TEMPO.CO, Perth - Orangutan Sumatera tertua di dunia telah mati di Kebun Binatang Perth, Australia. Orangutan bernama Puan yang berarti perempuan itu meninggal pada usia 62 tahun dan meninggalkan 54 keturunannya di seluruh dunia.
Baca: Hampir Punah, Ini 5 Masalah Utama Konservasi Orangutan
Baca Juga:
Puan meninggal pada Senin, 18 Juni 2018, di kebun binatang yang ditempatinya selama 50 tahun setelah menjalani euthanasia karena komplikasi terkait usia.
Puan dipindahkan ke kebun binatang Australia Barat dari Malaysia pada tahun 1968 dan tidak pernah berpindah lagi.
Puan digambarkan sebagai bermartabat dan betina tua agung di Kebun Binatang Perth. "Matinya karena komplikasi yang berkaitan dengan usia," ujar pengawas primata Holly Thompson, seperti dilansir laman Daily Mail, 19 Juni 2018
Primata betina tersebut telah membantu dalam menyelamatkan spesiesnya, dengan memiliki 11 anak dan 54 keturunan yang tersebar di seluruh dunia. Keturunannya tersebar di empat benua, yakni Amerika, Eropa, Australia dan Asia yang ada di hutan Sumatera.
Orangutan Sumatera berjuang untuk beradaptasi di dunia yang sedang berubah dan terdaftar sebagai terancam kritis oleh Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN 2017).
Lahir pada tahun 1956, Puan tercatat oleh Guinness Book of Records sebagai orangutan Sumatera tertua di dunia yang diverifikasi pada tahun 2016. Orangutan, kata Thompson, jarang bisa hidup selama 50 tahun di alam liar.
"Dia melakukan begitu banyak dalam membantu Kebun Binatang Perth dan kelangsungan hidup spesiesnya," tambah Thompson. "Selain menjadi anggota tertua koloni, Puan juga anggota program pemuliaan yang terkenal di dunia dan meninggalkan warisan yang luar biasa".
Menurut World Wildlife Fund, hanya ada sekitar 14.600 orangutan sumatera yang tersisa di dunia. Sebuah studi yang baru-baru ini diterbitkan menyatakan bahwa primata, termasuk simpanse dan orangutan, akan segera hilang selamanya kecuali tindakan diambil segera.
Thompson mengatakan Puan adalah primata yang menyendiri dan independen. Genetikanya hanya terhitung di bawah 10 persen dari populasi zoologi global. Cucunya, Nyaru, kata dia, adalah orangutan terakhir yang dilepas ke alam liar.
Dua pertiga dari semua primata ditemukan hanya di empat negara - Brasil (23 persen), Madagaskar (23 persen), Indonesia (11 persen) dan Republik Demokratik Kongo (8 persen) - dan 60 persen dari ini spesies saat ini terancam punah. Kedua negara yang paling berisiko adalah Indonesia dan Madagaskar, dengan 83 persen dan 93 persen spesies terancam.
Kepala penjaga Puan, Martina Hart, menyatakan bahwa selama bertahun-tahun gerakan Puan semakin melambat dan pikirannya mulai mengembara. Dia, kata Hart, meninggalkan dua anak betina di kebun binatang, bersama dengan empat cucu yang hebat.
"Meskipun gerakannya telah melambat dan ingin mengembara, Puan adalah betina yang bermartabat dan mengenal keturunannya," ujar Hart, sebagaimana dikutip The West Australian.
Simak artikel menarik lainnya tentang Orangutan Sumatera hanya di kanal Tekno Tempo.co
DAILY MAIL | THE WESR AUSTRALIAN