Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sebelum Observatorium Timau, Warga Kupang Sudah Akrabi Astronomi

image-gnews
Ilustrasi-Observatorium. wikipedia.org KOMUNIKA ONLINE
Ilustrasi-Observatorium. wikipedia.org KOMUNIKA ONLINE
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat tradisional Kupang ternyata tidak asing dengan astronomi. Itu menjadi salah satu alasan dibangunnya fasilitas observatorium di lereng Gunung Timau, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Baca: Kisah Ahli Astronomi Berburu Exomoon: Mencari Kehidupan Baru

Mereka sudah menggunakan bintang-bintang sebagai penanda waktu dalam kegiatan sehari-hari. Salah satu mata pencaharian masyarakat di sekitar Gunung Timau adalah memanen madu lebah hutan (Apis dorsata) di sekitar Gunung Timau dan Mutis.

Menariknya, berdasarkan keterangan yang diterima Tempo baru-baru ini, masyarakat memakai gugus bintang Pleiades untuk menentukan kapan madu hutan boleh dipanen. Mereka memanen madu saat Pleiades, dalam bahasa mereka disebut sebagai Maklafu (yang berarti sampah), terbit di timur ketika ternak masuk kandang (jam 6 sore).

Selain itu, dalam kegiatan menggarap lahan pertanian, masyarakat juga memakai posisi bintang untuk menentukan kapan memulai menggarap sawah. Hal ini karena mereka hanya mengandalkan hujan sebagai sumber air untuk mengairi sawah.

Masa awal cocok tanam ditandai dengan terbitnya empat bintang yang mereka sebut sebagai Kuaha’in. Dari telaah awal tim Pussainsa LAPAN, ternyata bintang yang dimaksud diduga sebagai bintang-bintang: Capella, Betelgeuse, Sirius dan Procyon.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di samping Kuaha’in, ada juga Nua’in (dua bintang) yang diduga bintang Aldebaran dan Rigel. Kedua bintang tersebut dipakai ketika terbitnya Kuaha’in tidak disusul dengan turunnya hujan.

Konstelasi Orion juga mereka pakai sebagai pedoman awal bercocok tanam. Tiga bintang di sabuk Orion (Mintaka, Alnitak, Alnilam) yang mereka sebut Aloi Tua dan digambarkan sebagai dua orang yang sedang mengangkat guci (atau dalam bahasa mereka kumbang) berisi sopi (minuman tradisional masyarakat Kupang).

Terbitnya ketiga bintang tersebut berada di timur menjelang Matahari terbit sebagai penanda awal musim tanam. Namun, tradisi memakai benda langit sebagai panduan kegiatan masyarakat sudah mulai ditinggalkan.

Dengan dibangunnya Observatorium Nasional, diharapkan bisa mendorong masyarakat Kupang untuk mengenal tradisi leluhur dalam memanfaatkan astronomi bagi kehidupan masyarakat. Ini juga membuka kesempatan bagi para akademisi untuk melakukan studi lintas disiplin ilmu seperti etno-astronomi yang lebih mendalam.

Simak artikel menarik lainnya tentang astronomi dan Observatorium Timau di kanal Tekno Tempo.co

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

17 hari lalu

Petugas Kantor Kemenag Kota Sabang melakukan pemantauan hilal di Tugu Kilometer Nol Indonesia, Kota Sabang, Aceh, Minggu, 10 Maret 2024. Kementerian Agama menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024 ANTARA/Khalis Surry
Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

Awal Syawal atau hari Lebaran 2024 diperkirakan akan seragam pada Rabu, 10 April 2024. Berikut ini penjelasan astronom BRIN soal posisi hilal terkini.


Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

22 hari lalu

Komet 12P/Pons-Brooks terlihat setelah letusan besar pada 20 Juli 2023. Tanduk khas dalam letusan itu menjadikan komet ini disebut sebagai komet setan. Foto: Comet Chasers/Richard Miles
Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

Kondisi cuaca, polusi cahaya, dan sempitnya durasi bisa menghambat pengamatan Komet Setan.


Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

23 hari lalu

Pemandangan lintasan meteor di langit malam selama hujan meteor tahunan Perseid di Taman Nasional Shebenik, di Fushe Stude, Albania, 13 Agustus 2023. REUTERS/Florion Goga
Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

Sejumlah fenomena astronomi langka bakal terjadi sepanjang April 2024. Ada hujan meteor, gerhana matahari total, sampai okultasi bintang Antares.


Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

23 hari lalu

Gambaran orbit elips komet 12P/Pons-Brooks yang akan melontarkan 'komet setan' itu mengelilingi matahari pada 2024. Foto: SpaceReference.org
Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

Komet 12P/Pons-Brooks alias komet setan menuju titik terdekatnya dengan matahari dan bumi. Pakar astronomi membantah isu tanda kiamat.


Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

2 Februari 2024

Pegawai BMKG menunjukkan bagan prediksi cuaca di Kantor BMKG Jakarta, Selasa 7 Januari 2020. (ANTARA/Katriana)
Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

Ingin bekerja di Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika? Berikut 5 program studi di perguruan tinggi yang dibutuhkan BMKG.


Uji Coba Observatorium Timau Ditargetkan Medio 2024

27 Januari 2024

Cermin sekunder dan penyangganya telah terpasang dalam kubah Observatorium Nasional Timau, Nusa Tenggara Timur. (Foto: Abdul Rachman/BRIN)
Uji Coba Observatorium Timau Ditargetkan Medio 2024

Pembangunan Observatorium Timau dirintis sejak 2017.


Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

6 Januari 2024

Fase awal gerhana bulan sebagian (U1) di Bekasi, Jawa Barat, Minggu, 29 Oktober 2023 dinihari. Fase U1 ini terjadi saat sebagian piringan bulan masuk ke umbra Bumi. ANTARA. FOTO/Paramayuda
Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

Ada lima gerhana bulan dan matahari yang akan terjadi pada tahun 2024.


Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

5 Desember 2023

Hujan meteor Geminid. (nasa.gov)
Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

Beberapa fenomena astronomi mewarnai langit malam Desember 2023.


Kisah Sinar Gamma di Luar Galaksi Bima Sakti Ganggu Atmosfer Bumi

15 November 2023

Ledakan terkuat di luar angkasa yang pernah teramati. Semburan sinar gamma GRB221009A tersebut adalah titik merah muda yang ada di pusat atau tengah gambar. Northwestern Univ
Kisah Sinar Gamma di Luar Galaksi Bima Sakti Ganggu Atmosfer Bumi

Semburan sinar gamma di galaksi jauh mengganggu atmosfer bagian atas bumi.


Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

4 Oktober 2023

Gerhana Bulan terlihat di Bangkok, Thailand, 8 November 2022. REUTERS/Athit Perawongmetha
Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

Gerhana bulan akan terjadi pada Ahad dini hari, 29 Oktober 2023.