TEMPO.CO, Bandung - Warga Muaragembong, Bekasi keheranan oleh fenomena munculnya kabut pada Jumat pagi, 27 Juli 2018. Kemunculan kabut itu disebut tidak biasa, karena dataran rendah itu jadi seperti di pegunungan apalagi disertai hawa dingin.
Kabut itu dilaporkan warga mulai turun sekitar subuh. Awalnya tampak di area persawahan, dan seiring kabut itu turun, hawanya juga dingin menggigit kulit laiknya berada di daerah ketinggian.
Saat terbit fajar, kabut dilaporkan tidak seketika hilang. Kabut malah tampak semakin tebal hingga mengurangi jarak pandang hingga sekitar 200 meter.
Seorang warga Muaragembong, Anih Septiani, mengatakan, kabut seperti itu tidak pernah ada sebelumnya. "Baru pertama kali ada kabut setebal ini di Muaragembong," katanya.
Menurut dia, pukul 06:20 kabut sudah menebal. "Tapi kabut mulai muncul sekitar jam 05:30," katanya.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung Tony Agus Wijaya mengatakan, fenomena kabut itu muncul pada pagi hari saat musim kemarau.
"Penyebabnya yaitu karena suhu udara saat dini hari menjelang pagi mencapai kondisi suhu minimum," katanya, Jumat, 27 Juli 2018.
Selain itu ada faktor kelembaban udara. Kandungan uap air di udara kata Tony, tinggi hingga tingkatnya lebih dari 80 persen.
Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG, Bekasi pada Jumat ini dalam kondisi cerah berawan dengan suhu 24-34 derajat Celcius. Tingkat kelembaban berkisar 50-90 persen.
Menurut Tony, dengan kondisi seperti itu, kabut pagi akan bisa muncul. "Bisa terjadi di pegunungan atau di sekitar daerah dekat pantai," katanya.