Terbaru: Cokelat Mungkin Punah pada 2050

Colin Shaw, anggota tim peneliti dari University of Cambridge di Inggris, mengatakan tulang trabecular memiliki kelenturan yang jauh lebih besar dibanding tulang lainnya. Struktur dan bentuknya mudah berubah ketika mendapat beban di atasnya, dari silindris hingga menebal seperti piringan. Pada manusia pemburu-pengumpul, nyaris semua tulang menebal.

Hasil pengamatan menunjukkan manusia purba memiliki tulang trabecular yang jauh lebih padat daripada manusia modern. Kepadatan tulang pada manusia pemburu-pengumpul berusia 7.000 tahun ternyata 20 persen lebih besar dibanding tulang petani kuno berumur 700 tahun. "Makin sering digunakan, tulang menjadi lebih padat dan kuat," kata Shaw seperti dikutip dari laman Techtimes.com.

Chirchir awalnya mengira manusia mengembangkan tulang yang kurang berbobot ketika pertama kali bermigrasi keluar dari Afrika. Dalam hipotesisnya, ia menduga tulang yang kurang padat akan membuat perjalanan lebih mudah. Namun penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa tulang yang kurang padat baru dijumpai sejak 12 ribu tahun lalu, lebih jauh dari waktu yang diperkirakan.

Tim peneliti, dalam artikel yang dimuat dalam jurnal PNAS, menyatakan kehidupan manusia purba jauh lebih berat dibanding manusia yang lebih modern. Mereka harus menghadapi lingkungan yang keras. Sebagai pemburu dan pengumpul makanan, pola hidup manusia purba masih berpindah-pindah, mengikuti keberadaan hewan buruan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca juga: Apa Hubungan Jabat Tangan dan Bakteri? Simak Riset Ini

Kondisi mulai berubah saat manusia menemukan cara menanam tanaman. Manusia yang lebih modern mulai mempelajari cara bertani. Dengan sumber makanan yang lebih stabil, manusia mulai tinggal menetap, tidak lagi berpindah tempat untuk berburu. Alhasil, perubahan pola aktivitas ini telah mempengaruhi kualitas tulang pada manusia modern.

Penelitian terhadap kerangka manusia telah dimulai sejak ratusan tahun lalu. Namun, temuan Chirchir merupakan yang pertama menggambarkan bahwa tulang manusia modern lebih rapuh pada bagian sendi di seluruh kerangka. "Bahkan pada petani kuno yang aktif mengerjakan tanah," kata Brian Richmond, anggota tim peneliti dari George Washington University.

Tren semakin rapuhnya tulang manusia tidak akan banyak berubah. Evolusi hominid selama 7 juta tahun telah menempa tubuh manusia purba lewat aktivitas fisik yang berat. Sebaliknya, kehidupan manusia modern semakin mudah karena beradaptasi dengan kemajuan teknologi, terutama 50-100 tahun terakhir. "Manusia berevolusi tidak hanya untuk duduk di mobil atau di depan meja," ujar Chirchir.

Baca juga: Anda Kurang Bercinta? Ini Dampaknya ke Tubuh Menurut Sains

Simak riset menarik lainnya hanya di kanal Tekno Tempo.co.

UNITED PRESS INTERNATIONAL | TECHTIMES.COM | PNAS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

33 hari lalu

Ilustrasi kesepian. Shutterstock
Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.


Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

33 hari lalu

Peneliti dan Wakil Direktur Asia Maritime Transparency Initiative CSIS Harrison Prtat. Sumber: istimewa
Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.


Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

33 hari lalu

 acara press briefing bertajuk 'Deep Blue Scars Environmental Threats to the South China Sea' yang diselenggarakan oleh Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) pada Jumat 15 Maret 2024, di Jakarta. Sumber: dokumen IOJI
Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut


Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

31 Januari 2024

Model skala Kawasan Inti Pemerintahan Pusat Ibu Kota Nusantara atau IKN. ANTARA/Aji Cakti
Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

Stanford University, Amerika Serikat, merupakan salah satu universitas yang akan melakukan groundbreaking pusat ekosistem digital di IKN.


Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

29 Januari 2024

Proses quality control PCBA motherboard Laptop Merah Putih di PT. XACTI Raya Jakarta-Bogor No.KM.35, Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Tapos, Depok, Senin, 29 Januari 2024. TEMPO/Ricky Juliansyah
Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi meninjau pabrik motherboard dan menegaskan perlunya riset terhubung dengan industri.


Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

22 Januari 2024

Capres nomor urut 1 Anies Baswedan, Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto saat mengikuti debat ketiga Calon Presiden 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu, 7 January 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

Riset Jatam menelusuri bisnis-bisnis di balik para pendukung kandidat yang berpotensi besar merusak lingkungan hidup.


Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

15 Januari 2024

Masyarakat Melayu Pulau Rempang berkumpul di Lapangan Sepakbola Dataran Muhammad Musa, Kampung Sembulang, Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang pada Rabu (11/10/2023). FOTO: YLBHI
Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah era Jokowi mendorong laju konflik agraria.


BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

28 Desember 2023

Kepala BRIN Laksono Tri Handoko berbicara soal prioritas riset di lembaganya sepanjang tahun 2023, salah satunya bidang pangan dengan total 218 judul riset. (Tempo/Annisa Febiola)
BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

Dominasi riset bidang pangan sejalan dengan prioritas yang diminta oleh Presiden Joko Widodo.


Ratih Kumala Ceritakan Proses Kreatif Penulisan Gadis Kretek

18 Desember 2023

Penulis buku Gadis Kretek, Ratih Kumala memegang buku saat hadir dalam diskusi  Biennale Jatim di Rumah Budaya, Sidoarjo, pada Sabtu 16 Desember 2023. TEMPO/ Yolanda Agne
Ratih Kumala Ceritakan Proses Kreatif Penulisan Gadis Kretek

Penulis novel Gadis Kretek Ratih Kumala menceritakan proses kreatif. Mengapa ia akhirnya menjadi seorang kolektor bungkus kretek.


BRIN Akan Tetapkan Regulasi Penggunaan AI di Industri Riset

11 Desember 2023

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko saat menyampaikan kata sambutan di kegiatan Kick Off Peran Valuator Kekayaan Intelektual dalam Pemanfaatan Hasil Riset dan Inovasi di Jakarta, Senin, 11 Desember 2023. (Tempo/Alif Ilham Fajriadi)
BRIN Akan Tetapkan Regulasi Penggunaan AI di Industri Riset

Hingga kini belum ada regulasi yang jelas mengatur terkait penggunaan AI tersebut.