TEMPO.CO, Jakarta - Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru membantah merusak habitat orangutan Tapanuli. Perusahaan mengatakan proyek mereka berada di Area Pengguna Lain (APL) di Kabupaten Tapanuli Selatan dan bukan terletak di kawasan hutan primer.
Baca: Orangutan Tapanuli Ditemukan Melahirkan Anak Kembar
Sebelumnya dalam berita Tempo.co, Rabu, 11 Juli 2018, "Orangutan Tapanuli Ditemukan Melahirkan Anak Kembar", Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP) menyebut spesies ini terancam oleh proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga air yang didanai Cina.
"Kita harus berhenti menghancurkan lebih banyak habitat orangutan dan menyambungkan kembali hutan ini secepat mungkin. Bayi kembar ini adalah harapan bahwa spesies ini dapat diselamatkan jika kita mengambil tindakan cepat untuk menyelamatkannya," tambah Direktur SOCP Ian Singleton.
Perusahaan mengatakan luas lahan yang dipergunakan dalam proses pembangunannya adalah sekitar 650 Ha. Termasuk di dalam luasan ini adalah jalan akses sementara, quarry, camp, dam, powerhouse, switchyard, jaringan listrik tegangan tinggi, jalan inspeksi jaringan.
"Sebagian besar lahan ini digunakan sementara dan selesai pembangunan akan dikembalikan ke kondisi mendekati semula," Idham Bachtiar Setiadi, Manajer Humas PT North Sumatera Hydro Energy, menulis dalam surat hak jawabnya, Rabu, 18 Juli 2018.
Adapun luas dam atau genangan di bagian hulu dam mencapai 90 hektare, terdiri atas 24 hektare genangan di badan sungai yang sudah ada, dan 66 hektare perluasan genangan yang ada di daerah bertebing curam.
“Jadi, tidak benar jika dikatakan bila proyek PLTA Batangtoru menghabiskan lahan seluas 1.400 hektare, apalagi di kawasan hutan primer,” ujarnya.
Laman www.batangtoru.org menyebutkan luas hutan Batangtoru 141.749 hektare. Jika dibandingkan dengan luasan proyek yang hanya 650 hektare, maka luasan proyek PLTA Batang Toru hanya 0,46 persen luasan hutan tersebut.
Idham menegaskan bahwa perusahaan memiliki kebijakan yang sangat mementingkan kelestarian ekosistem di dalam dan di sekitar lahan proyek PLTA Batangtoru. "Pimpinan perusahaan terus mendukung upaya untuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Serta mendukung perumusan dan penetapan kebijakan pemerintah mengenai ekosistem Batangtoru secara terpadu, tentunya dengan memperhatikan habitat orangutan Tapanuli," tulisnya.
PLTA Batangtoru merupakan bagian dari program prioritas nasional, yaitu program ketenagalistrikan 35.000MW untuk mendukung kesinambungan pasokan energi nasional. Secara khusus proyek ini didesain untuk memenuhi kebutuhan listrik beban puncak Sumatera pada tahun 2022 sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).
Simak artikel lainnya tentang PLTA Batangtoru dan Orangutan Tapanuli di kanal Tekno Tempo.co.