TEMPO.CO, Washington - Sebuah asteroid kecil meledak di atas Afrika pada hari Sabtu, 2 Juni 2018, sebagaimana dilaporkan USA Today, 3 Juni 2018.
Baca: Sebuah Asteroid Kecil Tertangkap Meledak di Atas Afrika
Baca: Asteroid Sebesar Lapangan Sepak Bola Mendekati Bumi Lusa
Baca: NASA: Asteroid Besar Lintasi Bumi Sehari Sebelum Royal Wedding
Teleskop 60 inci (1,5 meter) di Gunung Lemmon, yang merupakan bagian dari Catalina Sky Survey di Arizona, adalah yang pertama mendeteksi asteroid ZLAF9B2 pada Sabtu pagi, menurut waktu di Amerika Utara, sebagaimana dilaporkan EarthSky, 3 Juni 2018.
Alex Gibbs - insinyur utama di Catalina Sky Survey - memposting gambar obyek ini di halaman Facebook-nya.
Menurut NASA / JPL Centre for Near Earth Object Studies (CNEOS), asteroid ZLAF9B2 mendekati Bumi pada kecepatan 27.738 mil per jam (44.640 km per jam).
Obyek ini pertama kali diberi label sementara ZLAF9B2, tetapi kemudian berganti nama menjadi asteroid 2018 LA oleh International Astronomical Union.
Model oleh Projectpluto.com menunjukkan bahwa - jika terjadi benturan - asteroid akan memasuki atmosfer Bumi di suatu tempat antara Indonesia, Samudra Hindia, atau Afrika Selatan.
Pengamatan warna kuning dari asteroid yang terlihat itu menarik karena warna dalam asteroid memberikan sedikit komposisi. Kuning menunjukkan batu mengandung natrium, seperti juga di meteor Chelyabinsk 2013.
Asteroid kecil sulit dideteksi. Beberapa batuan angkasa mungkin gelap, dan mungkin hanya memantulkan sedikit sinar matahari karena mungkin sudah agak dekat dengan planet kita.
Karena asteroid yang lebih besar memantulkan lebih banyak cahaya, mereka biasanya terdeteksi beberapa minggu atau bulan sebelum pendekatan terdekat.
Batu luar angkasa kecil, kira-kira sepanjang 6 kaki (2 meter), itu menciptakan bola api terang yang menerangi langit malam, kata NASA. Peristiwa ini disaksikan oleh sejumlah pengamat dan tertangkap di video webcam.
Benda itu mengejutkan para astronom, karena lintasannya mengindikasikan akan lewat sangat dekat dengan Bumi beberapa jam kemudian, menurut EarthSky.
"Penemuan asteroid 2018 LA ini adalah ketiga kalinya ditemukan asteroid pada lintasan benturan," kata Paul Chodas, manajer Pusat Studi Obyek Dekat Bumi NASA (CNEOS), dalam sebuah pernyataan yang dikutip CNET. "Ini juga untuk kedua kalinya bahwa lokasi dampak diprediksi sebelum peristiwa itu sendiri."
Saat-saat terakhir dari keberadaan asteroid tertangkap Sabtu malam dari sebuah webcam di Afrika Selatan. Terlihat seperti bola api, NASA mengatakan asteroid itu hancur beberapa mil di atas permukaan saat menerangi langit.
"Ini adalah obyek yang jauh lebih kecil dari yang ditugaskan pada kami untuk mendeteksi dan memperingatkannya," kata Lindley Johnson, Petugas Pertahanan Planet di Markas NASA.
Asteroid itu jauh lebih kecil dari meteor yang meledak di atas Chelyabinsk, Rusia, pada Februari 2013, yang diperkirakan selebar 60 kaki. Meteor itu memecahkan jendela di enam kota Rusia dan menyebabkan lebih dari 1.500 orang membutuhkan bantuan medis, sebagian besar karena cedera akibat kaca terbang, kata EarthSky.
EARTHSKY | USA TODAY | CNET