TEMPO.CO, Beijing - Cina dilaporkan meningkatkan pengembangan senjata nuklir generasi berikutnya. Negara itu mengadakan tes untuk mensimulasikan ledakan lebih sering dibandingkan Amerika Serikat.
Baca: AS - Korea Utara Bahas Pengiriman Senjata Nuklir ke Luar Negeri
Amerika Serikat melakukan kurang dari satu tes per bulan rata-rata, sementara rata-rata Cina adalah lima tes sebulan. Cina melakukan sekitar 200 simulasi ledakan nuklir antara September 2014 dan Desember 2017, menurut China Academy of Engineering Physics, lembaga penelitian senjata utama Cina, sebagaimana dikutip Daily Mail, 29 Mei 2018.
Amerika Serikat, sebagai perbandingan, hanya melakukan 50 tes seperti itu antara 2012 dan 2017, menurut Lawrence Livermore National Laboratory, sebuah fasilitas penelitian federal Amerika di California yang bertujuan membantu keamanan nasional, sebagaimana dikutip laman The Hill.
Para ahli memperingatkan The South China Morning Post bahwa seperti Cina, Amerika Serikat dan Rusia secara terpisah mencari senjata nuklir yang lebih tertarget untuk mencegah ancaman risiko konflik nuklir meningkat.
Gedung Putih telah mendorong rencana US$ 1,2 triliun untuk meningkatkan persediaan nuklirnya, sementara Pentagon pada bulan Januari meluncurkan Nuclear Posture Review, yang menyerukan untuk mengembangkan senjata nuklir yang lebih kecil, dengan output rendah untuk menghalangi Rusia dan Cina.
Pejabat Pentagon mengatakan Amerika Serikat ingin negara-negara agresif memahami bahwa mereka akan benar-benar menggunakan senjata semacam itu. "Kami perlu memastikan kami memiliki penangkal nuklir yang kredibel, dan kami yakin bahwa kami siap untuk ... mempertahankan bangsa ini tidak peduli apa pun," kata juru bicara kepala Pentagon Dana White pada bulan Februari.
Namun setelah U.S. Nuclear Posture Review dirilis, koran yang dikelola pemerintah Cina, Global Times, menerbitkan sebuah editorial yang menyatakan Cina akan serius mempertimbangkan untuk mengumumkan kepada publik dengan program senjata nuklirnya yang berlevel rendah dalam menanggapi perlombaan senjata nuklir baru.
Larangan internasional yang diberlakukan pada 1990-an mencegah senjata nuklir diuji coba - meskipun Korea Utara belum mengikuti perjanjian tersebut.
Sebagai pengganti tes yang sesungguhnya, para ilmuwan Cina malah menggunakan senjata gas bertenaga tinggi yang menembakkan proyektil di fasilitas desain nuklir utama negara itu di bawah pegunungan di Mianyang, provinsi Sichuan barat daya.
Cina saat ini menciptakan senjata nuklir taktis baru yang dimaksudkan untuk pertempuran jarak dekat. Menurut Profesor Wang Chuanbin dari Universitas Teknologi Wuhan, sejumlah besar tes simulasi yang dilakukan oleh Cina tidak berarti Beijing berada di depan AS dalam pengembangan senjata nuklir.
Chuanbin mengatakan AS telah meledakkan lebih dari 1.000 hulu ledak nuklir sejak 1945. Sebagai perbandingan, Cina hanya melakukan 45 tes langsung sejak 1964. "Ada kemungkinan kami sedang terburu-buru untuk mengejar ketinggalan,” ujarnya sebagaimana dikutip Express.
THE HILL | DAILY MAIL | EXPRESS