TEMPO.CO, Jakarta – Sebuah rekaman suara menjadi viral dan menghebohkan netizen. Itu hanya rekaman ucapan satu kata, tapi orang yang mendengarnya ternyata berbeda pendapat, ada yang bilang yang diucapkan itu adalah ‘Yenny’, sedangkan yang lainnya mengaku mendengar ‘Laurel’.
Fenomena ini bermula pada saat seorang murid SMA Katie Hetzel mencari kata ‘laurel’ di situs vocabulary.com. Saat Katie memainkan rekaman suaranya ia kaget, karena ia malah mendengar kata ‘yanny’ ketimbang kata yang dibacanya.
“Saya bertanya pada teman-teman sekelas saya, dan kami mendengar dua hal yang berbeda,” kata Katie. Akhirnya ia mengunggah rekaman suara ini ke akun Instagram nya, setelah itu video ini beberapa kali diunduh dan diunggah ulang oleh beberapa teman-temannya, hingga akhirnya viral di forum reddit.
Dengar sendiri rekamannya, apa pendapat Anda?
What do you hear?! Yanny or Laurel pic.twitter.com/jvHhCbMc8I
— Cloe Feldman (@CloeCouture) May 15, 2018
Setelah menjadi viral, banyak ahli yang memberikan analisisnya. Salah satunya Patricia Keating profesor bidang linguistik di University of California, Los Angeles. Ia berpendapat bahwa hal ini dapat terjadi karena dipengaruhi oleh rentang frekuensi.
“Ini berkaitan dengan bagian frekuensi mana yang kita dengar,” katanya. “Saya tidak tahu faktor apa yang membuat sebagian orang mendengar bagian frekuensi rendah, sementara lebih banyak orang yang mendengar frekuensi tinggi. Bisa jadi usia, atau mungkin dari durasi mereka menelepon?”
Cara untuk memahami fenomena ini adalah melihat dengan membaca grafik yang disebut spectrogram. Grafik ini memvisualisasikan kekuatan frekuensi dari nada-nada, dan dalam kasus ini spectrogram menunjukkan kata ‘laurel’ dan ‘yanny’ memiliki bagian-bagian yang mirip. Tapi ‘laurel’ lebih kuat di frekuensi rendah, sedangkan ‘yanny’ lebih kuat di frekuensi tinggi.
Elliot Freeman peneliti pesepsi dari City University of London, mengatakan apa yang kita dengar tergantung pada bagaimana suara itu direproduksi, misal oleh pengeras suara ponsel, atau oleh headphone.
“Apa yang didengar seseorang itu tergantung juga oleh sumber suaranya, apakah ia mendengarnya dari pengeras suara ponsel, atau headphone. Telinga masing-masing orang pun memiliki sensitivitas berbeda pada frekuensi-frekuensi tertentu,” ujar Elliot.
Senada dengan itu profesor bahasa dari University of Arizona, Brad Story, mengatakan kalau rekaman suara itu memang memiliki kualitas yang buruk. Maka menurutnya wajar saja bila rekaman itu membuat orang bingung.
“Tidak mengherankan kalau orang-orang bingung bila mendengar sebuah rekaman suara yang berkualitas buruk, mereka mendengar resonansi suara yang terbalik-balik,” katanya.
Ada pula warganet dengan akun @xxv yang menanggapi kalau kita dapat mendengar suara yang berbeda apabila kita mengutak-atik frekuensi bass, pitch, dan volume.
WIRED | NEW YORK TIMES | CNN | FIKRI ARIGI